Rabu, 02 Oktober 2013

Pengetahuan Umum Terkait Teroris Masih Remang-Remang

 
Berbeda dengan pada saat menghadapi sisa-sisa G 30 S/PKI setelah PKI dibubarkan pada tahun 1966, dimana jelas ditingkat Pusat dikejar semua tokoh yang tergolong anggota Polit Biro CCPKI, aggota CC PKI, CDB PKI, CS dan unsur-unsurnya dibawah yang bekerja atas dasar Strategi Desentralisasi Mutlak dan Centralisasi Insidentil, yang intinya secara otonom semua unsur PKI dimanapun harus melakukan perlawanan sendiri-sendiri tanpa menunggu komando dari Pusat, kini dalam menghadapi aksi-aksi teror pengetahuan umum kita agak remang-remang. 

Demikian dikemukakan Soedibyo seraya menambahkan, saat ini masyarakat banyak mempertanyakan siapakah sebenarnya pelaku terorisme dewasa ini, bagaimana strategi mereka dan nota bene bagaimana situasi mereka dewasa ini. 
“Kita secara tiba-tiba berulang kali dikagetkan oleh terjadinya penggerebegan dan penangkapan atas mereka yang disangka unsur teroris, namun gambaran tentang struktur organisasi, kekuatan dan penyebaran mereka tidak jelas,” tambah mantan Kepala Bakin ini.
Menurut purnawirawan Jenderal berbintang tiga ini, memang terdapat dilema, pada satu sisi dengan alasan kerahasiaan operasional berbagai informasi tentang aktivitas terorisme dewasa ini tidak mungkin di ekspose.
“Tetapi untuk mempolisikan masyarakat, atau menjadikan masyarakat ikut aktif membantu Polisi dalam berbagai tugas keamanan termasuk menghadapi ancaman teroris, maka dengan pengetahuan yang nihil, jelas mustahil  program mempolisikan masyarakat dapat berjalan,” urainya.
Oleh sebab itu, saran Soedibyo, BNPT sebagai Kopkamtib mini, ada baiknya memikirkan  cara bagaimana tanpa mengeksopose berbagai  rahasia dari kegiatan operasional yang sedang dilakukan, ada informasi terbatas siapa sebenarnya pelaku terorisme di Indonesia dewasa ini, bagaimana struktur organisasi, kekuatan,  strategi, tujuan dan kegiatannya.
“BNPT dan Densus 88 kemungkinan selain kemampuan operasionalnya di lapangan juga perlu didukung tim penyelidik dan tim analis yang kuat, sehingga kekuatan kelompok teroris dapat dipantau kekuatan, kemampuan, pimpinan, lokasi,  dislokasi dan gerakannya,”jelasnya.
Soedibyo memperkirakan oknum-oknum terduga teroris seperti Imam Syafei semacam ini diperkirakan sulit dimanfaatkan pengembangan perkaranya, selama tidak diketahui  peta dasar situasi organisasi, lokasi penyebaran dan tokoh-tokohnya,” urainya.
TGR. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar