Kementerian
Pertahanan dan TNI Angkatan Udara masih mengkaji calon pengganti
pesawat tempur F-5 Tiger yang akan dikandangkan. Kepala Badan
Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad
Lubis, mengatakan empat pesawat generasi 4,5 atau mendekati kemampuan
pesawat siluman atau antiradar yang dilirik adalah Sukhoi Su-35 buatan
Rusia, SAAB JAS Gripen produksi Swedia, Dassault Rafale dari Prancis,
serta Boeing F/A-18E/F Super Hornet bikinan Amerika.
“Masih kami
pertimbangkan dari sisi anggaran. Kami mempelajari yang paling
menguntungkan pemerintah,” kata Rachmad kepada Tempo di kantornya, Rabu
pekan lalu. Rachmad belum bisa memastikan jumlah anggaran untuk membeli
pesawat baru.
Sumber Tempo di Kementerian Pertahanan mengatakan
sebenarnya ada usulan baru pengganti F-5 Tiger. Yaitu Eurofighter
Thyphoon yang diproduksi bersama oleh Inggris, Spanyol, Jerman, dan
Italia. Usul pembelian Thyphoon diajukan oleh PT Dirgantara Indonesia.
Menurut
sumber ini, PT DI beralasan para produsen Thyphoon lebih mau berbagi
ilmu atau transfer teknologi. Bahkan, sangat mungkin PT DI diberi
lisensi memproduksi beberapa suku cadang. “Kalau pesawat buatan Amerika
dan Rusia tak ada transfer teknologi,” kata si sumber. Berdasarkan
Undang-Undang Industri Strategis, pembelian alat utama sistem
persenjataan dari luar negeri harus disertai dengan alih teknologi.
Direktur
Teknologi Penerbangan PT DI Andi Alisjahbana tak mau berkomentar
tentang usulan perusahaannya. Dia hanya mengatakan pengadaan
persenjataan sebaiknya tak hanya melihat kecanggihannya. “Tapi
diperhatikan pula kesediaan negara pembuat untuk membagi teknologi
dengan industri dalam negeri,” katanya.
Kepala Dinas Penerangan
TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto menanggapi positif
usulan Typhoon sebagai pengganti F-5 Tiger. Musababnya, Typhoon punya
kemampuan relatif sama dengan calon pengganti lainnya. Hadi juga menilai
pembelian Typhoon bakal menambah varian pesawat tempur Angkatan Udara.
“Tapi keputusan pembeliannya berada di Kementerian Pertahanan.” Sejumlah
pilot tempur yang ditemui Tempo justru menilai pemerintah seharusnya
membeli Sukhoi Su-35. Pesawat ini dianggap superior di udara dan
menimbulkan efek gentar bagi negara tetangga. Tempo.co / INDRA WIJAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar