Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada
tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang
sangat cepat dibidang teknologinya. Perkembangan ini ditujukan pada
penambahan efektifitas penggunaan dan penambahan efisiensi penggelaran
dan perawatan serta peningkatan keandalan sistemnya. Sebagai ilustrasi,
radar pertama hanya mampu menangkap sasaran dan hanya mampu menunjukkan
sektor dimana sasaran itu berada. Sedangkan radar generasi modern mampu
menangkap sasaran dengan menentukan koordinat sasaran secara akurat
serta keuntungan lainnya.Pesatnya perkembangan teknologi komponen
elektronika, perkembangan teknologi gelombang mikro dan perkembangan
teknologi komputer mendorong lajunya perkembangan teknologi radar.
Pengaruh teknologi lain sangatlah kecil apabila dibandingkan dengan
perkembangan teknologi tersebut di atas, dalam perkembangan teknologi
radar. Oleh karena itu hanya pengaruh dari yang ketiga di atas yang akan
ditinjau. Radar Produksi Dalam Negeri Bukanlah Sebuah Mimpi Untuk
mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri sekaligus membantu
memaksimalkan pengawasan dan pengamanan negara, Indonesia memerlukan
suatu sistem pengamanan terintegrasi yang diaplikasikan ke dalam bentuk
radar. Selama ini teknologi radar dikuasai oleh pihak asing.
Pada tanggal 24 Oktober 2008, SOLUSI247 bersama dengan divisi radar RCS-247 (Radar & Communication Systems) untuk
pertama kalinya berhasil meluncurkan sebuah karya anak bangsa di bidang
teknologi radar. Radar buatan anak bangsa ini diberi nama INDRA. Radar
Maritim INDRA dibangun dengan kemampuan mendeteksi dan mengukur jarak
sebuah kapal di lautan dengan penggunaan teknologi Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW)yang
mampu menghasilkan radar canggih dengan daya pancar sangat rendah.
Karena daya pancarnya yang sangat rendah itu INDRA dapat dioperasikan
dimana saja dan tidak akan menggangu perangkat-perangkat lain di
sekitarnya.
INDRA telah diujicobakan di pantai Cilegon, Banten yang juga disaksikan
juga oleh Kepala Dinas Litbang TNI-AL. Dalam penampilan perdananya,
INDRA mengukuhkan eksistensinya sebagai radar maritim. Hal ini
dibuktikan dengan kemampuannya mendeteksi dan mengukur jarak sebuah
kapal yang sedang berlayar di laut dengan akurat. Selain itu masih banyak produk-produk dalam negeri lainnya seperti Coastal Surveillance, Air Surveillance, Ground-controlled interception (GCI), dll. Agar bisa menghasilkan radar terbaik, pemerintah merangkum menjadi konsorsium radar nasional.
“Sudah saatnya kita mulai membangun kemandirian secara bertahap.
Perlu upaya-upaya kreatif, kebersamaan dan keberpihakan untuk membangun
kemampuan teknologi pertahanan dan keamanan. Harus disadari, begitu kita
menjadi pengguna senjata produksi suatu negara itu sama dengan
menyerahkan rahasia dan informasi kita kepada negara pembuat senjata,
hal ini karena negara produsen alutsista tidak akan memberikan seluruh
rahasia teknologi kepada negara pembeli.” Begitulah pengarahan Menristek
yang dibacakan Teguh Raharjo pada acara Seminar Radar Nasional IV, yang
diadakan di gedung GSM, Akademi Angkatan Udara pada tahun 2010 di
Yogyakarta.
Pada era 2000-an penggelaran radar lebih memilih type Master T untuk
melengkapi kesiapan radar di tanah air dalam rangka memperkuat sistem
pertahanan udara dan menutup seluruh wilayah udara NKRI. Untuk dapat
mengcover seluruh wilayah udara nasional memerlukan dana yang tidak
kecil maka dibangunlah beberapa MCC (Military and Civil Coordination) yang berfungsi untuk mengintegrsikan Radar-Radar Hanud dengan Radar sipil. Dalam hal ini peranan TDAS (Trasmission Data Air Situation) juga sangat membantu proses integrasi tersebut. Dengan adanya TDAS ini
situasi wilayah udara dapat di kirim ke Posek (Pusat Operasi Sektor)
dan Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) secara real time.
Dalam Pertahanan Negara Nasional seutuhnya yang ber-konsep pada
trimatra terpadu dan disinergikan pada Komando, Kendali, Komunikasi,
Komputer, Intelijen, Pengamatan Dan Pengintaian (K4IPP) dimana seluruh
kekuatan darat, laut dan udara memiliki peran yang sejajar dalam K4IPP
untuk menghadapi segala ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Luasnya wilayah dirgantara, makin
meratanya hasil-hasil pembangunan dan tersebarnya obyek vital yang harus
diamankan, menuntut keberadaan Sista yang handal dan memadai, juga
menuntut para personil yang mengawaki secara profesional dan disiplin,
sehingga diperlukan suatu piranti yang dapat beroperasi terus menerus
secara mantap, terpadu, responsive, efektif dan efisien dalam menjaga
kedaulatan negara sepanjang tahun.
Sejak tahun 1962 (secara resmi
Kohanudnas dibentuk), seluruh radar yang tergelar di wilayah Indonesia
beroperasi di bawah komando Kohanudnas. Jenis radar yang pernah dan
masih digelar di wilayah Indonesia adalah :
- Radar Tipe NYSA – A dan NYSA – B (Polandia tahun 1960). Lokasi penempatannya adalah di Jakarta (JKT), Cikarang (CKR), Cibalimbing (CBL), Morotai (MRT), Ambon (ABN), Supadio (SPA), Makassar (MKS), Bula/Seram (BLL), Biak (BIK), Medan (MDN), Ploso (PLO), Ranai (RNI).
- Radar Tipe P – 30 (Rusia tahun 1961). Lokasi penempatannya adalah di Palembang (PLB), Pekanbaru (PBU), Tanjung Pandan (TDN), Banjarmasin (BJM), Kalijati (KJT), dan Polek 02 (SLO).
- Radar Tipe DECCA PLESSEY HF 200 (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya sebagian mengganti stasiun yang sudah ada di Ploso (PLO) dan penempatan baru di Tanjung Kait (TKT).
- Radar Tipe DECCA PLESSEY FR (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya sebagian mengganti starion yang sudah ada di Ploso (PLO) dan penempatan baru di Cisalak (CSL). Fungsi radar ini untuk membantu penerbang menemukan landasan pacu yang di tuju (fighter recovery).
- Radar Tipe DECCA PLESSEY HYDRA (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya menyempurnakan kondisi radar di Tanjungkait (TKT).
- Radar Tipe DECCA PLESSEY LC (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya di Pemalang (PML) dan penempatan baru di Ngiyep (NLI).
- Radar Tipe THOMSON THD – 047 (CSF Perancis tahun 1978). Lokasi penempatannya di Tanjung Pinang (TPI).
- Radar Tipe THOMSON TRS – 2215 (CSF Perancis tahun 1981). Lokasi penempatannya di Ranai (RNI), Kupang (KPN), Dumai (DMI) Lhokseumawe (LSE).
- Radar Tipe THOMSON TRS 2215 D (CSF Perancis tahun 1986). Lokasi penempatannya di Cibalimbing (CBL), Sabang (SBG), dan Sibolga (SBG).
- Radar Tipe THOMSON TRS – 2230 (CSF Perancis tahun 1987). Lokasi penempatannya di Tanjungkait (TKT).
- Radar Tipe Plessey AR – 325 Commander (Inggris tahun 1991). Lokasi penempatannya di Tarakan (TRK), Balikpapan (BPP) dan Kwandang (KWD). Meski masih menggunakan sistem tabung (TWT), sistem yang digunakan lebih praktis, sehingga tidak memerlukan pembesaran power secara bertingkat seperti yang digunakan Thomson TRS 2230 (CFA I dan CFA II).
- Radar Tipe MASTER – T (Thales Perancis tahun 2005). Lokasi penempatannya di Biak (BIK) dan Tanjung Pinang (TPI). Radar tipe ini sudah menggunakan full solid state, sistem yang digunakan lebih simple tanpa mengurangi kemampuan deteksi radar itu sendiri. Dengan menggunakan sistem modul, proses pemeliharaan dapat dilaksanakan lebih mudah.
- Radar tambahan Renstra kedua , Jayapura, Tambolaka, Singkawang, Ploso. Dan pada Renstra ketiga, Morotai, Ambon, Kendari, Tanjung Pandan, Bengkulu dan Nliyep Malang.
Kemenhan Pantau Kesiapan Len Bangun Industri Radar
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Wakil Manteri Pertahanan (Wamenhan) melakukan pantauan progres kesiapan PT Len Industri dalam membangun industri radar nasional.
“Kementerian
Pertahanan mendorong Len untuk menjadi pemasok alutsista khususnya
mendukung sistem radar nasional yang handal,” kata Wamenhan Sjafrie
Syamsudin di Bandung, Rabu (26/3).
Menurut menteri
dibangunnya industri radar nasional itu untuk menciptakan sistem
pertahanan radar nasional (Sistemhanudnas) yang handal. Sishanudnas yang
handal menjamin kerahasiaan sistem rudal spek teknik tidak dapat
didikte oleh negara lain sparepart yang mudah, selalu mengikuti
perkembangan teknologi dan biaya harian murah.
“Len
memiliki peran strategis untuk memenuhi kebutuhan sistem radar nasional,
salah satunya combat manajemen sistem yang saat ini sudah
dikembangkan,” katanya.
Selain untuk melakukan deteksi,
juga diperlukan sistem penembakan dengan panduan radar. Produk radar
nasional juga, kata dia diharapkan bisa meningkatkan optimalisasi radar,
khususnya untuk mengatasi kerenggangan jangkauan radar di wilayah timur
Indonesia.
“Kapasitas radar di wilayah barat sudah cukup rapat, kita fokuskan penambahan radar di wilayah timur,” katanya.
(EDDY MT SIANTURI, SSi, M.Si (Balitbang Kemhan), Republika.co.id, Jalo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar