Peristiwa serangan yang
dirancang jaringan kelompok Al-Qaeda ke mainland Amerika Serikat dikenal
dengan peristiwa Nine One One (911), karena dilakukan pada tanggal 11
September 2001. Dari empat pesawat penyerang, hanya tiga yang sukses,
sementara rencana penyerangan ke Washington DC gagal dan pesawat jatuh
sebelum sampai kepad sasaran. Serangan berhasil meruntuhkan gedung
kembar WTC di New York dan menyerang Markas Pentagon.
Nah kini, dalam peristiwa hilangnya
pesawat Boeing 777 MAS flight number MH370, apabila diperhatikan ada
angka khusus yaitu Eight One One (811). Dari mana angka tersebut?
Apabila diperhatikan, pesawat yang take off dari Kuala Lumpur pada pukul
00:41 (LT), menurut laporan dari Satelit Inmarsat, pesawat masih
mengeluarkan "Ping" yang berasal dari engine, terakhir adalah pukul
08:11. Seharusnya pesawat tersebut mengirim ping kembali pada 09:15,
tetapi tidak muncul.
MH370 diketahui pada pukul 01:21
mematikan transponder, pada pukul 01:30-02:15 dilaporkan tertangkap oleh
dua Air Defence Radar (Radar Militer Malaysia dan Thailand) telah
berbelok kearah Barat, kemudian ke Utara dan terakhir kearah Barat Daya,
terakhir ditangkap radar pada pukul 02:15. Setelah itu, pergerakannya
hanya merupakan pantauan Inmarsat, tanpa diketahui kecepatan, ketinggian
dan arah yang pasti. Seperti diumumkan oleh PM Najib Razak, pesawat
berakhir di Samudera Hindia.
Menurut keterangan CEO Malaysia
Airlines, Ahmad Jauhari Yahya, bahan bakar pesawat diisi untuk delapan
jam terbang. Dengan demikian maka perhitungan pesawat berada diudara
sekitar 7,5-8 jam masih realistis.
Apakah angka 811 merupakan sebuah
signal? Dapat iya dapat tidak tergantung meyakininya. Angka tersebut
adalah angka ping terakhir MH370 yang ditangkap Inmarsat. Menurut para
ahli penerbangan, ping akan tetap dikirim secara konstan selama
generator dari engine hidup. Pertanyaannya, apakah pilot tersebut
sengaja shut down engine pada pukul 08:11? Mungkin saja, karena Boeing 777 bisa gliding
(melayang) apabila engine mati. Ini merupakan masalah tersendiri bagi
team SAR di laut, mereka sulit memperkirakan seberapa jauh jarak gliding
pesawat itu.
Menurut perkiraan penulis, pesawat tidak
hancur berantakan, tetapi pesawat ditching di laut, utuh, dan mungkin
hanya bagian cargo yang pecah, setelah itu pesawat akan tenggelam. Jelas
tidak terlacak, karena kejadian pada 8 Maret 2014, sedang tim baru
bergerak ke wilayah perkiraan lokasi setelah dua pekan. Kalau ditching,
kemana para penumpang? Kemungkinan para penumpang serta crew telah
dilumpuhkan pada saat pilot (pembajak) yang kemungkinan capt pilotnya
sendiri saat dilakukannya manuver tempur setelah transponder dimatikan,
dan pesawat berbalik arah, kemudian memotong Kotabaharu, ke Barat dan
hingga di WP Vampi.
Terakhir pesawat diketahui ketinggiannya
hanya 5.000 ft, dari data 35 ribu, ke 45 ribu (kemungkinan 37 ribu).
Penumpang bisa terkena G Force negative ataupun hipoxia yang dapat
menyebabkan seseorang tewas. Semua tidak didapat fakta yang pasti.
Jadi mengandalkan kepada radius
jari-jari jangkauan satelit Inmarsat serta jarak jelajah pesawat setelah
beberapa saat menghilang dari tangkapan radar militer, pesawat tetap
terbang ke koridor Selatan (laporan dari perwakilan UK Air Accidents
Investigation Branch ,AAIB), seperti di sebutkan Inmarsat, ping
terakhir 8:11. Nah pada 8:11 engine di shut down, pesawat gliding dan
ditching, pesawat kemungkinan tenggelam dalam keadaan utuh, sehingga
tidak ada bukti barang-barang yang mengapung.
Apakah angka 8:11 itu penting? Amerika
Serikat serta media menyebut peristiwa menggemparkan dan mengerikan yang
meruntuhkan WTC pada 11 September 2001 sebagai peristiwa 911. Apakah
kini si pembajak mendapat instruksi mematikan engine pada 811 dengan
maksud tertentu? Angka ini memang nampaknya seperti kebetulan, tetapi
dalam sebuah serangan teror, para analis intelijen selalu memperhatikan
signal-signal, untuk mengantisipasi serangan masa depan.
Pertanyaannya, setelah ini mereka akan
melakukan apa lagi? Apakah 711?, yang bisa diterjemahkan sebagai tanggal
11 Juli? Atau tanggal 7 September? Kita belum tahu, karena belum
didapat fakta atau rencana ataupun skenario para penyerang. Teroris akan
sabar menunggu sampai tergetnya lengah, ini prinsip serangan. Yang
sulit, banyak yang belum dapat menerimanya sebagai aksi teror.
Menurut penulis angka ini bukan
berandai-andai, tetapi sebuah game antara terorisme yang memberikan
pesan atau signal kepada pihak/negara tertentu (kemungkinan besar AS),
yang harus benar-benar diteliti oleh badan kontra teror.
Itulah teror kelas atas, membuat gentar
dan gemetar bagi mereka yang dituju, walaupun korban jatuh bisa siapa
saja dan tidak peduli dari negara manapun. Yang penting mereka berhasil
menghentak rasa takut dan penasaran masyarakat dunia. Perkara percaya
ataupun tidak penulis serahkan kepada pembaca, karena dunia teror dan
intelijen hanya dikuasai oleh orang yang memahaminya, kira-kira mirip
dengan dunia gaib. Begitulah.
Oleh : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar