Sehingga militer Indonesia tak lagi bergantung pada teknologi asing.
(VIVAnews/Erick Tanjung)
TNI Angkatan Darat mulai
mengembangkan riset teknologi guna alat utama sistem pertahanan
(alutsista) sendiri. Sehingga militer Indonesia tidak lagi bergantung
pada teknologi pabrikan negara-negara asing.
"Hasil riset ini untuk meningkatkan alutsista demi kemandirian
bangsa," kata Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman dalam launching hasil
riset berbasis teknologi tinggi di Mabes Angkatan Darat, Jakarta, Senin 7
Maret 2014.
Pengembangan riset ini kerjasama TNI AD dengan Universitas Surya.
Sehingga TNI AD memiliki senjata berbasis teknologi lebih unggul.
Menurut Budiman, jika membeli dari asing, tidak mendapatkan barang
terbaik. Pasalnya, produk terbaik pabrikan suatu negara tentu digunakan
sendiri.
"Kalau kita beli dari negara luar, pasti alat terhebatnya dipakai
sendiri. Layer (lapisan) kedua tentu dia berikan kepada sekutunya, dan
layer ketiga baru diberikan kepada kita jika mereka menganggap sahabat,"
ujarnya.
Budiman menjelaskan, biaya riset pengembangan teknologi alutsista
ini tak memakan biaya mahal. Hal ini, menurutnya, juga merupakan salah
satu upaya menghemat pengeluaran negara untuk membangun pertahanan.
"Dengan memproduksi sendiri, banyak keuangan negara yang dihemat.
Total biaya riset ini hanya mengeluarkan biaya Rp 31 miliar, ini jauh
lebih murah dari pada membeli produk asing," tandasnya.
Sedikitnya ada 15 program riset teknologi alutsista yang dibuat
oleh TNI AD kerjasama dengan Universitas Surya. Diantaranya adalah:
1. Superdrone, yakni pesawat tanpa awak untuk pemantauan suatu daerah. Dibeberapa negara digunakan sebagai pesawat pembom.
2. Alat konvensi BBM ke BBG, dengan ini sepeda motor TNI AD akan
menggunakan bahan bakar hibrid; bensin dan gas. Subsidi gas lebih murah
dibandingkan subsidi bensin. Motor menggunakan gas 3 kg bisa menempuh
jarak 240-300km. Jika alat ini di jual ke publik, maka akan sangat
membantu tukang ojek dan pengendara motor lain.
3. Bioetanol dari sorgum, dilengkapi dengan genset yang
sudah dimodifikasi sehingga cocok dengan bioetanol ini. Harganya lebih
murah dan memungkinkan masyarakat bisa membuat sendiri bahan bakar tuk
rumahan.
4. Laser gun, senjata untuk latihan menembak. Hanya saja
pelurunya diganti dengan berkas sinar laser. Kompoter membuat
tembakannya seperti tembakan peluru. Hal ini untuk menghemat penggunaan
peluru.
5. Open BTS. Dengan BTS ini, TNI AD bisa membuat jaringan selular sendiri. Alat ini cocok untuk daerah-daerah pedalaman.
6. VOIP Based MESH network, sistem jaringan yang tidak tergantung pada salah satu point (self healing).
7. APRS and MESH Network, sistem untuk mengatur alutsista dan
tentara ketika berada dilapangan. Dilengkapi dengan sistem tracking GPS.
8. Nanosatelit, satelit yang beratnya hanya 1 kg. Untuk tahap ini baru bisa dipakai untuk komunikasi saja.
9. Integrated Optronic Defense System, sistem pertahanan dengan memanfaatkan sistem optik dan elektronika.
10. Simulasi komputer 1, software yang dikembangkan untuk
menganalisa tank atau alat perang lainnya dan mempelajari kekurangan dan
kelemahan alat ini ketika dipakai di Indonesia.
11. Simulasi komputer 2, software untuk menganalisa berbagai senapan.
12. Gyrocopter, prototipe motor terbang, diharapkan dapat membantu transportasi antar pulau-pulau kecil di Indonesia.
13. IPv6, tiap komputer punya alamat yang disebut IP.
14. Multirotor, dipakai untuk pengintaian dan pemantauan daerah.
15. Frapping bird, dipakai untuk pengintaian dan pemantauan daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar