Sabtu, 17 September 2016

CMS Mandhala: Sistem Manajemen Tempur Laut Kebanggaan Nasional

img-20160909-wa0004

Condongnya pengadaan alutsista TNI AL ke poros manufaktur Cina membawa pengaruh pada teknologi Combat Management System (CMS). Pasalnya meski sistem senjata modern umumnya menyajikan kompatibilitas antar vendor, namun paket integrasi alutsista yang ditawarkan bakal lebih efektif dan efisien bila berasal dari pemasok asal negara yang sama. Contohnya seperti pada jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) Sampari Class dan Clurit Class.

cms

cms1-1

Dengan mengusung senjata utama berupa rudal anti kapal C-705 dan kanon dua laras CIWS (Close In Weapon System) NG-18 kaliber 30 mm, KCR Clurit Class (KCR40) buatan PT Palindo Marine yakni KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 menggunakan CMS buatan Cina. Kemudian KCR Sampari Class (KCR60) buatan PT PAL juga dipersiapkan untuk dipasang CMS dari Cina.

Debut alutsista asal Negeri Tirai Bambu tak hanya menyasar segmen KCR, korvet Parchim Class dalam program retrofit juga mengganti kanon AK-230 ke kanon CIWS tujuh laras Type 730 buatan Norinco. Dengan adopsi jenis kanon dari Cina, maka potensi pasokan CMS dari Cina akan terbuka lebar mengingat bekal sistem radar dan fire control system juga mengikuti bawaan manufaktur.

cms2

Menyesuaikan dengan kebutuhan pasar konsumen, senjata buatan Cina juga lumayan adaptif dan punya interoperabilitas dengan sistem dari NATO. Sebut saja saat rudal anti kapal C-802 menjadi kelengkapan pada frigat Van Speijk Class dan KCR FPB-57 Nav V. Nah yang menarik kemudian bahwa CMS buatan Dalam Negeri, yakni CMS Mandhala dari PT Len ternyata juga dapat mengedalikan rudal C-802, pasalnya CMS Mandhala sejak dua tahun lalu sudah terpasang pada tiga unit frigat Van Speijk, yakni di KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan 354 dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355. Selain sebagai pengendali rudal C-802, CMS Mandhala dirancang sebagai pengedali pada kanon OTO Melara 76 mm.

Debut CMS Mandhala kemudian juga diterapkan pada KCR Mandau Class buatan Korea Selatan, yaitu di KRI Mandau 621 dan KRI Rencong 622. Proyek CMS Mandhala juga diteruskan ke KCT (Kapal Cepat Torpedo) FPB-57 Nav II, yaitu KRI Ajak 653 dan KRI Singa 651. CMS Len dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman C & Java, sehingga proses pengembangannya bisa dilakukan lebih cepat (kelebihan bahasa pemrograman Java) tanpa mengorbankan performansinya ( kelebihan bahasa pemrograman C).

CMS Len mendukung berbagai protokol software dan hardware yang umum digunakan pada aplikasi marine seperti serial Interface (RS-232, RS-422, RS-485), NMEA, Synchro/Resolver Interface, TCP / IP, dsb. Selain itu, Len juga siap mengimplementasikan protokol proprietary yang digunakan pada berbagai sistem sensor dan senjata.

PT Len Industri (Persero) selaku BUMN Pertahanan tak sendirian dalam mengembangkan teknologi CMS, Thales Nederland ikut mendukung program CMS PT Len. Besarnya populasi kapal perang TNI AL yang menggunakan solusi sensor dan radar dari Thales Nederland menjadikan ikatan kuat dalam pengembangan solusi yang bersifat strategis. Dalam implementasi pembangunan Perusak Kawal Rudal (PKR) Martadinata Class, PT Len juga diikutsertakan sebagai bagian dari proses ToT (Transfer of Technology), dimana KRI RE Martadinata 331 mengadopsi solusi radar surveillance dari Thales Nederland.

p1529728

CMS Mandhala yang ditempatkan di PIT (Pusat Informasi Tempur), secara keseluruhan menghadirkan kemampuan seperti:

1. Picture Compilation yang menyajikan visualisasi terhadap situasi taktis peperangan yang antara lain meliputi tampilan track (sesuai dengan simbol-simbol yang digunakan di TNI-AL), peta laut elektronik serta video radar.
2. Maneuver/Formasi Gugus Tempur yang meliputi Open/Close at Given Bearing, Open/Close to Given Distance, Stationing, Transit at given distance.
3. Fungsi Peperangan Laut yang membantu kegiatan peperangan laut seperti : Plan Cordon (Menyajikan informasi taktik pengepungan sasaran bawah air), Furthest On Circle (Menyajikan informasi pertahananpreventif terhadap ancaman kapal selam), dll.
4. Naval Gunfire Support untuk melakukan tembakan bantuan ke darat yang meliputi Direct, Indirect, dan Blind Bombardment.

5. Air Control untuk kalkulasi dan menyajikan saran untuk koordinasi dengan unit tempur udara, seperti mengarahkan unit udara pembawa torpedo untuk melakukan penyerangan terhadap kapal selam, memandu pesawat/helikopter ke suatu target untuk melakukan pencegatan (interception), memandu helikopter pada saat helikopter melakukan pendaratan di dek kapal, melakukan konversi koordinat bujur/lintang-georef.
6. Fungsi Umum Navigasi seperti Closest Point Approach (CPA), Collision Avoidance, Man Overboard Recovery, Parallel Index, Route Handling (Waypoint).
7. Firing Control System untuk melakukan tracking sasaran serta melaksanan penembakan yang meliputi deteksi jangkauan sasaran, kalkulasi sudut cegat, serta stabilisasi pada kubah kanon.
 

Selasa, 13 September 2016

KRI Bima Suci Segera Tampilkan Sosoknya

hl

Jika tiada aral melintang, mestinya sosok KRI Bima Suci, kapal latih tiang tinggi terbaru TNI AL dari jenis barque akan diperlihatkan kepada publik pada akhir bulan September ini. Seperti telah kami sampaikan sebelumnya, prosesi pemotongan plat baja perdana (steel cutting) dilakukan pada 16 November 2015 di galangan Freire di kota Vigo, Spanyol. Setelah diluncurkan nanti, bukan berarti kapal langsung resmi dioperasikan TNI AL.
KRI Bima Suci dalam proses pembangunan.
KRI Bima Suci dalam proses pembangunan.

1

Setelah KRI Bima Suci diluncurkan, tahap selanjutnya kapal ini masih akan melewati serangkaian uji, seperti harbor trial dan sea trial. Bila sesuai jadwal, proses uji akan rampung pada bulan Mei 2017. Setelah semua oke, kapal akan dibawa berlayar ke Indonesia, kemudian KRI Bima Suci akan diresmikan (commissioning) berupa penyerahan kepada TNI AL pada bulan Juli 2017. Sekilas tahapan KRI Bima Suci tak jauh beda dengan kapal selam KRI Nagabanda 403. Pada bulan Maret lalu, kapal selam baru ini telah diresmikan di galangan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), namun KRI Nagabanda 403 baru akan dikirim ke Indonesia pada bulan Maret 2017.

kri-bima-suci-13

kri-bima-suci-14

Kilas balik tentang KRI Bima Suci, kapal layar tiang tinggi pengganti KRI Dewa Ruci ini dimenangkan tendernya pada Juli 2013. Seperti dikutip dari sumber resmi, penerus Dewa Ruci punya panjang 111,2 meter, lebar 7,8 meter dengan bidang layar 3.350 meter2. Dari segi kapasitas, kapal ini dapat menampung 120 taruna dengan 80 awak kapal.

Sebagai kapal tiang tinggi kelas Barque, KRI Bima Suci memiliki dua tiang dengan layar persegi. Jumlah layar keseluruhan ada 26 buah, lebih banyak dari KRI Dewa Ruci dengan 16 buah layar. Jika di KRI Dewaruci tidak terdapat ruang kelas, maka KRI Bimasuci menyediakan ruang kelas secara khusus sebagai tempat belajar para taruna AAL saat berlatih dalam operasi Kartika Jala Krida. Ruang kelas yang tersedia mampu memuat 100 orang taruna.

KRI Dewa Ruci memanfaatkan geladak terbuka sebagai ruang rekreasi, sementara KRI Bimasuci menyiapkan ruang rekreasi dalam sebuah ballroom berukuran 11 x 10,5 m2. Tingkat kenyamanan juga jauh lebih meningkat sebab KRI Bimasuci menyiapkan perangkat multimedia. Dari sisi performa, KRI Bima Suci punya kecepatan maksimal 12 knot jika menggunakan daya dorong mesin dan 15 knot jika menggunakan layar. Sementara itu untuk tingkat endurance (ketahanan berlayar tanpa mengisi BBM) dapat mencapai 30 hari. Kapal layar tiang tinggi ini dilengkapi dengan 5 dek, 7 kompartemen, dan 48 blok. (Gilang Perdana)
 
 

SRAMS 120mm: Benchmark Prototipe Super Rapid Mortir Litbang TNI AD

img-20160903-wa0001

Mungkin maksud hati ingin mencontoh Super Rapid Advanced Mortar System (SRAMS) keluaran ST Kinetics, Singapura. Meski masih berupa prototipe yang belum tuntas, Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) pernah membuat terobosan mortir otomatis yang mirip-mirip dengan SRAMS. Bila SRAMS mengusung mortir kaliber 120 mm, maka mortir jenis mekatronik inovasi Litbang TNI AD mengusung mortir kaliber 81 mm, kaliber mortir yang juga masif digunakan sebagai senjata bantu infanteri (senbanif).

Meski belum didapat informasi detail tentang sosok prototipe mortir mekatronik 81 mm, namun mekaisme kerjanya diperkirakan merujuk ke SRAMS milik Singapura. SRAMS dilengkapi laras yang sudut elevasinya dapat digerakkan secara otomatis, pengukuran jarak tembakan, sampai jangkauan dikalkukasi secara komputerisasi. Bahkan loading proyektil dimuat secara otomatis dengan tetap mempertahankan pola pengisian reguler dari ujung laras.

SRAMS ST Kinetics.
SRAMS ST Kinetics.
Secara umum, tidak ada yang berubah dari kinerja standar mortir. Namun dengan adopsi semi automation transfer system dan automatic fire control system, kecepatan tembak mortir dapat ditingkatkan, dalam satu menit bisa dilontarkan sampai 10x tembakan. Sebagai perbandingan bila menggunakan pola tembakan konvensional dari prajurit infanteri, paling banter hanya 6x setiap menitnya.
SRAMS pada rantis Spider.
SRAMS pada rantis Spider.

p_20160217_150447

Tapi perlu dicatat, meski basisnya adalah mortir, tapi SRAMS dan juga prototipe mortir otomatis TNI AD, tidak dirancang untuk dioperasikan infanteri, pasalnya senjata jenis ini dipersiapkan untuk dipasang pada rantis (kendaraan taktis) dan ranpur (kendaraan tempur). SRAMS yang sudah dioperasikan sejak tahun 2000, dipasang pada rantis jenis RG31, Bronco All Terrain Tracked Carrier, Flyer Spider, dan HMMWV. SRAMS punya recoil (efek tolak balik) kurang dari 26 ton, plus sistem modular menjadikan senjata ini cocok diadopsi pada beragam jenis rantis dengan penggerak 4×4.

SRAMS pada rantis Bronco.
SRAMS pada rantis Bronco di Singapore AirShow 2016.

Spesifikasi SRAMS
– Panjang laras: 1,8 meter
– Elevasi laras: 40 – 80 derajat
– Kecepatan respon: kurang dari 1 menit
– Bobot sistem SRAMS: kurang dari 1,2 ton
– Awak: 3 orang
– Amunisi: 120 mm standard dan 120 mm ER
– Jarak tembak: 9 km dengan amunisi ER
– Kecepatan tembak: sampai 10x per menit
– Recoil: kurang dari 26 ton

Sementara pada prototipe mekatronik Litbang TNI AD, meski masih belum tuntas, dirancang untuk bisa dikendalikan lewat aplikasi pada smartphone berbasis Android. Tentu besar harapan agar prototipe super rapid mortir 81 mm rancangan lokal ini dapat dirampungkan, dan kelak diproduksi untuk melengkapi ranpur Pindad Anoa 6×6 mortir.

hl

img-20160903-wa0002

Untuk mortir 81 mm, dengan bobot sekitar 49 kg dan panjang laras 1560 mm, dapat dicapai jarak tembak maksimum 6.500 meter dan jarak tembak minimum 100 meter. Untuk mendongkrak mobilitas, nantinya mortir 81 mm juga akan diadopsi ke dalam ranpur Anoa versi Mortar Carrier. Anoa APS-3 Mortar Carrier disiapkan untuk memperkuat Batalyon Infanteri Mekanis. (Haryo Adjie)

Anoa APS-3 Mortar Carrier.
Anoa APS-3 Mortar Carrier.

Spesifikasi Mortir 81 mm Pindad
– Diameter : 81,4 mm
– Panjang laras : 1.560 mm
– Panjang Bipod (dilipat) : 960 mm
– Berat lengkap mortir 49 kg
– Jarak elevasi : 45-85 derajat
– Jarak tembak max : 6500 – 8.000 meter
 

Minggu, 11 September 2016

56 Tahun Mengabdi, C-130B Hercules A-1303 Siap Mengudara Lagi

usai-menjalani-perbaikan-pesawat-hercules-c-130-b-lakukan-uji-terbang

Usia 56 tahun bagi manusia sudah tergolong lanjut, tanpa treatment yang baik, maka kondisi tubuh akan cepat melorot. Begitu pun dengan Lockheed Martin C-130B Hercules, sejak didatangkan pada tahun 1960, faktanya armada C-130B Hercules TNI AU masih terus dioperasikan. Seperti salah satunya pada C-130B Hercues nomer registrasi A-1303 dari Skadron Udara 32 yang belum lama ini telah merampungkan program upgrade dan retrofit tingkat berat.

Retrofit yang dilakukan terhadap pesawat angkut berat yang sangat berjasa dalam Operasi Seroja ini mencakup penggantian pada struktur outer wing, rainbow fitting, engine truss mount,fuselage main tructure, overhaul propeller, perbaikan dan mengganti 4 assy engine low performace, penggantian sistem gas turbine compressor (GTC) dengan APU (Auxilary Power Unit) dan ECS (Evironmental Control System) module.

a1303-indonesian-air-force-lockheed-c-130-hercules_planespottersnet_374971

Komponen avionic juga mendapat peremajaan dengan mengganti seluruh sistem E4 menjudi FCS 105, mengganti sistem radio altimeter AL-101 menjadi radio altimeter 4000 dan memasang sistem Enhanced Traffic Alert Collision Avoidance System dengan ATC/mode S Transponder (ETCAS-CAS 100). Proses penggarapan retrofit dilaksanakan oleh Airod Sdn Bhd Malaysia dengan melibatkan sembilann teknisi dari Malaysia dan empat belas teknisi dari Indonesia yaitu para purnawirawan Depohar 10. Untuk jadwal selanjutnya, ada empat unit C-130B Hercules TNI AU lagi yang akan melaksanakan retrofit dan upgrade di Malaysia.

hl

C-130B adalah varian awal dari keluarga Hercules yang dimiliki TNI AU. Karena banyak mengalami kerusakan dan suku cadang, beberapa C-130B tidak lagi beroperasi sejak beberapa tahun belakangan.

Setelah menjalani proses retrofit dan upgrade, C-130B A-1303 Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang itu berhasil menjalani uji terbang (test flight) perdana oleh Letkol Pnb Subhan di Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Rabu (7/9/2016). C-130B/A-1303 merupakan satu dari 10 unit C-130B Hercules pertama yang dimiliki Indonesia sejak tahun 1960. Pesawat Hercules Tipe B merupakan “hasil barter” Pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat yang menginginkan dibebaskannya Allan L. Pope, pilot bayaran berkewarganegaraan AS yang ditawan pemerintah Indonesia kala itu.

Skadron Udara 32 secara keseluruhan diperkuat belasan pesawat Hercules tipe C-130B/H dan C-130BT. Diantaranya ada dua pesawat yang punya kemampuan sebagai tanker, yakni pesawat dengan nomer registrasi A-1309 dan A-1310. Merujuk informasi dari buku “Hercules Sang Penjelajah – skadron udara 31,” disebutkan C-130 Hercules dengan nomer registrasi A-1309 dan A-1310 sudah resmi digunakan TNI AU sejak 18 April 1961. Awalnya kedua pesawat punya peran reguler sebagai pesawat angkut berat dan penunjang operasi linud, baru kemudian pesawat dimodifikasi untuk ditambahkan kemampuan sebagai tanker bagi jet tempur. Sayangnya Hercules registrasi A-1310 telah jatuh (total crash) di Medan pada Juli 2015. (Bayu Pamungkas)
 

Leopard 2 Fahrschulpanzer: Wahana Latih Pengemudi MBT Leopard 2A4 TNI AD

leopard-2-tni

Setelah lama berkutat menggunakan tank ringan (light tank), hadirnya Leopard 2A4 dan 2A4 Ri menandakan arah perubahan besar kavaleri TNI AD sebagai pengguna MBT (Main Battle Tank). Karena MBT yang didatangkan dari Jerman lumayan banyak (total 103 unit), maka program pelatihan awak dan transisi pengemudi MBT menjadi sesuatu yang krusial. Sebagai ‘flagship’ alutsista TNI AD, tingkat kesiapan tempur MBT Leopard jelas harus terjaga dan pastinya kemampuan awaknya harus terasah.

Mengemudi ranpur lapis baja seberat 60 ton sudah barang tentu butuh kemampuan khusus. Dan memang sudah menjadi standar bagi negara pemilik Leopard bila menggunakan wahana Drive Training Vehicle (DVT) yang dirancang khusus dari basis MBT Leopard. Khusus untuk melatih pengemudi MBT Leopard, dalam paket pembelian tank ini juga disertakan Leopard 2 Fahrschulpanzer. Dari desainnya, Leopard 2 Fahrschulpanzer mengacu pada Leopard 2A4, bedanya pada tank latih ini posisi kubah meriam digantikan dengan kabin observasi untuk pelatih.

bw_leo2a4_fahr_007

leopard2fahrschulpanzer


bw_leo2a4_fahr_039

Kabin observasi di Leopard 2 Fahrschulpanzer dibuat permanen, jadi jangan harap kabin ini bisa berputar layaknya kubah meriam. Agar mendekati kondisi sebenarnya, tank latih ini juga dilengkapi laras, tapi ini hanya dummy. Kabin untuk pelatih ini punya sudut pandang lumayan lebar dan bisa melihat ke belakang. Sementara posisi siswa duduk di kursi pengemudi tank seperti biasa. Seperti halnya pelatih (instruktur) di sekolah kemudi, pelatih dilengkapi sistem kendali override (ambil alih) bila suatu waktu terjadi kondisi kritis saat siswa melakukan kegagalan. Yang bisa di override mencakup kemudi, pedal gas dan rem.

bild_001

Di dalam kabin juga terdapat dua buah kursi untuk siswa latihan lain (cadangan siswa) mengobservasi. Posisi kursi cadangan siswa ini terletak di kiri-kanan kursi instruktur dan diposisikan lebih ke belakang. Tiga kursi di kabin sudah dilengkapi dengan dengan helm yang terintegrasi dengan secure intercomm-set, sehingga arahan instruktur kepada pengemudi bisa dilakukan secara langsung, dan arahan tersebut juga diketahui oleh cadangan pengemudi, termasuk koreksi yang diberikan pelatih kepada siswa yang sedang mengemudi. Hal ini meningkatkan efektivitas pelatihan, sehingga saat saat tiba giliran cadangan pengemudi melaksanakan latihan, hasil latihan akan lebih optimal.

15-leo-proc

Leopard 2 Fahrschulpanzer kini sehari-hari menjadi perangkat latih pada di Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD (Pusdikkav). Sebagai wahana latih, lingkup operasi tank ini biasanya berada di kawasan Padalarang, Jawa Barat. Beberapa pola latihan yang digelar mencakup materi mengemudi klep tertutup (Close Down Hatch Driving) taktis dan manuver. (Bayu Pamungkas)
 

Simulator FFMS C-130H Hercules Telah Terpasang di Lanud Halim Perdanakusuma

Suasana di kokpit simulator C-130H Hercules TNI AU.
Suasana di kokpit simulator C-130H Hercules TNI AU.
Di bulan Maret lalu, telah dilakukan proses pengiriman simulator FFMS (Full Flight Mission Simulator) C-130H Hercules yang berasal dari bekas pakai AU Australia (RAAF). Dan kabar terbaru, kini simulator tersebut telah berhasil terpasang di gedung Fasilitas dan Latihan (Faslat) Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma. Pengadaan simulator ini merupakan bagian dari paket pembelian lima unit C-130H Hercules bekas pakai AU Australia.

Meski proses instalasi simulator C-130H Hercules telah rampung, sejatinya proses pembangunan Faslat Wing 1 telah dimulai sejak bulan Oktober 2015. Simulator FFMS Hercules yang baru saja terpasang Lanud Halim Perdanakusuma berasal dari Skadron 285 yang bermarkas di Lanud Richmond. Lanud ini adalah salah satu pangakalan udara terbesar dan tertua RAAF yang berlokasi di negara bagian NSW (New South Wales). Dikutip dari defence.gov.au, proses pembongkaran dan pengiriman simulator sudah dilakukan sejak 9 – 11 Maret 2016. Meski berstatus bekas pakai, simulator C-130H Hercules Australia sudah mendapat upgrade TTCU (Tactical Training Capability Upgrade).

20160309raaf8558864_066.t56f1b28f.m800.x5dd1303a

20160321raaf8558864_050.t56f1b2ac.m800.xd6e27674

Simulator C-130H Hercules yang datang dari Australia ini merupakan produksi CAE Electronics Ltd, Kanada. Adanya simulator ini sangat membantu para awak pesawat untuk bisa meningkatkan kemampuan mereka, karena semua prosedur latihan yang ada dapat dilaksanakan, terutama yang berkaitan dengan emergency procedure. Meski dengan jam terbang dan kesiapan pesawat yang terbatas, semuanya bisa dimaksimalkan karena latihan bisa tetap dilaksanakan lewat simulator, bahkan untuk latihan-latihan yang tak mungkin dilaksanakan di pesawat sebenarnya. Salah satu sasaran terbang simulator adalah melatih crew coordination/crew resource management (CRM), terutama dalam menghadapi situasi emergency.

Simulator C-130H Hercules TNI AU yang kini eksisting di Lanud Halim Perdanakusuma.
Simulator C-130H Hercules TNI AU yang kini eksisting di Lanud Halim Perdanakusuma.
Dalam operasional FFMS, selain melibatkan pihak CAE Electronics Australia, juga mendapat dukungan dari Airbus Group Australia Pacific. Simulator C-130 di lingkup TNI AU bukan barang baru, sejak tahun 2000, di Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma sudah ada simulator C-130. (Gilang Perdana)
 
(id) 

Perkuat Lantamal, TNI AL Luncurkan Tiga Unit KAL 28M Propeller

5

Armada peronda Lantamal (Pangkalan Utama Angkatan Laut) Koarmabar bertambah lagi, dengan resmi diluncurkannya tiga unit kapal patroli jenis KAL (Kapal Angkatan Laut) 28M Propeller besutan PT Tesco Indomaritim. Ketiga kapal patroli tersebut masing-masing adalah KAL Marapas untuk memperkuat Lantamal IV Tanjung Pinang, KAL Lemukutan untuk Lantamal XII Pontianak dan KAL Bunyu untuk Lantamal XIII Tarakan.

Dari aspek persenjataan, sudah bisa ditebak tidak ada yang mencolok, sebagai kapal patroli di kawasan litoroal Lantamal, KAL 28M memang harus puas dipasangi satu pucuk SMB (Senapan Mesin Berat) DShK-38 atau kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) sekelas Oerlikon 20mm. Meski tidak menutup kemungkinan bila keuangan kuat dapat pula dipasag model kanon RCWS (Remote Control Weapon System). Soal RCWS di KAL 28M nampaknya sudah dipersiapkan, ini terlihat dari model desain grafis KAL 28M yang dirilis pihak galangan memperlihatkan jenis kanon RCWS.

4

kal-28-m-propeller

Turut mengemban peran taktis untuk operasi keamanan laut terbatas, TNI AL kini mulai serius melengkapi KAL dengan persenjataan yang lebih maju, meski masih berkutat di SMB kaliber 12,7 mm, model RCWS sebelumnya sudah diterapkan di KAL Mapor (PC-28) buatan PT Palindo Marine.

Kembali ke KAL 28M Propeller, berdasarkan spesifikasi kapal patroli ini punya panjang 28 meter, lebar 5,85 meter, kecepatan maksimum 28 knot, dan mampu berlayar sejauh 648 nuatical mile (1.200 km). Jarak tempuh 1.200 km dapat dicapai bila kapal dipacu dengan kecepatan jelajah 18 knot. Dengan dua propeller, kapal ini disokong mesin 2×1800 BHP. Dalam sekali berlayar, KAL 28M dapat membawa 16 ribu liter bahan bakar dan 4 ribu liter air tawar. KAL 28M Propeller punya bobot penuh 70 ton, dan diawaki oleh 15 personil.

1

3

Ketiga KAL 28M Propeller diresmikan oleh Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Mulyadi, Senin (5/9) di Jetski Cafe, Pantai Mutiara, Jakarta Utara. Sementara PT Tesco Indomaritim debutnya sudah tak asing dalam pengadaaan kapal untuk TNI. Perusahaan swasta nasional ini yang memproduksi combat boat KMC (Kapal Motor Cepat) Komando untuk Kodam TNI AD dan KAL TNI AL. Tesco Indomaritim sebelum itu juga memproduksi LCU (Landing Craft Utility) yang terintegrasi pada kapal LPD (Landing Platform Dock). PT Tesco Indomaritim telah memproduksi 12 unit tipe KAL 28 Propeller. 4 unit tahun 2015 dan 8 unit tahun 2016. (Gilang Perdana)

Spesifikasi kapal 28M Propeller :
– LOA : 28 m
– Beam : 5,85 m
– Depth : 4,31 m
– Draft : 1,30
– Displacement : 70 MT
– Propulsion : Propeller
– Engine : 2 x 1.800 BHP
– Speed : 28 Knots
 
(id) 

Hughes 500C TNI AU: Sempat Jadi Helikopter Latih Lanjut, Cikal Bakal Heli Serbu Ringan MD530G

MD530G-overview

Dalam ajang Defence Services Asia (DSA) 2016 yang berlangsung bulan April lalu di Kuala Lumpur, Pemerintah Malaysia telah mengumumkan pembelian enam unit helikopter serbu ringan MD530G – (aka AH-6 Little Bird) dari MD Helicopters Inc. Debut helikopter yang kondang sebagai elemen CAP (Close Air Support) di film Black Hawk Down ini memang masif dimanfaatkan satuan Ranger dan Delta Force untuk melakukan raid.

Dari aspek dukungan senjata serta kelincahan dalam bermanuver, bisa dibilang tidak ada yang terlalu istimewa dari MD530G. Poin keunggulan yang kentara lebih karena battle proven, tentu akibat sering diajak beraksi oleh pasukan AS di banyak palagan, seperti salah satunya dalam operasi Gothic Serphent (1993) di Mogadishu – Somalia, suatu operasi militer yang menjadi latar penggarapan film Black Hawk Down karya sutradara Ridley Scott.

md530g_1

Bila dikomparasi dengan Indonesia, TNI AD juga sudah melakukan pengadaan helikopter serbu ringan keluaran baru, yakni AS 550 Fennec buatan Airbus Helicopters. Fennec didapuk sebagai generasi penerus NBO-105 yang kini memang sudah tak diproduksi lagi. Baik MD530G dan AS 550 Fennec, keduanya berasal dari platform helikopter sipil. Ini artinya untuk urusan dukungan sensor dan adopsi persenjataan, semuanya bersifat optional. Rasanya di heli ini Anda tak akan menemukan senapan mesin internal, seperti halnya pada helikopter serbu AH-64 Apache atau Mi-35P Hind.
Hughes 500C TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma.
Hughes 500C TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma.
Pernah terlibat dalam operasi SAR.
Pernah terlibat dalam operasi SAR.
Meski berasal dari platform helikopter sipil, umumya saat beranjak ke versi militer, terdapat penguatan airframe, baling-baling, sampai pada jenis mesin yang lebih powerfull. Bagi penulis, yang menarik adalah melihat sosok MD530G atau Littile Bird, pasalnya di pertengahan tahun 70-an, buyut dari dari MD530G justru sudah mengangkasa di langit Indonesia. Lewat operator Pelita Air Service, setidaknya ada 12 unit Hughes 500C yang pernah dioperasikan maskapai charter milik BUMN Pertamina ini. Pada tahun 70-an, sesuai namanya Hughes 500C masih diproduksi oleh Hughes Helicopters.

H-369HS_640interni_wm-(1)

Berdasarkan lintasan sejarah Hughes 500C, pada tahun 1982 Pelita Air Service mengihibahkan 12 unit helikopter ini untuk TNI AU, yang kemudian 12 unit Hughes 500 diserahkan sebagai kekuatan di Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma. Seperti dikutip dari situs tni-au.mil.id, sebelum resmi diserahkan ke TNI AU, sebetulnya heli-heli ini sudah dioperasionalkan oleh personil TNI AU, sehingga ketika pesawat diserahterimakan, kondisi dan kemampuan terbangnya telah dipahami.

Hughes 500C Pelita Air Service PK-PEW di salah satu pantai Papua. (Foto: Bill Perkins).
Hughes 500C Pelita Air Service PK-PEW di salah satu pantai Papua tahun 1976. (Foto: Bill Perkins).
Hughes 500C Pelita Air Service yang dipiloti Bill Perkins saat mendarat di kawasan Sumatera Utara tahun 1976. (Foto: Bill Perkins)
Hughes 500C Pelita Air Service yang dipiloti Bill Perkins saat mendarat di kawasan Sumatera Utara tahun 1976. (Foto: Bill Perkins)
Untuk selanjutnya, Hughes 500C digunakan bagi keperluan pendidikan siswa Sekbang jurusan Helikopter Latih Lanjut. Bila mengacu pada kondisi saat ini, peran Hughes 500C bisa diibaratkan sebagai pendahulu dari helikopter EC-120B Colibiri. Hughes 500C bisa dikata jarang diterbangkan, dengan alasan menurunnya kesiapan operasional helikopter ini, diantaranya terkait suku cadang. Di dekade 90-an, tinggal lima unit Hughes 500C yang siap operasional, yakni H-500C, H-5010, H-5002, H-5003 dan H-5005. Di tahun 1995, penulis kebetulan masih sempat melihat helikopter ini terparkir depan hangar Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Hughes 500C meraih sertifikat kelaikan terbang pada 1966, dalam versi militer kala itu Hughes menghadirkan kembarannya, yaitu OH-6A Cayuse. Hughes 500 ditenagai mesin tunggal Allison 250-C18B. Helikopter ini punya kecepatan maksimum 282 Km per jam, dan kecepatan jelajah 232 Km per jam. Sementara jarak tempuhnya bisa mencapai 605 Km. Berbeda dengan NBO-105 dan EC-120B Colibri, Hiughes 500 tidak dilengkapi ramp door di bagian belakang, pasalnya exhaust engine berada di posisi bawah bagian belakang.

OH-6A Cayuse.
OH-6A Cayuse.
Kembali ke MD530G yang dibeli Malaysia, oleh pabrikannya heli ini disebut sebagai generasi terbaru dari line heli serbu dari keluarga turunan Hughes. Airframenya dibangun dari platform MD530F yang selama ini telah battle proven. Sebagai versi terbaru, landing gear telah diperkuat sehingga dapat memuat kapasitas payload sampai 816 Kg. Dengan payload yang semakin besar, maka racikan senjata yang akan dibawa bisa lebih fleksibel. Sebagai heli serbu ringan bersemin tunggal, bobot kosong MD530G hanya 885 Kg, dan maximum take off gross weight mencapai 1.701 Kg.

MD530G memeng helikopter yang tak hanya ringan, tapi juga mini, sebagai perbandingan adalah postur orang yang berdiri disampingnya.
MD530G memeng helikopter yang tak hanya ringan, tapi juga mini, sebagai perbandingan adalah postur orang yang berdiri disampingnya.
HMP Pod 12,7 mm dan Gatling gun M134D, plus rudal stinger memang jadi racikan andalan MD530G.
HMP Pod 12,7 mm dan Gatling gun M134D, plus rudal stinger memang jadi racikan andalan MD530G.
Bekal senjata favorit yang diusung sudah barang tentu M134D Minigun pod 7,62 mm, FM HMP250 Pod 12,7 mm, roket Hydra 70 2,75 inchi, rudal anti tank TOW, dan rudal stinger. MD530G disokong mesin turbin Roll Royce 250-C30. Kecepatan jelajah heli serbu ini 204 Km per jam, dan kecepatan maksimum 282 Km per jam. Sementara jarak jangkaunya mencapai 426 Km dengan endurance terbang 2,5 jam. Bicara tentang dukungan perangkat sensor navigasi, selain FLIR (Forward Looking Infrared), teknologi helikopter juga telah terintegrasi dengan stores management system dan advanced communication suite. (Haryo Adjie)
 
(id) 

AMX-13 VCI Retrofit: Harapan Memperpanjang Usia Pakai APC Legendaris

1

Sebelum era Alvis Stormer dan M113-A1, empat dekade lebih rampur tracked APC (Armoured Personnel Carrier) TNI AD bersandar pada jenis AMX-13 VCI (VĂ©hicule de Combat d’Infanterie) buatan Perancis. Dari segi usia jangan ditanya, sudah pasti tank APC ini jauh lebih tua dari usia awaknya. Namun jumlahnya yang dua ratusan unit, dan sebagian besar masih serviceable, mendorong TNI AD masih tetap mempertahankan APC ini.

Seiring bergulirnya proyek retrofit AMX-13 versi kanon (light tank) oleh PT Pindad, berlanjut kemudian pada AMX-13 VCI. Seperti halnya hasil retrofit oleh Bengkel Pusat Peralatan TNI AD, AMX-13 VCI retrofitan PT Pindad tidak mengubah desain body hull secara frontal, masih terlihat jelas identitas konfigurasi alur roda rantai AMX-13 yang khas. Namun bila diperhatikan dari depan, akan nampak juga sentuhan perubahan, terutama pada bodi cover area mesin di bagian depan (samping depan pengemudi). Bila sebelumnya dibuat pola plat miring ‘tajam’ khas tank Perang Dunia II, maka pada hasil retrofit pola plat dibuat miring hanya sekitar 15 derajat, menjadikan AMX-13 kini tak perlu lagi plat bemper. Di AMX-13 VCI retrofit juga tak terlihat lagi sosok roda serep yang menjadi identitas keluarga AMX-13.
AMX-13 VCI dengan body hull orisinil.
AMX-13 VCI dengan body hull orisinil.
AMX-13 VCI retrofit dengan perubahan body hull bagian depan.
AMX-13 VCI retrofit dengan perubahan body hull bagian depan.
AMX-13 VCI retrofit dengan kubah tertutup penuh.
AMX-13 VCI retrofit dengan kubah tertutup penuh.
AMX-13 VCI hasil retrofit Bengkel Pusat Peralatan Angkatan Darat.
AMX-13 VCI hasil retrofit Bengkel Pusat Peralatan Angkatan Darat.
Dari foto-foto yang diperlihatkan, sayangnya retrofit belum menyentuh pada elemen persenjataan. Nampak AMX-13 VCI retrofit masih mengandalkan kubah terbuka untuk SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB Browing 12,7 mm. Disampiung itu, PT Pindad juga menghadirkan versi AMX-13 retrofit dengan kubah tertutup full, tapi sayang belum mengadopsi model RCWS (Remote Control Weapon System).
Posisi exhaust yang terbuka pada AMX-13 VCI versi orisinil.
Posisi exhaust yang terbuka pada AMX-13 VCI versi orisinil.
Posisi exhaust yang telah diberi plat pelindung di AMX-13 VCI retrofit.
Posisi exhaust yang telah diberi plat pelindung di AMX-13 VCI retrofit.

Perubahan lain yang bisa dinikmati dari hasil retrofit oleh Pindad ada di bagian exhaust, bila sebelumnya knalpot terpampang tanpa pelindung, maka di AMX-13 VCI retrofit posisi knalpot telah diberi plat pelindung. Lain dari itu, AMX-13 VCI retrofit juga menghadirkan beberapa modifikasi pada jenis tranmisi, suspensi, dan kaki.

Standar AMX-13 menggunakan mesin SOFAM 8Gxb yang memiliki 8 silinder dan berpendingin air dan berbahan bakar bensin, mampu menyemburkan daya 270 bhp pada 3.200 rpm sehingga AMX-13 dapat mencapai kecepatan maksimal 65km/jam. Konsumsi bensin inilah yang dipandang memberatkan dalam sisi operasional.

2

Barulah pada awal 2014, prototipe AMX-13 retrofit berhasil dirampungkan dan sosoknya telah dipublikasikan. AMX-13 hasil retofit terbaru ini memiliki tampang yang sedikit berbeda dengan aslinya. Untuk hull misalnya, terpaksa ditambah panjang sekitar 20cm untuk mengakomodir mesin anyar. Mesinnya sendiri memakai produk Navistar dari Amerika Serikat dengan daya sebesar 400HP. (Son)
 
(id)