Jumat, 11 Oktober 2013

Vulcan M197 20mm: Senjata “Organik” T-50i Golden Eagle TNI AU

M-197 Gatling Gun
M-197 Gatling Gun
Bicara seputar update alutsista di matra udara, selain hadirnya formasi lengkap 16 jet Sukhoi Su-27/Su-30 di skadron udara 11. Dalam waktu yang bersamaan, publik juga tengah dibuat kagum dengan berdatangannya jet latih lanjut dari Korea Selatan, T-50i Golden Eagle. Secara bertahap 16 unit T-50i Golden Eagle berdatangan ke lanud Iswahjudi, hingga ditargetkan jet buatan KAI (Korea Aerospace Industries) ini akan komplit diterima sang user, yakni skadron udara 15 pada akhir tahun 2013 ini.
Ditilik dari spesifikasinya, T-50i punya dua peran utama, yakni sebagai pesawat jet latih lanjut (advance trainer) dan sebagai pesawat jet tempur multirole. Dengan adanya dua kemampuan tersebut, skadron udara 15 seolah menjadi ‘naik kelas,’ bukan saja mengemban peran sebagai skadron latih, tapi juga punya kemampuan meng-handle tugas-tugas pertempuran, baik  misi combat air to air dan air to ground. Identitas pesawat di skadron 15 pun berubah karenanya, bila sebelumnya dengan armada jet Hawk MK.53 label yang disematkan adalah LL (latih lanjut), maka di sayap ekor T-50i terlihat jelas identitas TT (tempur taktis). Ini artinya T-50i diposisikan sama halnya dengan jet Hawk 100/200 yang ada di skadron 1 dan skadron 12. Atau dimasa lalu, tugas ini diemban oleh A-4E Skyhawk.
Kupasan atau bedah sosok elang penempur asal Negeri K-Pop ini sudah banyak diulas oleh beragam media. Selain unsur avionic yang canggih, sesuai standar jet tempur generasi keempat, keunggulan T-50i juga pada adopsi aneka ragam senjata. Bila jet lawas Hawk MK.53 tidak bisa menggotong rudal, maka T-50i justru punya seabreg sista, bahkan etalase senjata yang bisa dibawa setara dengan F-16 Fighting Falcon.
m197
T-50i Golden Eagle TNI AU
T-50i Golden Eagle TNI AU
Untuk urusan menggendong senjata, disiapkan 7 weapon station. Yang bisa dibawa mencakup rudal udara ke udara (AIM-9 Sidewinder dan AIM-120 AMRAAM), rudal udara ke permukaan (AGM-65 Maverick), roket (Hydra 70 -setipe dengan roket FFAR dan LOGIR – low cost guided imaging rocket), dan untuk bom, bisa membawa tipe MK82, MK83, bom JDAM (joint direct attact munition), dan lain-lain. Tapi senjata utamanya masih ada lagi. Berangkat dari desain kawin silang antara F-16 Fighting Falcon dan F/A-18 Hornet, T-50i juga dibekali kanon internal, alias senjata organik. Jenisnya pun mengacu pada yang dimiliki F-16 dan F/A-18, yaitu kanon gatling multi laras kaliber 20mm.
Vulcan M197 20mm
Adopsi kanon multi laras model gatling punya keuntungan tersendiri, dimana dengan laras putar, panas pada laras akibat tembakan tinggi akan terdistribusi secara rata, umur laras bisa lebih awet.  Berbeda dengan model laras tunggal, seperti kanon ADEN 30mm yang dipakai Hawk 100/200 dan kanon M39-A3 di F-5E/F Tiger II. Di T-50i Golden Eagle, posisi laras kanon gatling Vulcan M197 berada disisi kiri kokpit. Posisi penempatan laras kanon gatling di T-50i, disisi kiri kokpit,  serupa dengan yang ada di jet tempur F-16.
Posisi laras Vulcan M197, ada pada sisi kiri kokpit.
Posisi laras Vulcan M197 di T-50i, ada pada sisi kiri kokpit.
Laras kanon gatling di F-16 Fighting Falcon juga ditempatkan disisi kiri kokpit.
Laras kanon gatling di F-16 Fighting Falcon juga ditempatkan disisi kiri kokpit.
Dirunut dari spesifikasinya, kanon multi laras Vulcan M197 kaliber 20mm dilengkapi tiga laras putar. Sebelum digunakan oleh T-50i, kanon buatan General Dynamics ini sudah terbilang populer diadopsi oleh helikopter serbu AH-1F Cobra dan Super Cobra.  Kanon ini pun bukan kategori senjata kemarin sore. M197 dikembangkan pada awal 1967, rancangan awalnya didasari kebutuhan helikopter serbu AS selama perang Vietnam. Beberapa kalangan berpendat, kanon kaliber 7,62mm pada gunship kurang memadai untuk misi tembakan ke permukaan.
Nah, bagaimana dengan daya gempur Vulcan M197? Kanon yang punya bobot 66,36kg ini dapat memuntahkan 750 sampai 1.500 proyektil dalam satu menit. Kecepatan luncur tiap proyektil mencapai 1.050 meter per detik. Untuk jarak tembak efektifnya antara 1.500 sampai 2.000 meter. Jenis amunisi yang bisa dibawa mencakup tipe API (armor piercing incendiary), HEI (high explosive incendiary), HEI-T, dan MPT-SD. Amunisi ditempatkan dalam drum magasin yang berisi 205 peluru.
Vulcan M197 juga diadopsi pada heli serbu AH-1Z Cobra
Vulcan M197 juga diadopsi pada heli serbu AH-1Z Cobra
Vulcan M61 20mm
TNI AU jelas punya pengalaman dalam mengoperasikan kanon model gatling, tepatnya sejak kedatangan F-16 Fighting Falcon pada 1989/1990, otomatis penerbang dan teknisi TNI AU paham dengan seluk beluk senjata gatling, karena F-16 mengusung kanon integral Vulcan M61 kaliber 20mm. Meski sama-sama satu produsen dan kalibenya pun sama dengan M197, tapi Vulcan M61 dengan enam laras putar ini punya efek gempur yang lebih dahsyat
Vulcan M61 A1 berikut feed system dan drum magasin di jet F-16 Fighting Falcon
Vulcan M61 A1 (6 laras putar) berikut feed system dan drum magasin di jet F-16 Fighting Falcon
 
Dilihat dari spesifikasinya, Vulcan M61A1 pada F-16 A/B Fighting Falcon dapat memuntahkan 4.000 hingga 6.000 proyektil dalam satu menit. Kecepatan luncur proyektilnya 1.050 meter per detik, sementara untuk jarang tembak efektifnya bisa dibilang sama dengan M197 di T-50i. Karena dimensi dan bobot F-16 lebih besar ketimbang T-50i, maka jumlah amunisi yang dibawa pun lebih banyak. Dengan model magasin drum, dapat dibawa hingga 511 peluru. Karena punya enam laras, bertanya pun mencapai 112kg, belum termasuk feed system-nya. Sementara untuk jenis amunisinya, setali tiga uang dengan M197, karena kalibernya memang sama. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Vulcan M197 20mm:
  • Manufaktur                        : General Dynamics Armament Systems
  • Kaliber                                  : 20mm
  • Berat                                     : 66,36kg
  • Cartridge                             : 20x102mm
  • Jumlah laras                       : 3
  • Kecepatan tembak          : 750 – 1.500 proyektil/menit
  • Kecepatan proyektil       : 1.050 meter/detik
  • Jarak Tembak                    : 1.500 – 2.000 meter
Indo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar