Selasa, 15 April 2014

Perwira tinggi TNI AU tempuh tradisi pembaretan Korps Paskhas

Perwira tinggi TNI AU tempuh tradisi pembaretan Korps Paskhas
Ilustrasi saat Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Timur Pradopo, menerima pengangkatan dia sebagai warga kehormatan Korps Pasukan Khas TNI AU, oleh komandan korps itu, Marsekal Muda TNI Amarullah, di Pangkalan Udara TNI AU Sulaeman, Bandung. Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Pramono Edhie (kiri), Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno (empat kanan), Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Imam Sufaat (tiga kanan), dan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono (dua kanan), juga diangkat. (FOTO ANTARA/Fahrul Jayadiputra)

Korps Pasukan Khas TNI AU melantik lagi 136 prajurit siswanya, ditandai upacara mengenakan baret jingga kebanggaan korps itu, di Pantai Sancang, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Selain mereka, 12 perwira tinggi dan tiga perwira menengah TNI AU juga menempuh secara langsung tradisi pembaretan ini.

"Dengan begitu, para perwira tinggi TNI AU ini bersama tiga perwira menengah, resmi menjadi warga kehormatan Korps Pasukan Khas TNI AU," kata Kepala Penerangan Korps Pasukan Khas TNI AU, Mayor Khusus Rifaid, dari Bandung, Selasa. 

Upacara pengenaan baret, penyematan brevet komando Korps Pasukan Khas TNI AU, dan pemberian pisau komando, dipimpin Komandan Korps Pasukan Khas TNI AU, Marsekal Muda TNI Herpin Ondeh.

Di antara 12 perwira tinggi TNI AU itu adalah Marsekal Pertama TNI Dody Trisunu (Komandan Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar) dan Marsekal Pertama TNI Adis Banjere (Kepala Dinas Hukum TNI AU). 

Laiknya seorang prajurit komando, para perwira tinggi dan menengah itu harus menempuh jalan jauh lintas alam militer sepanjang 20 kilometer melewati 14 pos pendidikan komando dengan beban cukup berat di ransel masing-masing. 

Di setiap pos, mereka harus mampu memakai persenjataan personel dan kelengkapan navigasi perorangan setelah ditunjukkan cara menggunakan. 

"Di antara pos itu adalah pos peta dan kompas, peralatan komunikasi, senjata lintas lengkung, penyeberangan basah, patroli pantai, penyeberangan kering, KSPT, pengetahuan kesehatan lapangan, penembakan SPG, lempar granat, titian dua tali, menembak laras panjang, menembak pistol, dan diakhiri lempar pisau," kata Rifaid.

Korps Pasukan Khas TNI AU dahulu bernama Pasukan Gerak Tjepat AURI yang lalu berubah nama menjadi Korps Pasukan Gerak Cepat TNI AU. Secara asasi, dia merupakan pasukan ber-habitus tempur di darat bagi TNI AU, dengan fungsi pokok pada pengendalian pangkalan udara, pertahanan pangkalan udara, dan SAR tempur. 

Seiring perkembangan jaman, Korps Pasukan Khas TNI AU juga memiliki pasukan khusus anti teror bernama Satuan B-90 Bravo. Pasukan ini akan mengoperasikan meriam titik anti serangan udara masif --mirip close-in weapon system-- buatan Oerlikon, Jerman, dalam waktu tidak lama lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar