Minggu, 29 September 2013

M4A3 Sherman: Sejarah Tank Pertama Korps Marinir TNI AL

 Armada tank Sherman KKO AL

Dalam suasana HUT RI Ke-68, rasanya cukup menarik untuk menengok sejarah alutsista Indonesia yang punya andil besar dalam kemerdekaan Republik ini. Dengan niat mengajak Anda benostalgia, di tulisan ini dikupas sosok tank dengan kanon pertama yang dimiliki Korps Marinir TNI AL (d/h KKO AL). Tank yang dimaksud adalah M4A3 Sherman, jenis tank kelas medium asal Amerika Serikat.
Disebut medium tank karena bobot Sherman yang mencapai 33 ton dan dibekali kanon kaliber 75mm. Meski masih kelas medium, tapi inilah sosok ranpur roda rantai dengan bobot terberat yang pernah dimiliki TNI. Dalam hal bobot, Sherman boleh jadi baru akan tumbang setelah kedatangan MBT Leopard yang akan memperkuat kavaleri TNI AD, dimana bobot Leopard sekitar 60 ton-an. Inilah ‘cikal bakal’ eksistensi kavaleri korps Marinir, utamanya sebelum kehadiran generasi ranpur tahun 60-an asal Uni Soviet.
  •  Sejarah M4A3 Sherman di Indonesia
Sebagai tank yang dirancang dan hadir secara penuh pada palagan Perang Dunia Kedua, Sherman diciptakan dalam banyak versi untuk dapat digunakan dalam beragam misi. Bersama tank ringan M3A3 Stuart, Sherman seolah menjadi identitas kehadiran militer AS di medan pertempuran Eropa tatkala melawan NAZI Jerman dan turut aktif pula dalam perang di kawasan Asia Pasifik dalam menghadapi Jepang. Dari sekian banyak versi Sherman, M4A3 adalah versi yang pernah digunakan militer Indonesia.
Menilik sejarahnya, M4A3 Sherman hadir di Tanah Air dibawa oleh pasukan Inggris dalam mendukung kampanye militernya di Indonesia. Tercatat Inggris mendaratkan 21 unit M4A3 Sherman, tugas awal tank bongsor ini tak lain untuk melabrak rakyat Surabaya akibat terbunuhnya Brigjen AWS Mallaby. Dalam perjalan opearasi tempurnya melawan pejuang Indonesia,  Sherman dengan kanon 75mm M3 L/40 terbukti efektif memukul posisi pertahanan pejuang Republik. Tapi toh semangat ‘bambu runcing’ pada akhirnya mampu membuat keok beberapa Sherman.

Defile tank Sherman sekutu pada 31 Agustus 1946 di Surabaya.

 Di hari pertama penggelaran Sherman, satu unit tank ini berhasil dirontokkan tembakan meriam anti tank kaliber 40mm eks Jepang yang mengambil posisi tembak di persimpangan rel KA Jalan Diponegoro Kawasan Kembangkuning. Tak hanya itu saja, tercatat dalam duel empat jam di Surabaya, ada dua Sherman lagi yang hancur akibat terjangan meriam kaliber 40 dan 105 mm milik TKR Laut. Selain dua unit hancur, satu unit Sherman terpaksa kabur dalam kondisi rusak berat.
Nah, singkat cerita pasca mundurnya Inggris dari Indonesia dan posisinya “digantikan” kembali oleh Belanda yang bercokol lagi mulai 1946 – 1949. Sisa-sisa unit Sherman Inggris yang tertinggal di Indonesia kemudian beralih tangan ke pihak Belanda, dalam hal ini kavaleri KNIL. Dalam film dokumenter, tank Sherman diketahui juga ikut diterjunkan dalam agresi militer Belanda kedua di Jogjakarta pada 19 Desember 1948.
  •  Sherman Masuk Etalase Alutisista Indonesia
Setelah melewati perjuangan merebut kemerdekaan yang tak kenal lelah, maka tercapai pengakuan atas eksistensi Negara Indonesia oleh pemerintah Belanda di akhir tahun 1949. Paska pengakuan kedaulatan bukan perkara mudah bagi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia untuk menata organisasi dan unit-unit militer yang ada, maklum pada masa perjuangan unit militer belum dikelola secara profesional. Untuk itu periode 1949 adalah masa yang penting bagi TNI untuk melakukan konsolidasi dan pembenahan.

Seperti tertulis dalam berbagai literatur, pada masa konsolidasi TNI mendapat tantangan dalam mengatur integrasi antara personel TNI yang notabene mantan pejuang 45 dengan anggota eks KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) dan Veld Politie dalam wadah Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Tantangan berat dihadapi oleh anggota KNIL, pada umumnya mereka gusar akan nasibnya setelah penyerahan kedaulatan. Kemudian masih banyaknya terjadi dualisme kepemimpinan dalam kelompok ketentaraan Indonesia antara kelompok APRIS dengan kelompok pejuang gerilya.
APRIS terbentuk sebagai hasil kesepakatan dalam Perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, yang mensahkan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS), yang merupakan penggabungan RI dengan negara-negara federal bentukan Belanda. Sebagai imbalan terbentuknya APRIS, pemerintah Belanda menghibahkan beberapa peralatan militernya yang ada di Indonesia, dengan syarat APRIS berkewajiban menerima para mantan anggota KNIL ke dalam struktur APRIS. Dan mulai saat itu dimulailah babak awal penataan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk TNI.
Salah satu penjabaran dari terbentuknya APRIS yakni pembentukan satuan kavaleri Angkatan Darat dan Laut RIS (ADRIS/ALRIS). Khusus untuk satuan kavaleri ADRIS, meski pucuk pimpinannya dari TNI, namun sebagian besar personel pengawak dan instruktur latih berasal dari mantan anggota satuan kavaleri KNIL, VET (Verkennings Eskadron Tank/Eskadron Tank Intai) dan VEP (Verkennings Eskadron Panserwagen/Eskadron Panser Intai). Arsenal kavaleri yang diterima APRIS antara lain meliputi panser angkut personel ringan Bren Carrier, panser intai Humber Scout Car Mk. 1-3, M8 Greyhound, truk lapis baja M3A1 Scout Car, tank ringan M3A3 Stuart dan tank medium M4A3 Sherman.
Dan dari kavaleri KNIL di kemudian haribeberapa Sherman dihibahkan ke pihak KKO AL. Setidaknya saat peresmian Batalyon Tank KKO pada 17 Agustus 1961, ada 9 unit Sherman yang masuk inventaris KKO AL. Sejak awal kehadirannya di Indonesia, Sherman memang menjadi arsenal kekuatan brigade mariner Inggris. Boleh jadi, Sherman yang diterima TNI AL sudah dibekali dengan kemampuan tambahan untuk ‘berenang.’ Meski sejatinya bukan tank yang punya kemampuan amfibi, Sherman bisa dilengkapi perangkat Duplex Drive untuk mengarungi air secara terbatas. Duplex Drive memang dikembangkan oleh Inggris dan digunakan untuk mendaratkan Sherman di pantai dalam penyerbuan di pantai Normandia tahun  1944.

Tank Sherman versi Duplex Drive, memberi kemampuan tank tambun ini untuk berenang.
 
Tak diketahui persis sampai tahun berapa M4A3 Sherman memperkuat kavaleri KKO. Kelangkaan suku cadang dan biaya operasional yang tinggi dinilai membuat gelar Sherman tak efisien, sebagai informasi Sherman masih menggunakan mesin bensin yang terbilang boros. Lain dari itu, jumlah unit yang terbatas membuat proses retrofit pun tak efektif dilakukan. Tapi uniknya, ‘tank buyut’ ini masih saja digunakan dalam konflik militer di negara-negara Amerika Selatan sampai tahun 1989. Jumlah produksi Sherman pun terbilang fantastis, yakni hampir 50 ribu unit dalam beragam varian. Sayangnya,jejak Sherman di Indonesia sukar dilihat secara fisik, setidaknya penulis belum pernah melihat Sherman yang dijadikan monumen atau dipajang pada museum di Indonesia.
  • Profil Sherman
M4 Sherman atau nama resminya Medium Tank M4 adalah tank utama yang digunakan pasukan Amerika Serikat selama Perang Dunia II. Ribuan unit Sherman didistribusikan kepada negara partisipan perang yang berada di pihak sekutu, termasuk Persemakmuran Inggris, dan Tentara Soviet, lewat program “Lend-Lease”.
Nama Sherman diberikan oleh pasukan Inggris sesuai dengan nama Jendral pasukan Union dalam Perang Saudara Amerika yaitu William Tecumseh Sherman. Nama dari pasukan Inggris inilah yang menjadi sebutan umum bagi tank M4 yang terkenal. Sherman merupakan hasil penyempurnaan dari tank medium Grant & Lee. Dengan tambahan turret yang dapat berputar secara penuh dan sistem gyrostabilizer membuat kru tank dapat menembak dengan akurat pada saat tank bergerak. Sang desainer menghadirkan kehandalan mesin, kemudahan dalam perawatan dan produksi, ketahanan, standarisasi suku cadang dan amunisi dalam varian yang terbatas, dan ukuran juga berat yang menengah dalam tank ini.

Tank Sherman saat beraksi dalam pendaratan dari sungai.

Faktor-faktor tersebut membuat tank ini menjadi lebih unggul dalam beberapa hal jika dibandingkan dengan tank ringan dan medium Jerman yang berpartisipasi dalam Blitzkrieg Jerman pada 1939-1941, dan masih lebih hebat dengan varian barunya di akhir masa perang. Sherman diproduksi dalam skala besar dan menjadi tulang punggung dalam setiap serangan pasukan sekutu, produksinya dimulai pada tahun 1942.
Aslinya Sherman diproduksi untuk mendukung infantri, sesuai dengan Doktrin Amerika Serikat pada saat itu yang memberikan tugas untuk menghancurkan tank lainnya kepada tank M10 atau populer dengan nama M10 Wolverine. Tetapi pada kenyataannya, Sherman masih lebih unggul daripada tank-tank Jerman di medan perang Afrika Utara yang kebanyakan tank ringan Panzer III yang relatif berukuran lebih kecil. Pada masa selanjutnya, Sherman ternyata benar-benar kalah telak melawan tank Jerman yang lebih baik dari Panzer III yaitu Panzer IV dan tank-tank keluaran terbaru yaitu tank medium Panther dan tank berat Tiger I dan Tiger II dengan lapisan baja yang lebih tebal dan kuat serta senjata yang lebih besar. Mobilitas, daya tahan serta jumlahnya, juga didukung oleh perkembangan superioritas kekuatan udaranya, membuat kelebihan Sherman menjadi hampir tidak punya efek.

Versi terbaru Sherman menggunakan senjata 76mm, yang memberikan daya penetrasi terhadap lapisan baja tank Jerman daripada meriam 75mm yang asli. Tetapi meriam 76mm tersebut tetap saja tidak efektif untuk menghantam pertahanan tank Jerman dari jarak jauh terhadap tank-tank Jerman yang terbaru, meriam-meriam kaliber 76 mm ini diaplikasikan untuk tank Sherman varian terbaru diluar varian standar M4A1, yaitu M4A3E8 “Easy Eight” dan tank Sherman dengan penyempuranaan lapisan baja yaitu tank berat M4A3E2 “Jumbo” Sherman.
Khusus di palagan Normandia, badan Sherman ditambah dengan pemotong semak agar dapat melewati semak-semak tebal di daerah Normandia dengan lancar. Tank ini adalah salah satu tank dengan varian terbanyak diantara tank-tank yang berpartisipasi dalam Perang Dunia II. Faktor tersebut didukung dengan kemudahan produksi Sherman, juga biaya produksi yang relatif lebih murah dari tank-tank Sekutu kebanyakan.
Indo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar