Senin, 14 April 2014

Antara MH370, Cawapres Militer Jokowi dan Purnawirawan TNI AU

Ryamizard1
Jenderal Ryamizard Ryacudu (sumber : liputan6.com)
Pagi tadi penulis diundang dalam sebuah acara gathering Golf sebagai purnawirawan Pati senior TNI AU di sebuah lapangan Golf yang sangat terkenal di Bogor. Karena penulis sering diundang Metro TV dan TV One sebagai narasumber tentang raibnya Malaysia Airlines MH370 yang hingga kini belum juga ditemukan, beberapa senior menanyakan dan mengajak diskusi dari soal pencarian, pembajakan, terorisme terkait pesawat tersebut, pengamanan pilpres serta cawapresnya Jokowi.

Diskusi Masalah Hilangnya MH370
Dalam pencarian Malaysia Airlines MH370,  semua setuju bahwa pencarian tanpa sinyal emergency locator beacon (ELB) pada kedalaman 4.500 m bawah laut akan sangat sulit, disamping koordinat pesawat masih belum dipastikan. Pencarian kotak hitam pesawat kini difokuskan di areal yang berjarak 1.670 km barat laut kota Perth, tempat dimana alat pelacak bunyi disebar Rabu lalu. Para senior (Marsma hingga Marsdya) faham betapa gundah PM Australia yang menyatakan, “Mencoba menelusuri sesuatu di kedalaman 4,5 kilometer di bawah permukaan laut yang terletak 1000 km dari daratan, adalah tugas yang berat, dan membutuhkan proses yang tidak singkat,” katanya.
Penulis mengatakan bahwa tim dari AS juga mulai mengeluh merasakan betapa sulitnya posisi team dalam pencarian. Daily Mail, Sabtu (12/4/2014) memberitakan bahwa tim US Navy (Captain Mark Matthews) menyatakan tim bisa menyerah apabila tidak ada sinyal dari black box. "Pasti akan datang waktunya kami melempar handuk putih saat sinyal kotak hitam benar-benar hilang," kata Matthews. Tim pencari selama ini mengerahkan 19 pesawat dan 17 kapal laut di wilayah laut seluas 16.000 mil persegi.  Matthews berada di kapal Australian Ocean Navy Shield yang mendeteksi sinyal ELB dengan   pinger locator (TPL-25).
Yang menarik, seorang penulis (mantan Senator) yang berasal dari Negara bagian Indiana AS, Dr Kevin Barret  menyatakan  mulai dikaitkannya markas CIA di Alice Spring Australia  dengan MH370.  Mirror melaporkan, pada hari Minggu (13/4/2014),  Barret menyatakan,  “CIA yang berbasis di Alice Spring, Australia tahu persis apa yang terjadi pada penerbangan MH370,” katanya. Entah dari mana sumber informasi tersebut, tetapi perlu disimak lebih lanjut. Ada apa dengan statement tersebut?
Kesimpulannya, menurut penulis, rahasia dan motif dibelakang aksi pembajakan tersebut nampaknya akan terkubur dan membutuhkan waktu lama untuk mencarinya. Persoalan tidak sesederhana seperti yang diberitakan, tim harus bergulat dengan kecerdasan dan kecerdikan pembajak yang memang sangat ahli dan menguasai penuh pengetahuan menerbangkan Boeing 777, pengetahuan manuver tempur udara, desepsi, serta pengetahuan tentang aksi terorisme yang akan terus membuat cemas dan kerugian tak terkira. Kesulitan kedua tim dihadapkan dengan tidak adanya informasi dari wilayah pencarian (belum dipetakan). Itulah kesimpulan yang penulis utarakan.

Diskusi Cawapres Militer Jokowi
Sebagai narsum, penulis diminta memberikan pandangan soal pengamanan pemilu dan pilpres. Penulis sampaikan seperti yang juga disampaikan oleh Kepala BIN dan Kapolri, bahwa ada sebuah ancaman yang perlu diperhatikan yaitu ancaman terorisme. Bersyukur bahwa dalam pemilu legislatif, umumnya  berjalan lancar dan aman. Beberapa tidak kekerasan bersenjata menjelang pemilu di hot spot (Aceh, Papua dan Poso), pada saat pileg aman. Menurut penulis, teroris akan berfikir ulang untuk menyerang kegiatan masyarakat, karena mereka selama ini selalu menghidarinya, agar tidak dijadikan musuh bersama. Nampaknya sistem monitoring, pembinaan wilayah, pengerahan kekuatan aparat keamanan berjalan sesuai rencana dan sesuai dengan perkiraan intelijen.
Yang kini perlu diperhatikan bersama justru pelaksanaan pilpres yang akan dilaksanakan pada 9 Juni 2014, dimana persaingan nyata akan terjadi. Konsentrasi pengamanan nampaknya perlu di fokuskan kepada kemungkinan rasa tidak puas koalisi serta penggerakan mereka yang berfikiran radikal. Konflik horizontal mungkin bisa terjadi antar para pendukung yang fanatis atau yang digerakan.
Dari hasil penghitungan cepat (quick count) Litbang Kompas, PDIP unggul dengan 19,24 persen, kedua Golkar 15,01 persen, disusul Gerindra 11,77 persen, Demokrat 9,43 persen, PKB 9,12 persen, PAN 7,51 persen, PKS 6,99 persen, Nasdem 6,71 persen, PPP 6,68 persen, Hanura 5,51 persen, PBB 1,5 persen dan PKPI 0,95 persen. Menurut peneliti Lingkaran Survei Indonesia, Aji Alfarabi, Tingkat partisipasi pemilih pada pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 diperkirakan hanya mencapai sekitar 63%. "Kalau mengacu pada tren tersebut, pemenang sebenarnya dari pemilu legislatif hari ini adalah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput yakni di atas sekitar 37%," kata Aji.
Yang terlihat kini, para elit parpol mulai melakukan pertemuan untuk membahas koalisi dalam rangka pengajuan pasangan capres-cawapres. Langkah cepat Capres PDIP Jokowi yang dikenal dengan istilah blusukan, mulai dilakukannya. Dia telah bertemu dengan Surya Paloh, yang menyatakan Nasdem akan berkoalisi dengan PDIP. Dengan perolehan sementara 6,71 persen, maka gabungan PDIP dan Nasdem sudah mencapai sekitar 25,95 persen. Dengan jumlah ini saja PDIP dan Nasdem sudah mendapat boarding pass.
Jokowi juga sudah bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) dan sepakat masing-masing akan mengajukan capres, tetapi nanti di parlemen PDIP dan Golkar akan saling bekerja sama. Menurut penulis ini bagian terpenting, karena kalaupun nanti Jokowi terpilih sebagai presiden, PDIP akan membutuhkan Golkar sebagai parpol pendukung. Justru Golkar sebagai parpol sangat senior sebaiknya dipegang sebagai kawan dengan kehati-hatian. Para politisinya banyak makan asam garam. Lepasnya Golkar dimasa datang bisa mengakibatkan munculnya ganjalan serius kelangsungan pemerintahan (apabila Jokowi menang).
Paling tidak, setelah Golkar menyetujui koalisi di masa mendatang,  kemungkinan besar PKB akan ikut berkoalisi dengan PDIP. Berarti  kekuatan koalisi di parlemen diukur dari perolehan suara nasional sudah mencapai 40,96 persen. dan apabila ditambah PKB 9.12 persen, sudah tercapai suara nasional 50,07 persen. Nanti hanya dilihat berapa perkiraan kursi yang diperoleh gabungan koalisi empat parpol. Kini PDIP menjadi partai paling sexy untuk didekati parpol lain, karena faktor Jokowi.
Menurut lembaga survei Indikator Politik pimpinan Burhanuddin Muhtadi yang menggelar survei seputar tingkat elektabilitas capres pada Februari 2014, elektabilitas Jokowi mencapai 22,4 persen pada saat masyarakat ditanya langsung sosok capres pilihan mereka. Sementara pada wawancara semi terbuka elektabilitas Jokowi mencapai 37,8 persen. Nah, pada saat dilakukan simulasi 6 capres elektabilitas Jokowi menembus angka 41,5 persen. Dominasi Jokowi sangat terlihat, dimana elektabilitas Prabowo Subianto 12 persen, Wiranto 5,9 persen  dan Aburizal Bakrie 4,9 persen. Menurut penulis, saat pileg, PDIP hanya memperoleh suara dibawah 20 persen, memang Jokowi effect hanya kecil, ini disebabkan pendukung Jokowi belum tentu simpatisan PDIP. Penulis percaya bahwa pada saat pilpres, maka perolehan Jokowi akan melonjak, karena para "lover Jokowi" juga berada di parpol lain dan kemungkinan besar mereka yang Golput akan ikut aktif mencoblos memilih Jokowi.
Saat ditanya siapa cawapres Jokowi yang ideal calon militer, penulis menyampaikan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, mantan Kepala Staf TNI AD. Mengapa penulis menyebut yang bersangkutan, sedang purnawirawan ini dari TNI AD? Inilah beberapa pertimbangan penulis dari sisi cara pandang intelijen.

Mengenal Ryamizard
Pada awal penulis mengenal Ryamizard terjadi sekitar awal Tahun 1991, saat penulis bertugas di Lanud Halim Perdanakusuma sebagai Kepala Seksi Intelijen Udara. Pada pagi hari sekitar jam 02.00 WIB, penulis melakukan patroli memeriksa Ring-1 Pangkalan dimana diparkir beberapa pesawat C-130 Hercules yang akan menerjunkan penyegaran Batalyon Linud 305/Tengkorak Hitam. Saat itu dilaporkan Danyon 305 (Letkol Inf Ryamizard Ryakudu) sudah memasuki Ring-1. Penulis langsung mendatangi dan bertemu.
Apa yang dia tanyakan, "Bang, dimana saya bisa menumpang sholat?." Penulis menunjukkan tempatnya di skadron 31, dan  dia melaksanakan sholat tahajud. Penulis menanyakan rajin sekali, datang lebih awal dan untuk sholat, dijawabnya, sebagai komandan, salah satu tugas saya selain memimpin adalah juga mendoakan seluruh anggota pasukan, agar selamat pada acara penerjunan, mereka itu anak-anak saya. Disitulah penulis mengamati ini perwira selain perwira tempur juga agamanya kuat, perhatian dan mencintai anak buahnya.
Ternyata dalam perjalanan karirnya Ryamizard yang lichting Akabri 4 tahun dibawah penulis terus berjalan karirnya. Karirnya  yang menonjol adalah , Panglima Divif 2/Kostrad (15 Maret 1998), Kepala Staf Kostrad (15 Juni 1998), Pangdam V/Brawijaya (14 Januari 1999–4 November 1999), Pangdam Jaya/Jayakarta (4 November 1999–1 Agustus 2000), Pangkostrad (1 Agustus 2000–4 Juni 2002)Kepala Staf Angkatan Darat (4 Juni 2002–5 Februari 2005). Perwira yang berpenampilan dan selalu bersikap tentara ini pernah berugas juga sebagai Komandan Kontingen Garuda XII-B ke Kamboja (1992).
Ryamizard terus menarik perhatian penulis, karena sikapnya, kesetiaan, tidak goyah dengan buaian. Yang menonjol, dia adalah perwira yang memegang prinsip, jujur, setia hormat kepada atasan. Tidak pernah macam-macam, berbicara apa adanya dan selalu memegang prinsip NKRI adalah harga mati.
Nah, kini apabila dilihat, di sisi manakah kekuatan Jokowi sebagai capres? Penulis pernah membuat artikel "Antara Jokowi dan Kejujuran, Kunci di 2014" (http://ramalanintelijen.net/?p=7805), kejujuran, kesederhanaan adalah kekuatan Jokowi. Capres PDIP ini dikenal menjadi bagian dari rakyat, bukan pemimpin yang duduk  di kursi emas.
Disinilah, penulis menyarankan, sebaiknya Jokowi mengambil cawapresnya purnawirawan TNI, karena masih ada ATHG terhadap Indonesia yang perlu dipikirkan oleh wapresnya dalam sebuah kebijakan tingkat tinggi. Ryamizard sebagai mantan KSAD mempunyai pengalaman memimpin, dan dia disegani serta dihormati oleh para purnawirawan (termasuk Jenderal yang galak sekalipun) karena sikapnya yang apa adanya, sederhana, jujur, tidak pernah bermain dalam politik praktis yang merugikan bangsa dan negara ini. Disinilah menurut penulis adanya kesamaan chemistri dengan Jokowi.
Jokowi akan mempunyai wakil yang sikapnya akan mirip dengan Ahok tetapi dalam tataran yang jauh lebih tinggi dan lebih luas. Indonesia kini membutuhkan pemimpin yang jujur, mencintai bangsa, negara dan rakyatnya. Kabinet akan diisi oleh para profesional yang menguasai bidangnya, bukan karena dagang sapi, menempatkan elit politik yang tidak jelas. Jokowi akan diuji keberanian menjaga kejujuran para pemegang amanah dan memberantas korupsi, disinilah Ruyamizard akan tandem bersama dan menjaga di sisinya dengan setia.
Inilah masukan dari penulis yang perlu disampaikan kepada Jokowi dan Ibu Megawati. Melihat dan mengukur Jenderal Purn Ryamizard,  hanya purnawirawan TNI yang memahaminya. Spotting penulis terhadap beliau seperti itulah adanya. Semoga berkenan, dan mohon maaf kepada cawapres-cawapres lain yang penulis belum tahu siapa mereka. Salam hormat untuk Ibu Mega, juga Pak Jokowi. Ini hanyalah sebuah masukan dari Old Soldier,  semoga bermanfaat.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
www.ramalanintelijen.net  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar