Dari enam kali penembakan terhadap
anggota polisi sejak tanggal 27 Juli 2013, nampaknya pelaku terdiri dari
tiga kelompok pelaku yang berbeda. Empat polisi yang tertembak di Jalan
Cirendeu Raya, Otista Raya Ciputat serta di Pondok Aren, Tanggerang
Selatan, hasil penyelidikan polisi menjurus ke tersangka Nurul Haq dan
Hendi Albar yang fotonya sudah disebarkan dan keduanya dinyatakan DPO
(Daftar Pencarian Orang) polisi.
Sementara dari penembakan terhadap
Bripka Sukardi yang terjadi hari Selasa (10/9/2013) di depan gedung KPK,
Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, belum ditemukan fakta yang menjurus
kearah pelaku serta komplotannya. Polri merasa kesulitan mengungkap
pelaku karena kamera CCTV di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
yang merekam kejadian penembakan tersebut tidak dapat menggambarkan
dengan jelas wajah pelaku. Kabagpen Satuan Polri, Kombes Pol Rana SP di
Gedung Humas Polri, Rabu (18/0/2013) menyatakan, "Anda tahu kan kalau
kamera CCTV di KPK itu hasil rekamannya kecil. Jadi kita minta waktu
untuk dapat menggambarkan dengan jelas sketsa wajahnya," katanya.
Kasus penembakan keenam penembakan
anggota polisi mulai terungkap. Salah satu penembak Briptu Ruslan, telah
tertangkap. Ruslan, anggota Sabhara Mabes Polri saat sedang mencuci
sepeda motor di Cimanggis, Depok, Jawa Barat 17 September 2013 diserang
dan ditembak kakinya, dan kemudian sepeda motor Kawasaki Ninja miliknya
dibawa lari. Polisi mencium sejak awal motifnya adalah ekonomi. Tidak
sulit membongkar kasus ini karena mereka diketahui adalah spesialis
penjahat pencuri sepeda motor dengan tindak kekerasan yang berasal dari
Lampung.
Salah seorang pelaku yang bernama Emuy
(18) berhasil ditangkap aparat Polsek Panongan saat mencuri sepeda
motor di Minimarket Alfamart Taman Chrysant, Tanggerang Senin 16
September 2013 pagi. Emuy, mengakui turut membantu mencuri sepeda motor
milik Briptu Ruslan dibawah pimpinan komplotan yang bernama Anton. “Saya
ikut ngambil motor Ninja warna merah di Depok. Dan korbannya ditembak
sama Bang Anton. Tugas saya hanya mengawasi kondisi dari warung kopi
yang tidak jauh dari TKP,” kata Emuy kepada penyidik Polsek Panongan,
seperti dinyatakan Humas Polda Metro Jaya, Jumat (20/9/2013).
Kapolsek Panongan, AKP Endang Kosasih
mengatakan, keterangan Emuy akan diuji lebih jauh, apakah benar atau
hanya rekayasa belaka, keterangannya dinilai masih berubah-rubah. “Kita
akan kembangkan terlebih dahulu pengakuan pelaku, tidak begitu saja kami
percaya. Kita harus mencari fakta dan saksi-saksi terlebih dahulu,”
kata AKP Endang.
Analisis
Dari enam kasus penembakan, empat
penembakan yang terjadi di kawasan Tanggerang Selatan mulai mengarah
kepada pelaku, termasuk barang bukti berupa senjata pistol (rakitan)
yang digunakan. Dipstikan pistol pelaku dibuat di Cipancing dan pembuat
serta perantaranya sudah ditangkap. Polisi terus menelusuri keberadaan
serta jaringan pelaku. Melihat kemampuan desepsi mereka, sejak semula
penulis memperkirakan mereka anggota jaringan (sel) kecil yang pernah
mengikuti latihan ambush, kemungkinan di Poso atau bisa juga di Gunung Sawal. Densus nampaknya sudah mampu membuat mapping yang jelas kelompok ini, dan dinyatakan oleh petinggi Polri hanya menunggu waktu. Penulis perkirakan mereka mempunyai safe house di Tanggerang.
Yang nampaknya masih menjadi misteri
adalah penembakan terhadap Bripka Sukardi (Aipda Anumerta) di Kuningan
Jakarta Selatan. Dari penjelasan Humas Mabes Polri, penyelidikan berawal
dari TKP dengan mengandalkan CCTV yang terpasang di gedung KPK. Karena
CCTV tidak jelas, penyelidikan agak tersendaat dan terhambat. Ada
kemungkinan kelompok penembak Sukardi adalah sel lain yang mempunyai safe house
di Jakarta. Menurut teorinya, selesai melakukan serangan penyergapan,
kelompok teror harus segera mengendap dan mengamankan diri di safe house
yang berada dikawasan aman. Lebih baik apabila safe house berada di
lingkungan simpatisannya. Akan tetapi penulis perkirakan, apabila
ditarik keatas, kelompok penembak Tanggerang dengan kelompok penembak
Kuningan akan menjadi satu jaringan di jaringan induk.
Nah kelompok penembak polisi dalam kasus
keenam, kemungkinan benar adalah kelompok bermotif ekonomi. Pencuri
dengan tindak kekerasan. Mereka terlatih merampok tetapi bukan kelompok
terlatih dalam menghadapi counter, tidak memiliki team
pengaman. Terbukti Emuy dengan mudah tertangkap setelah mencuri motor.
Akan tetapi benar seperti yang dikatakan Kapolsek Panongan akan
mengembangkan dahulu. Dalami dahulu pengakuan Emuy, dikhawatirkan ada
upaya penyesatan informasi. Polisi sebagai aparat hukum harus berangkat
dari fakta hukum tanpa menyisihkan indikasi dan fakta intelijen.
Walaupun demikian, penulis masih
mempercayai ada sebuah rangkaian sel-sel teroris yang tersebar aktif
dengan aksi dan tugas masing-masing. Ada kelompok teror penekan
(penembak polisi) dan ada kelompok pengumpul dana (perampok bersenjata
api). Itulah ciri khas teroris. Oleh karena itu beberapa kasus yang
terjadi membutuhkan analisa mendalam dan teliti. Penulis percaya Densus
mempunyai analis kasus dan mapping serta data pendukung lainnya. Yang
perlu diperhatikan, penulis mengingatkan. anggota polisi jangan sampai
lengah. Pengertiannya, waspadai dan tingkatkan pengamanan personil
gerakan perorangan apabila berpakaian dinas antara pukul 22.00-05.00,
terlebih apabila mengendarai sepeda motor.
Penembak masih berkeliaran, sesuai teori
mereka menggunakan strategi militer dalam melakukan aksinya. Juga teori
pasang surut, surut apabila dikejar, dan akan kembali menembak setelah
aman sambil menunggu kelengahan anggota polisi. Inisiatif ditangan
penyerang, polisi sebagai target utama mudah dikenali, berseragam dan
tersebar, itulah intinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar