Tentara
Nasional Indonesia (TNI) tengah giat-giatnya memodernisasi persenjataan
yang dimilikinya atau biasa disebut alat utama sistem senjata
(Alutsista). Diharapkan, beberapatahun ke depan Alutsista TNI akan semakin lengkap dan modern.
Militer
yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab,
selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan
dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah
negara di mata negara lain.
Namun, hal itu akan semakin lengkap jika
Alutsista yang digunakan berasal dari hasil buatan sendiri, bukan hasil
impor. Meski belum bisa memproduksi seluruh Alutsista yang diperlukan
TNI, Indonesia nyatanya telah mampu menciptakan sejumlah senjata tempur.
Bahkan,
Alutsista yang diciptakan putra-putri terbaik Tanah Air itu telah
diminati oleh sejumlah negara di dunia. Berikut enam Alutsista produksi
dalam negeri yang diekspor keluar negeri.
1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile
Salah
besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri.
Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya
dilirik oleh negara asing.
Rencananya, akhir Maret ini 260 unit
kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu
merupakan buatan PT Sari Bahari dari Ngalam, Malang, Jawa Timur.
Kualitas
Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah
negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead
adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan
roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.
Smoke Warhead akan
memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara
mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke
Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari
3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.
2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel
Pesawat
CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara
Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.
Pada
2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan
empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan
nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235
itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan
untuk angkutan personel.
Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.
CN-235
MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi,
komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam
Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL
membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah
pesawat MPA sampai tahun 2014.
CN-235 MPA menggunakan sistem
Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak
panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning
receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system.
Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo
ringan Raytheon Mk 46.
3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste
Putra
putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang
jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam
negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.
Pada
2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli
cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk
melindungi wilayah teritorial Timor Leste.
Konstruksi lambung dan
anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang
tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini
mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa
mencapai 33 Knot.
Kapal ini memiliki dua baling-baling dan
dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan
sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS
ke dalam peta elektronik dan sistem radar.
4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS
PT
Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan
peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm,
7,62 mm dan 9 mm.
Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang
dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut
dikirim ke Singapura, Filipinan, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat
(AS).
Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara
singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu,
satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya
mencapai USD 200.000.
Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan
sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan
badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah
lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat
ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd,
Inggris pada tahun 1994.
5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia
Panser
Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris
dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe.
Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI
memesan 61 unit.
Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga
diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh
Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser
bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti
Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.
Kualitasnya
sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat
ketahananannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang
diproduksi di China dan India.
Belum lama ini, Pindad
mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung
Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting
Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon
Infantri Mekanis.
Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya
dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm
untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser
jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan
mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua
personel pasukan.
6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika
Selain
Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh
negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara
lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan
sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper
A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2),
senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan
pelindung tubuh (personal body protection).
Produk-produk yang
dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di
antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu,
camping, dan memancing bernama Cabelas’s, yang merupakan pembeli
terbesar produk-produk buatan Pindad.
Senapan serbu SS-2
merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe,
Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap
memesan senjata tersebut.
Dunia Militer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar