Minggu, 20 Oktober 2013

Panglima TNI Minta Bais Tinggalkan Paradigma Lama

Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat melantik Mayjen TNI Mohammad Erwin Syafitri sebagai kepala BAIS menggantikan Laksda TNI Soleman B Ponto di Jakarta, Senin (30/9). FOTO: Zulfasli/JPNN




Panglima TNI Jenderal Moeldoko meminta segenap insan intelijen, khususnya perwira intelijen Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI meninggalkan paradigma lama intelijen, yang masih melekat di dalam benak dan pikiran para perwira.
"Buang cara berpikir flat, yang hanya berpikir rutinitas dalam pelaksanaan tugas. Insan intelijen harus merubah cara berpikir dan harus berani berpikir radikal, sebagaimana radikalnya ancaman yang berkembang saat ini," kata Jenderal TNI Moeldoko, dalam acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Bais TNI dari Laksda TNI Soleman B. Ponto, kepada Mayjen TNI Mohammad Erwin Syafitri, di Mako Bais TNI Jalan Kalibata Raya 24 Jakarta, Senin (30/9).
Menurut Moeldoko, intel saat ini harus menggunakan dan mengembangkan pendekatan smart power dengan mengedepankan soft power dalam tugas-tugas intelijen, melalui optimalisasi dialog dan komunukasi dua arah, karena sejatinya pada saat ini intelijen bukanlah sosok yang menyeramkan dan misterius.
"Sesuai dengan makna dasar intelligent adalah kecerdasan, yang pada dasarnya dituntut bekerja sesuai dengan norma-norma ilmiah dan etika, sehingga diperoleh data yang reliable, dengan demikian seseorang intelijen seharusnya adalah sosok yang cerdas dalam menjalankan tugasnya," ujar Moeldoko.
Intelijen lanjutnya, tidak bisa menahan keterbukaan informasi, dan tidak bisa mengendalikan komunikasi. Dalam kaitan tersebut, Bais TNI harus mengembangkan pendekatan dialog dan komunikasi pada setiap pelaksanaan tugas. Komunikasi memainkan peran signifikan dalam mencapai resolusi konflik, ketidakpercayaan, kecurigaan, serta permusuhan yang terjadi di masyarakat.
"Keberhasilan menyelesaikan perselisihan, kemampuan menyatukan beragam pemikiran ke dalam keterikatan pemahaman yang sama, itu adalah keberhasilan komunikasi dari sebuah operasi intelijen penggalangan," kata Moeldoko.
Terakhir, Panglima TNI juga mengingatkan agar intelijen nasional membangun kerjasama dengan komunitas media massa, karena kerjasama intelijen dan media massa merupakan cara terbaik dalam rangka membangun dialog dan komunikasi, untuk menerapkan fungsi penggalangan terhadap rakyat dan objek lainnya dengan menggunakan pendekatan cerdas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar