Berbeda
dengan pada saat menghadapi sisa-sisa G 30 S/PKI setelah PKI dibubarkan
pada tahun 1966, dimana jelas ditingkat Pusat dikejar semua tokoh yang
tergolong anggota Polit Biro CCPKI, aggota CC PKI, CDB PKI, CS dan
unsur-unsurnya dibawah yang bekerja atas dasar Strategi Desentralisasi
Mutlak dan Centralisasi Insidentil, yang intinya secara otonom semua
unsur PKI dimanapun harus melakukan perlawanan sendiri-sendiri tanpa
menunggu komando dari Pusat, kini dalam menghadapi aksi-aksi teror
pengetahuan umum kita agak remang-remang.
Demikian
dikemukakan Soedibyo seraya menambahkan, saat ini masyarakat banyak
mempertanyakan siapakah sebenarnya pelaku terorisme dewasa ini,
bagaimana strategi mereka dan nota bene bagaimana situasi mereka dewasa
ini.
“Kita
secara tiba-tiba berulang kali dikagetkan oleh terjadinya penggerebegan
dan penangkapan atas mereka yang disangka unsur teroris, namun gambaran
tentang struktur organisasi, kekuatan dan penyebaran mereka tidak
jelas,” tambah mantan Kepala Bakin ini.
Menurut purnawirawan Jenderal berbintang tiga ini, memang terdapat dilema, pada satu sisi dengan alasan kerahasiaan operasional berbagai informasi tentang aktivitas terorisme dewasa ini tidak mungkin di ekspose.
Menurut purnawirawan Jenderal berbintang tiga ini, memang terdapat dilema, pada satu sisi dengan alasan kerahasiaan operasional berbagai informasi tentang aktivitas terorisme dewasa ini tidak mungkin di ekspose.
“Tetapi
untuk mempolisikan masyarakat, atau menjadikan masyarakat ikut aktif
membantu Polisi dalam berbagai tugas keamanan termasuk menghadapi
ancaman teroris, maka dengan pengetahuan yang nihil, jelas mustahil
program mempolisikan masyarakat dapat berjalan,” urainya.
Oleh
sebab itu, saran Soedibyo, BNPT sebagai Kopkamtib mini, ada baiknya
memikirkan cara bagaimana tanpa mengeksopose berbagai rahasia dari
kegiatan operasional yang sedang dilakukan, ada informasi terbatas siapa
sebenarnya pelaku terorisme di Indonesia dewasa ini, bagaimana struktur
organisasi, kekuatan, strategi, tujuan dan kegiatannya.
“BNPT
dan Densus 88 kemungkinan selain kemampuan operasionalnya di lapangan
juga perlu didukung tim penyelidik dan tim analis yang kuat, sehingga
kekuatan kelompok teroris dapat dipantau kekuatan, kemampuan, pimpinan,
lokasi, dislokasi dan gerakannya,”jelasnya.
Soedibyo memperkirakan oknum-oknum terduga teroris seperti Imam Syafei semacam ini diperkirakan sulit dimanfaatkan pengembangan perkaranya, selama tidak diketahui peta dasar situasi organisasi, lokasi penyebaran dan tokoh-tokohnya,” urainya.
Soedibyo memperkirakan oknum-oknum terduga teroris seperti Imam Syafei semacam ini diperkirakan sulit dimanfaatkan pengembangan perkaranya, selama tidak diketahui peta dasar situasi organisasi, lokasi penyebaran dan tokoh-tokohnya,” urainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar