Senin, 07 April 2014

TNI AD Kembangkan 15 Teknologi Alutsista Buatan Sendiri

Sehingga militer Indonesia tak lagi bergantung pada teknologi asing.

Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman dalam launching hasil riset berbasis teknologi tinggi di Mabes Angkatan Darat, Jakarta, Senin 7 Maret 2014.
Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman dalam launching hasil riset berbasis teknologi tinggi di Mabes Angkatan Darat, Jakarta, Senin 7 Maret 2014. (VIVAnews/Erick Tanjung)
TNI Angkatan Darat mulai mengembangkan riset teknologi guna alat utama sistem pertahanan (alutsista) sendiri. Sehingga militer Indonesia tidak lagi bergantung pada teknologi pabrikan negara-negara asing.

"Hasil riset ini untuk meningkatkan alutsista demi kemandirian bangsa," kata Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman dalam launching hasil riset berbasis teknologi tinggi di Mabes Angkatan Darat, Jakarta, Senin 7 Maret 2014.

Pengembangan riset ini kerjasama TNI AD dengan Universitas Surya. Sehingga TNI AD memiliki senjata berbasis teknologi lebih unggul. Menurut Budiman, jika membeli dari asing, tidak mendapatkan barang terbaik. Pasalnya, produk terbaik pabrikan suatu negara tentu digunakan sendiri.

"Kalau kita beli dari negara luar, pasti alat terhebatnya dipakai sendiri. Layer (lapisan) kedua tentu dia berikan kepada sekutunya, dan layer ketiga baru diberikan kepada kita jika mereka menganggap sahabat," ujarnya.

Budiman menjelaskan, biaya riset pengembangan teknologi alutsista ini tak memakan biaya mahal. Hal ini, menurutnya, juga merupakan salah satu upaya menghemat pengeluaran negara untuk membangun pertahanan.

"Dengan memproduksi sendiri, banyak keuangan negara yang dihemat. Total biaya riset ini hanya mengeluarkan biaya Rp 31 miliar, ini jauh lebih murah dari pada membeli produk asing," tandasnya.

Sedikitnya ada 15 program riset teknologi alutsista yang dibuat oleh TNI AD kerjasama dengan Universitas Surya. Diantaranya adalah:

1. Superdrone, yakni pesawat tanpa awak untuk pemantauan suatu daerah. Dibeberapa negara digunakan sebagai pesawat pembom.

2. Alat konvensi BBM ke BBG, dengan ini sepeda motor TNI AD akan menggunakan bahan bakar hibrid; bensin dan gas. Subsidi gas lebih murah dibandingkan subsidi bensin. Motor menggunakan gas 3 kg bisa menempuh jarak 240-300km. Jika alat ini di jual ke publik, maka akan sangat membantu tukang ojek dan pengendara motor lain.

3. Bioetanol dari sorgum, dilengkapi dengan genset yang sudah dimodifikasi sehingga cocok dengan bioetanol ini. Harganya lebih murah dan memungkinkan masyarakat bisa membuat sendiri bahan bakar tuk rumahan.

4. Laser gun, senjata untuk latihan menembak. Hanya saja pelurunya diganti dengan berkas sinar laser. Kompoter membuat tembakannya seperti tembakan peluru. Hal ini untuk menghemat penggunaan peluru.

5. Open BTS. Dengan BTS ini, TNI AD bisa membuat jaringan selular sendiri. Alat ini cocok untuk daerah-daerah pedalaman.

6. VOIP Based MESH network, sistem jaringan yang tidak tergantung pada salah satu point (self healing).

7. APRS and MESH Network, sistem untuk mengatur alutsista dan tentara ketika berada dilapangan. Dilengkapi dengan sistem tracking GPS.

8. Nanosatelit, satelit yang beratnya hanya 1 kg. Untuk tahap ini baru bisa dipakai untuk komunikasi saja.

9. Integrated Optronic Defense System, sistem pertahanan dengan memanfaatkan sistem optik dan elektronika.

10. Simulasi komputer 1, software yang dikembangkan untuk menganalisa tank atau alat perang lainnya dan mempelajari kekurangan dan kelemahan alat ini ketika dipakai di Indonesia.

11. Simulasi komputer 2, software untuk menganalisa berbagai senapan.

12. Gyrocopter, prototipe motor terbang, diharapkan dapat membantu transportasi antar pulau-pulau kecil di Indonesia.

13. IPv6, tiap komputer punya alamat yang disebut IP.

14. Multirotor, dipakai untuk pengintaian dan pemantauan daerah.

15. Frapping bird, dipakai untuk pengintaian dan pemantauan daerah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar