Seluruh
insan intelijen, khususnya kepada perwira intelijen Bais TNI, agar
meninggalkan paradigma lama intelijen, yang masih melekat didalam benak
dan pikiran para perwira. Buang cara berpikir flat, yang hanya
berpikir rutinitas dalam pelaksanaan tugas. Hal itu disampaikan Panglima
TNI Jenderal TNI Moeldoko, saat memimpin serah terima jabatan
(Sertijab) Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI dari Laksda TNI
Soleman B Ponto, kepada Mayjen TNI Mohammad Erwin Syafitri, di Mako
Bais TNI Jalan Kalibata Raya 24 Jakarta, Senin, 30 September.
Panglima
berpesan kepada pejabat baru, agar membangun kerjasama komunitas
intelijen nasional, termasuk kerjasama dengan media massa, karena
kerjasama intelijen dan media massa merupakan cara terbaik dalam rangka
membangun dialog dan komunikasi, untuk menerapkan fungsi penggalangan
terhadap rakyat dan objek lainnya dengan menggunakan pendekatan secara
cerdas.
Para
insan intelijen harus merubah cara berpikir, bahkan harus berani
berpikir radikal, sebagaimana radikalnya ancaman yang berkembang saat
ini. Gunakan dan kembangkan pendekatan smart power dengan mengedepankan soft power
dan dalam tugas-tugas intelijen, melalui optimalisasi dialog dan
komunukasi dua arah, karena sejatinya pada saat ini intelijen bukanlah
sosok yang menyeramkan dan misterius.
Sesuai dengan makna dasar intelligent
adalah kecerdasan, yang pada dasarnya dituntut bekerja sesuai dengan
norma-norma ilmiah dan etika, sehingga diperoleh data yang reliable, dengan demikian seseorang intelijen seharusnya adalah sosok yang cerdas dalam menjalankan tugasnya.
Intelijen
tidak bisa menahan keterbukaan informasi, dan tidak bisa mengendalikan
komunikasi. Dalam kaitan tersebut, Bais TNI harus mengembangkan
pendekatan dialog dan komunikasi pada setiap pelaksanaan tugas.
Komunikasi memainkan peran signifikan dalam mencapai resolusi konflik,
ketidakpercayaan, kecurigaan, serta permusuhan yang terjadi di
masyarakat.
Keberhasilan
menyelesaikan perselisihan diklaim sebagai keberhasilan komunikasi.
Kemampuan menyatukan beragam pemikiran kedalam keterikatan pemahaman
yang sama, juga dikatakan sebagai keberhasilan komunikasi dari sebuah
operasi intelijen penggalangan.
Cara
kerja yang cermat dan mendalam, kualitas berpikir yang cerdas, tajam
dan akurat dalam menganalisa, serta kinerja yang semakin meningkat,
harus menjadi ciri utama Badan Intelijen Strategis TNI, yang bekerja
berlandaskan tugas pokok TNI dan dua tugas Operasi Militer Perang (OMP),
serta empat belas tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang
diamanatkan undang-undang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar