|
Sejumlah pesawat tempur TNI AU terdiri dari enam Su-27/30 Sukhoi
Skadron 11, empat F-16 Fighting Falcon Skadron 3, empat Hawk 109/209
Skadron 12, empat Hawk 109/209 Skadron 1 dan tiga EMB-314 Super Tucano
Skadron 21 akan menggempur dengan bom dan roket dengan sasaran Pulau
Natuna pada Kamis (31/10).
Pesawat-pesawat tersebut secara bergantian akan memuntahkan bom dan
roket terhadap sasaran di darat dan pantai maupun laut sekitar Pulau
Natuna yang dikuasai musuh.
Sebelum pengeboman dilakukan, sebuah pesawat intai Boeing 737-200
Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasnuddin Makassar yang dikawal dua Sukhoi
melakukan pengintaian dan pempotretan udara disekitar Natuna,
pengintaian juga dilakukan pesawat Cassa 212 Skadron Udara 4 Lanud
Abdurachman Saleh Malang yang dikawal dua pesawat Hawk 109/209.
Selain itu dilakukan pengintaian bersenjata (ARM RECCE) oleh pesawat
Hawk 109/209 Skadron, F-16 Fighting Falcon, Su-27/30 Sukhoi dan EMB-314
Super Tucano.
Untuk mengendalikan pertempuran dan pengeboman oleh pesawat-pesawat
tempur TNI AU, pada H-2 diterjunkan 13 pasukan tim Pengendali Tempur
(Dalpur) oleh CN-295 Skadron 2 pada dini hari untuk menghidari pantauan
musuh.
Usai pengeboman oleh pesawat-pesawat tempur TNI AU, sekitar 400
Pasukan Khas Angkatan Udara (Paskhasau) yang diterjunkan oleh tujuh
pesawat C-130 Hercules mengadakan penyerbuan kedaerah musuh untuk
membesihkan sisa-sisa musuh yang masih tersisa untuk menguasai obyek
vital, sedangkan untuk mengoperasikan kembali pangkalan yang sudah
dikuasai C-130 Herculen dilakukan air landed membawa Paskhas yang
terlatih di bidang PLLU, Meteorologi maupun fasilitas pangkalan agar
menudahkan operasi selanjutnya.
Dalam pertempuran tidak tertutup kemungkinan akan terjadi
penyanderaan dan evakuasi korban-korban pertempuran, untuk membebaskan
penyanderaan Tim Paskhasau akan melakukan operasi SAR Tempur (Sarpur)
sedangkan untuk korban pertempuran akan dilakukan Pengungsian Medis
Udara (PMU) dengan C-130 Hercules dengan membawa korban langsung ke
Jakarta.
Kegiatan tersebut merupakan skenario Latihan Operasi Udara dengan
sandi “Angkasa Yudha 2013” yang digelar di Pulau Natuna yang disaksikan
Menhan RI Purnomo Yusgiantoro, Anggota DPR RI Komisi I, Pejabat Mabes
TNI dan pejabat TNI AD, TNI AL dan TNI AU.
Dalam latihan tersebut didukung juga oleh pesawat CN-235 dalam
penerjunan Tim Bravo, satu C-130 KC (Tanker) untuk pengisian bahan bakar
di udara (Air Refueling) serta Helikopter SAR maupun helikopter
dukungan VIP.
Kasau Masekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengatakan, latihan ini
merupakan pembinaan kemampuan dan kekuatan satuan-satuan TNI AU secara
berjenjang mulai tingkat perorangan, tingkat satuan, antar satuan hingga
tingkat latihan puncak Angkasa Yudha, untuk menguji kesiap siagaan
satuan sekaligus menguji doktrin operasi udara dalam menanggulangi
kontijensi.
Latihan ini juga ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
kemampuan tempur personel jajaran Koopsau I, Koopsau II, Kohanudnas,
Korpaskhas dan Dinas terkait.
Latihan ini menerapkan prinsip unity of command. Prinsip ini
tercermin sejak tahap Geladi Posko hingga tahap Geladi Lapangan,
diterapkan dalam rangkaian Operasi Pertahanan Udara, Operasi Serangan
Udara Strategis, Operasi Lawan Udara Ofensif, Operasi Dukungan Udara
dan Operasi Informasi.
Menurut Kasau, Perbaikan doktrin serta skenario latihan memang perlu
selalu diperbaiki. “Doktrin harus disesuaikan dengan trend ancaman masa
depan dan kemampuan perang kita kita, sedangkan skenario harus
berpedoman dari ancaman masa kini yang paling mungkin terjadi”.
Hal tersebut dimaksudkan sebagai koreksi untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan yang pasti ditemui selama latihan berlangsung. Hanya
dengan cara perbaikan secara terus menerus seperti itulah, kita dapat
melakukan perubahan-perubahan agar dapat menyiapkan kekuatan tempur yang
lebih kuat, handal dan benar-benar siap menghadapi ancaman, jelas
Kasau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar