Minggu, 29 September 2013

Artileri Kapal Perang TNI AL, Masih Tertinggal dari Malaysia dan Singapura

Meski dalam jumlah kapal perang Indonesia unggul di kawasan Asia Tenggara, kini setidaknya ada 148 kapal perang dari berbagai jenis, tapi kebalikannya untuk kualitas artileri pertahanan kapal perang. Memang untuk lini kanon dan adopsi torpedo relatif satu level, umumnya kini mengerucut pada jenis OTO Melara 76 mm. Tapi lain halnya di lini rudal SAM (surface to air missile) dan CIWS (close in weapon system).
Pernyataan tadi tentu ada alasannya, untuk AL Singapura misalnya, mereka telah memiliki SAM jarak menengah dari tipe Aster 15/30 buatan MBDA. Rudal dengan pola peluncur VLS (vertical launcher system) ini ditempatkan pada frigat berkemampuan siluman, kelas Formidable. Aster 15 punya jarak jangkau sampai 15 km, dan Aster 30 bisa menjangkau sampai 120 km. Kecepatan luncurnya pun memadai, Aster 15 hingga 1.000 meter per detik (3 Mach), dan Aster 30 dengan 1.400 meter per detik (4.5 Mach). Dengan pemandu terminal active radar homing, Aster tidak hanya ideal untuk melibas target pesawat udara, melainkan rudal anti kapal bisa dilumatnya. Formidable memiliki 32 cell peluncur yang siap ditembakkan. Masih mengandalkan VLS, AL Singapura juga diperkuat rudal SAM jenis Barak buatan Rafael – Israel. Rudal ini ditempatkan pada 6 korvet kelas Victory, masing-masing dapat meluncurkan sampai 16 rudal. Soal kemampuan, Barak dapat menjangkau hingga 12 km dengan kecepatan 720 meter per detik.





Peluncuran rudal Sea Wolf secara VLS

Sistem loading rudal pada kapal perang dengan peluncur VLS

Malaysia malah sudah lebih dahulu menempatkan rudal anti serangan udara jenis Sea Wolf buatan British Aerospace. Meski mulai diproduksi sejak 1979, rudal ini sudah menyandang gelar battle proven, dimana digunakan AL Inggris dalam perang Malvinas dan perang Teluk. Sea Wolf dapat menjangkau target 7 sampai 12 km dengan kecepatan 3 Mach. Serupa dengan Aster, Sea Wolf diluncurkan secara VLS. AL Malaysia memiliki 2 kapal perang pembawa Sea Wolf, yakni KD Lekiu dan KD Jebat, masing-masing dilengkapi 16 peluncur Sea Wolf.

Tidak cuma Sea Wolf, bahkan Malaysia punya rudal SAM generasi yang lebih baru, Aspide buatan Italia. Rudal yang diluncurkan tanpa VLS ini ditempatkan pada 4 korvet kelas Laksamana, masing-masing korvet dapat mengusung 12 rudal yang memiliki jangkauan 35 km. Tidak puas mengadopsi Sea Wolf dan Aspide, AL Negeri Jiran ini juga punya SAM jenis RAM (Rolling Airframe Missile) (buatan AS) dengan jangkauan sekitar 7,5 km dan kecepatan 2 Mach. RAM diluncurkan tanpa VLS dan ditempatkan pada 6 korvet kelas Kedah (MEKO A-100 buatan Jerman), masing-masing kapal membawa 21 rudal.

 Dengan spesifikasi persenjataannya, frigat kelas Formidable kini menjadi salah satu yang tercanggih di kawasan Asia Tenggara



Keunggulan VLS
Dibanding Malaysia dan Singapura, Indonesia sedikit tertinggal dalam mengadopsi VLS (vertical launching system). Tapi setidaknya VLS sudah diterapkan pada frigat Van Speijk, lantaran frigat ini mengusung rudal Yakhont yang berukuran jumbo. Lalu apa keunggulan sistem VLS? Pertama untuk penghematan ruang dan efisiensi peluncuran, untuk frigat dan korvet, SAM dengan metoda peluncuran VLS (Vertical Launching System) sangat direkomendasikan. SAM yang diluncurkan dengan VLS mempunyai nilai lebih karena bersifat all-round defense (pertahanan segala arah).

 Rudal jelajah Tomahawk, salah satu rudal dengan sistem peluncur VLS




Bandingkan dengan SAM konvensional yang terpasang dengan arah tertentu (heading) yang biasanya ke sisi kiri atau kanan lambung kapal dengan besaran sudut tertentu terhadap cakrawala (pitch), sehingga apabila SAM yang terpasang pada heading kiri lambung kanan kapal sudah habis, sedangkan target datang dari arah kiri lambung kanan kapal, maka SAM yang tersisa pada heading kanan lambung kapal harus diputar arahnya, dan adakalanya badan atau struktur kapal sendiri yang jadi penghalang sehingga tidak memungkinkan bagi SAM yang terpasang pada sisi lain kapal untuk menghadang target yang datang dari sisi lainnya. Hal ini sangat terlihat nyata pada sistem peluncur rudal Sea Cat dan Tetral/mistral yang digunakan TNI AL.
Pada VLS, problema semacam ini tidak terjadi karena SAM terpasang pada posisi vertikal sehingga darimanapun datangnya target, SAM dapat melakukan engagement (penyesuaian) arah setelah rudal meluncur ke udara. Adapun untuk tipe KCR (kapal cepat rudal), karena terbatasnya ruang yang tersedia, tentunya sulit untuk memasang SAM berpeluncur VLS, sehingga sistem peluncur konvensional berbasis MANPADS yang dapat dipasang. (Dikutip dari Buku The King of Battle – Artillery TNI Angkatan Laut)

Chaff/flare dispenser, sarana pertahanan pasif kapal perang dari serangan rudal anti kapal dan rudal udara ke permukaan (air to surface missle)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar