Polemik dan ketakutan alat intelijen canggih baru milik Kemhan
Pasukan cyber. ©2013 Merdeka.com
Kementerian Pertahanan (Kemhan) membeli sejumlah alat intelijen canggih
seharga Rp 70 miliar dari Gamma TSE Ltd. Inggris. Sejumlah pihak awalnya
menduga kemhan membeli alat sadap canggih untuk digunakan Badan
Intelijen Strategis.
Sejumlah pihak mempertanyakan kebijakan
pembelian alat sadap. Apalagi intelijen Indonesia punya catatan miring,
pernah jadi alat kekuasaan dan dipakai menekan lawan-lawan politik
selama Orde Baru.
Kalangan aktivis, lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dan DPR mengkritisi penggunaan alat sadap itu. Jangan sampai nanti
malah dipakai menyadap di dalam negeri dan hanya untuk kepentingan
politik, bukan untuk pertahanan dan keamanan.
"Kita punya sejarah
di mana negara cenderung mengawasi warganya untuk kepentingan penguasa.
Tak heran kalau, masyarakat khawatir kalau masih ada potensi
penyalahgunaan," kata Koordinator Riset Imparsial, Ghufron Mabruri saat
berbincang dengan merdeka.com, Rabu (25/9).
Guna mengantisipasi
penyalahgunaan wewenang, Ghufron menyarankan agar pemerintah membentuk
prosedur tetap (protap) saat menggunakan peralatan tersebut. Apalagi,
BAIS memiliki peran besar dalam konteks pertahanan yang bersifat
militer.
"Intel BAIS, fungsi dan tugasnya berkaitan untuk perang.
Orientasinya eksternal, makanya salah dan keliru kalau kemudian
perangkat itu digunakan mengawasi keamanan dalam negeri, ini adalah area
kepolisan," tandasnya.
Meski demikian, dia pun turut mendukung
pembelian peralatan tersebut untuk menghadapi ancaman eksternal, seperti
pembajakan, terorisme dan lain sebagainya. Sebab, ancaman yang bakal
terjadi sepanjang 15-20 mendatang bukan lagi berupa agresi militer atau
okupasi dari negara lain.
Kementerian Pertahanan pun merasa perlu meluruskan polemik soal alat intelijen tersebut. Menhan Purnomo Yusgiantoro menjamin tak ada penyalahgunaan alat-alat baru ini.
"Alat
sadap tersebut tak akan digunakan untuk keperluan lain seperti
pengungkapan kriminalitas maupun kepentingan ekonomi ataupun
penyadapan-penyadapan lain yang dikhawatirkan sebagian pihak
disalahgunakan," kata Menhan Purnomo.
Kepala Komunikasi Publik
Kemhan Brigjen TNI Sisriadi mengatakan, peralatan intelijen yang dibeli
Indonesia bukanlah alat sadap. Menurut Sisriadi, peralatan itu justru
alat untuk antisadap.
"Itu alat antisadap. Alat itu akan dipasang
di seluruh atase pertahanan Indonesia baik yang ada di dalam maupun
luar negeri," kata Sisriadi lebih lanjut dalam di kompleks Kemhan di
Gedung Urip Sumoharjo, Rabu (25/9).
Sisriadi lebih lanjut
mengatakan, saat ini alat antisadap itu sudah berada di Indonesia. Dia
enggan menyebut jumlah dan bentuknya.
"Saya tidak bisa jelaskan
bentuknya. Saya juga tidak berapa jumlahnya. Juga tidak tau apakah sudah
didistribusikan atau belum. Tapi jumlah atase pertahanan kita di luar
negeri banyak," kata Sisriadi.
Menurutnya, alat itu akan
digunakan untuk kepentingan pengaman data negara. Sisriadi mencontohkan,
misal di atase pertahanan Indonesia di Malaysia akan menelepon ke
Indonesia, alat itu akan melakukan acak, agar tidak bisa dibajak oleh
orang yang bertanggung jawab.
Jenderal bintang satu ini pun
menjamin tak akan menggunakan alat-alat intelijen untuk kepentingan
politik. Dia meminta rakyat tak perlu takut.
"Peralatan intelijen
tidak akan digunakan untuk kepentingan politik praktis. Sesuai
perjanjian Panglima TNI dalam beberapa kesempatan bahwa seluruh jajaran
TNI menjunjung tinggi komitmen netralitas dan tidak masuk dalam urusan
politik praktis menjelang Pemilu 2014," tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar