Sudah lumrah bila pesawat tempur punya senjata internal, alias senjata yang secara embedded
melekat di dalam struktur body-nya. Jenis senjata yang dimaksud adalah
kanon yang disiapkan untuk multi fungsi, mulai dari tugas meladeni dog fight
hingga misi serangan ke target di permukaan. Banyak keuntungan yang
didapat dari pola penempatan senjata internal, diantaranya kemampuan
pesawat bakal lebih banyak dan bervariasi dalam membawa jenis senjata.
Armada jet tempur TNI AU, mulai dari era Uni Soviet seperti MiG-21 Fishbed, hingga terus ke era jet tempur Barat, seperti F-86 Sabre, A-4E Skyhawk, F-5E/F Tiger II, F-16 A/B Fighting Falcon, dan Sukhoi Su-27/30 Flanker dari
Rusia, kesemua pesawat tempur tadi dibekali yang namanya kanon
internal. Tapi ada satu pesawat tempur yang unik, pesawat yang berangkat
dari platform jet latih ini tidak punya senjata internal, bisa disebut
alutsista yang satu ini sebagai pesawat tempur ringan. Yang dimaksud tak
lain varian jet Hawk 100/200 yang memperkuat dua skadron tempur TNI AU.
Hawk 100 tak lain adalah jet latih lanjut dengan kemampuan serang
darat, sementara Hawk 200 yang berkursi tunggal dan avionic lebih
canggih, lebih difokuskan sebagai pesawat tempur ringan yang punya
kemampuan multirole. Pesawat buatan British Aerospace ini menjadi
alutsista pada skadron 1 Elang Khatulistiwa yang punya home base di
lanud Supadio, Pontianak – Kalimantan Barat. Dan skadron 12 Black
Panthers di lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru – Riau. Oleh pihak
pabriknya, Hawk Indonesia diberi kode 9. Hingga kemudian penulisan kode
pesawat ini menjadi Hawk 109/209 bila menyebut Hawk Indonesia.
Pod ADEN 30mm pada Hawk 100
Tampilan belakang pod
Tampilan laras ADEN 30mm
Meski masuk kelas pesawat tempur ringan, dan disebut-sebut sebagai
armada jet tempur lapis kedua TNI AU, pada kenyataan Hawk 100/200 pada
tahun 1999 sempat menjadi andalan utama jet tempur TNI AU, dimana saat
itu Indonesia terkena embargo suku cadang militer dari AS. Karena jadi
tumpuan sista, Hawk 100/200 pun lumayan banyak terlibat dalam penugasan,
selain ikutan dalam operasi Darurat Militer di Nanggroe Aceh
Darussalam, Mei 2003, sebelumnya Hawk 100/200 juga dilibatkan dalam
operasi di Timor Timur, terutama pasca referendum. Bahkan dalam operasi
di Timor Timur inilah jet Hawk 100/200 sempat ‘menantang’ duel F/A-18
Hornet AU Australia yang terbang selaku black flight.
Kombinasi Senjata Hawk 100/200
Dalam paket jualnya, Hawk 100/200, terutama Hawk 200 punya beragam
pilihan konfigurasi senjata. Untuk Hawk Indonesia, kombinasi senjata
untuk misi combat air patrol yakni kanon ADEN 30mm dan dua rudal AIM-9 P4 Sidewinder.
Rudal ini dipasang pada rel di ujung sayap. Selebihnya dapat
dicantelkan pada gantungan terluar di sayap.Kemudian untuk kanon ADEN
30mm, berjenis pod dan dipasang secara portable di bawah body bagian
tengah.
Hawk 100 dengan pod ADEN 30mm
Hawk 100 AU Emirat Arab dengan pod ADEN 30mm
Sementara untuk misi serangan ke permukaan, selain keberadaan ADEN
30mm, kombinasi senjata favoritnya adalah varian bom konvensional dan roket FFAR. Untuk sasaran yang lebih advance pun Hawk TNI AU dapat melepaskan rudal jenis AGM-65G Maverick.
ADEN 30mm
Bobot dan dimensi Hawk 100/200 yang terbilang ringan, berimbas
positif pada kemampuan manuver yang unggul di kelasnya. Tapi disisi lain
juga membawa konsekuensi pada jenis senjata yang dapat dibawa. Salah
satu efek negatifnya, jet tempur ini tak punya kanon internal. Rencana
British Aerospace untuk menambahi kanon internal pupus begitu tahu
dimensi ruang tak mencukupi. Bila dipaksakan, maka Hawk 200 hanya mampu
dipasangi sebuah kanon saja. Itupun dengan konsekuensi cantelan bagian
dalam pada sayap kanan harus dikosongkan untuk menjaga stabilitas
pesawat. Apa boleh buat, kini Hawk 200 harus beropersi tanpa bekal kanon
internal.
Dan jadilah kemudian ADEN 30mm sista portable yang diandalkan untuk
Hawk 100/200 TNI AU, pasalnya kanon adalah senjata yang efektif untuk
misi perang di udara dan perang misi tempur ke permukaan. Bahkan, bila
dilirik lebih lama lagi, Hawk MK.53 yang sejak tahun 1980-an menjadi jet
latih lanjut skadron 15 TNI AU, juga punya kemampuan membawa ADEN 30mm.
Hawk 200 TNI AU dengan pod ADEN 30mm
Pesawat lawas, Hawk MK.53 skadron 15 TNI AU juga bisa dipasangkan ADEN 30mm
Hawk 100 denngan konfigurasi ADEN 30mm plus rudal Sidewinder
ADEN (Air Defence Enfield) dikembangkan atas dasar spesifikasi
British Air 1424 (standar sista pesawat AU Inggris) pada tahun 1950.
Sista ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan sistem senjata pada pesawat
tempur AU Inggris. Atas dasar konsep ini maka munculah kanon ADEN MK.I
dengan kaliber 30mm, model senjata ini dibuat sederhana, kompak dan
mudah dioperasikan oleh pilot. Senjata ini dibuat oleh pabrik Enfield,
yang merupakan salah satu divisi dari pabrik senjata dan amunisi Royal
Ordnance (sekarang telah bernanung di bawah grup British Aerospace).
ADEN dipasang di dalam suatu tempat berupa tabung (pod), dimana di
dalam tabung tersebut dipasang komponen senjata berikut amunisinya.
Kemudian pod tersebut dipasang pada bagian bawah badan pesawat. Untuk
tempat kemasan senjata, dibuat dalam dua pilihan, yakni Pylon dan
Blister. Cara kerja senjata ini adalah, rotasi amunisi ke laras
dilakukan dengan sistem silinder (drum berputar) yang memiliki lima
kamar peluru dengan berpedoman pada pergerakan gas yang dioperasikan
dengan sistem slide. Sementara pengokangan dilakukan dengan sistem
angin, yakni dengan ketentuan pengoperasian manual.
Sebagai hasil pengembangan dari versi sebelumnya, pada ADEN MK.V
dimutakhirkan dengan modifikasi pada sistem dudukan senjata, dimana
telah dibuat dengan bahan alumunium alloy. Pemilihan bahan
tersebut dengan pertimbangan untuk melawan residual tinggi yang terjadi
akibat tekanan beban yang tinggi. Dengan penggunaan metarial ini,
diharapkan usia pakai senjata akan lebih tinggi. Kemudian ada modifikasi
pada sistem gas, hal ini untuk meningkatkan performa rata-rata tembakan
mulai dari 1.200 hingga 1.400 proyektil per menit.
Walau spesifikasi resmi ADEN 30mm punya kecepatan tembak 1.200 hingga
1.400 proyektil per menit dengan jangkauan tembak efektif 1.510 meter,
namum hasil modifikasi pada versi MK.V menunjukkan kemampuan kinerja
yang dapat ditingkatkan menjadi 1.500 sampai 1.700 proyektil per menit.
Secara umum, amunisi ADEN dibuat dalam tiga kategori standar, mulai dari
amunisi untuk latihan (practice), amunisi jenis ledakan tinggi (high explosive), dan amunisi anti lapis baja (armour piercing).
Dengan kombinasi amunisi yang disiapkan, maka kanon ini dapat
menghadapi target sasaran di udara dan tentunya juga efektif menghajar
target berupa kendaraan tempur lapis baja.
Amunisi ADEN 30mm
Proses reload amunisi pada pod ADEN 30mm di pesawat Hawk
Jet Sea Harrier pun mengusung pod ADEN, nampak dua pod pada bawah body
Kendali penembakan ADEN 30mm oleh pilot Hawk dapat dilakukan lewat HOTAS (Hands on Thorttle and Stick).
Tapi konsep kanon dalam pod ini juga punya titik lemah, semisal
kapasitas muat amunisi yang terbilang terbatas, dimana setia pod ADEN
30mm hanya bisa membawa 100 – 200 amunisi. Bisa dibayangkan, betapa
harus iritnya seorang pilot Hawk dalam melepas tembakan ke suatu
permukaan. Tapi model ADEN dalam kemasan pod bukan hanya untuk Hawk
semata, jet tempur legendaris Sea Harrier pun menganut kanon model pod
yang sama.
Selain dibuat dalam kaliber 30mm, ADEN juga ditawarkan dalam kaliber
25mm. Bobot ADEN 25mm lebih ringan 10% dari bobot ADEN 30mm, namun
tenaga geraknya tiga kali lebih besar, dan bisa melontarkan proyektil
hingga 1.850 per menit.
Spesifikasi ADEN 30mm:- Kaliber : 30mm
- Panjang pod : 1,59 meter
- Panjang laras : 1,080 meter
- Berat Senjata (pod) : 87 kg
- Berat Senjata berikut 200 amunisi : 200 kg
- Berat Laras : 12,25 kg
- Kecepatan Proyektil : 790 meter per detik
- Jangkauan Tembak Efektif : 1.510 meter
- Kecepatan tembak : 1.200 – 1.400 proyektil per menit
- Tenaga Sistem penembakan : Electrical 26 volt DC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar