Tulisan ini digolongkan dalam 3 bagian besar, yaitu:
1. Pertarungan midget pada perang dunia kedua,
Merupakan penjelasan sejarah tentang peranan strategis yang diemban midget.
2. Kemampuan manuver Korps Hiu Kencana
Berisi cuplikan penuturan langsung dari perwira pengawak Korps Hiu Kencana atas pengalaman yang mereka dapat selama bertugas
3. Potensi pengembangan midget nasional
Sekelumit gambaran besar potensi alih teknologi yang diperlukan dalam pengembangan midget nasional
Bismillah…
Pertarungan midget pada perang dunia kedua
Selama perang dunia kedua, Inggris, Italia, Jerman dan Jepang memiliki kapal selam midget, sementara Amerika, Rusia dan Cina tidak.
Kapal Selam Midget Inggris – Angkatan Laut Inggris, Royal Navy
X craft dan merupakan nama yang disandang untuk tipe midget yang diproduksi Inggris.Angkatan Laut Kerajaan Inggris memiliki 2 kelas utama kapal selam midget, ‘X – Class dan XE – Class’.X – Class dibuat pada tahun 1943 – 1944, akhirnya digantikan dengan XE – Class. 20 unit dari X – Class telah dibuat, dan setidaknya 12 unit untuk XE – Class.Wahana ini dibuat untuk menyerang kapal perang yang berlabuh dalam pelabuhan yang dilindungi.Midget ini ditarik hingga mendekati target, biasanya oleh kapal selam, kemudian dilepaskan untuk selanjutnya melakukan misinya.
Terdapat pula beberapa jenis kapal selam midget yang tidak sukses, seperti kapal selam midget Sleeping Beauty dan Welman
Midget Inggris 1 – MidgetX – Class
Penugasan pertama atas kapal selam midget X – Class adalah pada Operasi ‘Source’ di bulan September 1943, sebuah upaya untuk melumpuhkan kapal-kapal perang kelas berat Jerman yang berpangkalan di Utara Norwegia. Enam unit kapal selam mini dilibatkan, tapi hanya 2 unit yang berhasil menebar bom laut (di bawah kapal tempur ‘Tirpitz’).Sisanya tenggelam, ditenggelamkan atau kembali ke pangkalan.Kapal tempur ‘Tirpitz’ rusak parah dan tidak dapat operasional hingga April 1944.
Pada tanggal 15 April 1944, HMS X24 menyerang dok terapung ‘Laksevag’ di Bergen.Awalnya X22 yang ditugasi untuk serangan ini, tapi dalam latihan tertabrak dan tenggelam berikut kru pengawak. X24 kemudian melakukan penyusupan dan berhasil keluar dengan selamat, tapi bom laut dipasang dibagian bawah kapal dagang 7.500 ton ‘Barenfels’ yang kemudian tenggelam, sementara dok kering itu sendiri hanya mengalami kerusakan kecil. Pada tanggal 11 September 1944, operasi ini diulangi oleh kapal midget X24, dengan kru pengawak yang baru, kali ini dok kering tersebut dapat ditenggelamkan.
Kapal selam midget X – Class terlibat dalam persiapan operasi Overlord (operasi pendaratan sekutu di pantai Normandia).Operasi ‘Postage Able’ dirancang untuk mengamati kondisi pantai pendaratan, melibatkan HMS X20 selama 4 hari di pantai Perancis. Pengitaian periskop atas garis pantai dan pembunyian echo dilakukan di siang hari. Pada tiap malamnya, X20 akan mendekati pantai dan 2 penyelam akan berenang ke tepian. Contoh tanah dikumpulkan dalam kondom. Para penyelam ke tepian pada 2 malam berikutnya untuk mengamati pantai di Vierville-sur-Mer, Moullins St. Lauret dan Colleville-sur-Mer yang kemudian menjadi Pantai Omaha (lokasi pendaratan tentara Amerika)
Midget Inggris 2 – Midget XE – Class
Operasi ‘Sabre’ dan Operasi ‘Foil’, dilaksanakan pada bulan Juli 1945, ditujukan untuk memotong kabel telepon bawah laut Jepang yang menghubungkan Singapura, Saigon, Hongkong dan Tokyo. Maksud dari operasi ini adalah memaksa Jepang agar menggunakan radio sehingga sekutu dapat melakukan pencegatan atas lalu lintas pesan yang dilakukan Jepang.
Operasi ‘Struggle’, pada bulan Agustus 1945, HMS XE1 dan HMS XE3 melaksanakan serangan bersama atas kapal perang Jepang yang berada di pelabuhan Singapura. XE3 ditugaskan untuk memasang ranjau laut pada penjelajah berat ‘Takao’, sementara XE1 ditugaskan untuk menyerang penjelajah berat ‘Myoko’
Penyusuran yang dilakukan XE3 atas Selat Johor dan penerobosan atas berbagai pertahanan pelabuhan menghabiskan waktu 11 jam ditambah 2 jam berikutnya untuk proses identifikasi target yang sudah dikamuflase Jepang. Walaupun sebenarnya terdapat beberapa peluang bagi personel Jepang untuk memergoki kapal selam midget ini, XE3 berhasil mencapai ‘Takao’ dan berhasil memasang ranjau magnet, limpet mines dan melepaskan ranjau 2 ton yang dibawanya, side charges. Proses gerak mundur berlangsung lancar dan XE3 berhasil menjalin komunikasi kembali dengan HMS Stygian, sebagai kapal selam pelindung. Sementara itu kru XE1 gagal menemukan target mereka.Malahan, walaupun mengetahui bahwa ranjau yang telah dipasang dapat meledak sewaktu-waktu, XE1 juga ikut memasang ranjau yang mereka bawa di bawah ‘Takao’.XE1 berhasil kembali dengan selamat.
Penjelajah berat ‘Takao’ mengalami kerusakan parah dan tidak pernah dapat berlayar kembali.
Kapal Selam Midget Italia – Angkatan Laut Italia, Regia Marina
Italia memiliki 16 kapal selam midget dalam masa berlangsunya perang dunia kedua. Terdapat dua kelas, CA – Class dan CB – Class.
Italia juga memiliki beberapa desain kapal selam mini yang tidak menorehkan prestasi.
Midget Italia 1 – Midget CA – Class
Pada tahun 1942, setelah Amerika berpartisipasi dalam peperangan, Junio Valerio Borghese, komandan ‘Decima MAS’, unit khusus Angkatan Laut Italia, merancang rencana untuk menyerang pelabuhan New York dengan mempergunakan kapal selam midget tipe CA dan melibatkan pasukan katak. Kapal selam midget akan dikirim menyeberangi lautan Atlantik dengan diusung di atas dek sebuah kapal selam yang lebih besar. Kapal selam Leonardo da Vinci dipilih untuk misi ini dan kemudian dimodifikasi di pangkalan Italia di Bordeaux. Midget CA2 diangkut memakai kereta api dari Italia dan ujicoba dilakukan dekat dengan La Pallice, dibawah pengawasan Borghese sendiri di penghujung 1942. Akan tetapi kapal selam Leonardo Da Vinci karam pada bulan Mei 1943 sebelum operasi dapat dilakukan. Tidak ada kapal selam pengganti yang dapat menggantikan posisi ini dana kemudian perjanjian gencatan senjata membuat rencana ini dihentikan.
Midget Italia 2 – Midget CB – Class
Kapal selam midget ini dirancang sebagai unit pertahanan pantai, ditenagai propulsi diesel elektrik.Dilengkapi dengan ‘conning tower’ untuk membantu navigasi. Persenjataan terdiri dari dua buah torpedo yang dimuat eksternal hingga dapat dimuat tanpa perlu memindahkan kapal selam midget dari air.
Tujuh puluh dua kapal dipesan ke Caproni of Milan, tapi hanya 22 yang berhasil masuk lini produksi.12 unit dapat diselesaikan sebelum gencatan senjata dan 9 sesudahnya. 6 kapal dipindahkan ke Laut Hitam berdasarkan permintaan bantuan yang secara spesifik ditujukan kepada Admiral Riccardi, Regia Marina (Angkatan Laut Italia) oleh Admiral Raeder, Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) pada 14 Januari 1942.
Italia kemudian mengirimkan 4 MAS (berbobot 24 ton), 6 CB – Class (35 ton midget submarine), 5 kapal motor torpedo, dan 5 punts (kapal kamikaze Italia).
Unit ini dibentuk untuk melawan armada Soviet yang menakutkan di Laut Hitam, armada Soviet terdiri dari sebuah kapal tempur (Pariskaja Kommuna), 4 penjelajah berat (diataranya Molotov, yang dirancang berdasarkan proyek Italia sebelum perang), sekitar 10 destroyer (beberapa diantaranya kelas berat dari Kharkov – Class) armada ini dipimpin oleh Tasken, sekitar 29 kapal selam tonnase kecil dan menengah dan banyak sekali kapal patrol dan unit-unit transport.
Masalah besar pertama yang dihadapi Italia dalam memenuhi permintaan Jerman adalah cara menyebarkan unit-unit ini di Laut Hitam. Logikanya, solusi yang masuk akal adalah lewat transportasi darat, semenjak Selat Dardanelli, Turki ditutup berdasarkan konvensi internasional dari kegiatan lalu lintas militer. Dalam upaya memecahkan masalah ini Pimpinan Angkatan Laut Italia membuktikan diri dan imajinasi dengan mempersiapakan dalam waktu singkat sebuah iring-iringan pasukan (column) yang terdiri dari 28 kendaraan bermotor, 3 traktor, 9 truk, tanki bahan bakar dan kereta gandeng (trailers). Iring-iringan panjang kendaraan ini meninggalkan pangkalan La Spezia pada tanggal 25 April dan berhasil melewati banyak sekali rintangan dan kesulitan (para pengemudi dan insinyur dalam beberapa kejadian, harus meledakkan bangunan-bangunan di sepanjang perjalanan agar kendaraan-kendaraan ‘bagong’ ini dapat lewat), iring-iringan ini berhasil mencapai Wien, dimana kemudian kapal-kapal ini diluncurkan di perairan Danube. Dari titik ini mereka mencapai pelabuhan Constanza, Rumania pada 2 Mei, semua unit Italia ini akhirnya mencapai pelabuhan Yalta, yang kemudian yang kemudian menjadi pangkalan operasi mereka
Dari Mei 1942 hingga Mei 1943, unit-unit Italia melaksanakan aktifitas intense dan secara gemilang, berhasil menenggelamkan kapal-kapal milik Rusia yang pada akhirnya menimbulkan penghargaan dan pengkauan untuk unit-unit Italia dari sekutu Jerman mereka dan bahkan dari musuhnya, Rusia
Pada tanggal 11 dan 13 Juni 1942, kapal MAS men-terpedo dan menenggelamkan sebuah kapal uap dengan bobot 5.000 ton dan kapal transport berbobot 10.000 ton (rusak parah, kemudian ditenggelamkan oleh pesawat Junker 87 Jerman). Dipecah dalam beberapa kelompok, dengan tujuan taktis dan keamanan, diantara pangkalan Yalta dan Feodosia, unit-unit Italia harus menghadapi serangan udara yang intense dari musuh mereka, Rusia di daerah itu memiliki lebih dari 700 pesawat, terdiri dari pesawat tempur, pembom dan pesawat intai. Dikarenakan tidak dapat mengandalkan perlindungan udara yang cukup (Pihak Jerman, yang sedang terfokus dalam upaya untuk menaklukkan sistim pertahanan Sevastopol dan Balaclava dan front Mariupol, Rostov, Krasnodar, hampir tidak pernah memberikan pengawalan udara bagi kapal-kapal Italia), MAS dan kapal selam midget harus menelan kekalahan dan kerugian. Diwaktu fajar tanggal 13 Juni, sekelompok pesawat tempur Sovyet dan pesawat tempur-pembom Yak dan Ilijushin, dibantu oleh selusinan kapal-kapal torpedo, menyerang pelabuhan Yalta dan menyebabkan tenggelamnya kapal selam yang dikomandani Letnan Muda, Sottotenente di Vascello Farolfi. Tapi kerugian ini setidaknya dapat dikompensasikan atas dua kemenangan gemilang.
Akhirnya, pada tanggal 15 dan 18 Juni, dalam sebuah operasi malam hari, kapal selam midget CB – Class nomor 2 dan 3 berhasil men-terpedo dan menenggelamkan kapal-kapal selam Sovyet S32 dan SHCH 306 (dengan bobot displacement sekitar 1.070 dan 105 ton), yang sedang berlayar di permukaan.
Unit terakhir dari kru Italia yang melanjutkan operasi di Laut Hitam adalah kapal-kapal selam midget pertahanan pantai CB – Class, dimana, berpangkalan Sevastopol yang baru, berhasil melaksanakan 21 misi, dari Juni hingga Agustus 1943; diantara unit-unit ini hanya satu (dalam rentang 25 hingga 26 Agustus) menghasilkan pencapaian yang positif : CB yang dipimpin oleh Letnan, Tenente di Vascello Armando Sibille berhasil men-terpedo dan menenggelamkan sebuah kapal selam Rusia dari kelas yang tidak dapat didefiniskan. Setelah ini, kapal selam terakhir ditarik dari kancah peperangan dan disimpan di pelabuhan Constanza, Rumania, dimana pada Agustus 1944 kapal-kapal ini direbut pihak Rusia
Midget Jepang pada perang dunia II – Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Nippon Kaigun
Jepang memiliki armada kapal selam terbesar di wilayah Pasifik jika sementara Jerman merupakan pemilik armada kapal selam terbesar di dunia
Angkatan Laut Jepang juga berhasil membuat kapal selam midget dengan kecepatan tertinggi dibandingkan dengan kapal selam midget yang diproduksi oleh negara-negara lain. Mereka mengerahkan 78 kapal selam midget yang mampu melaju dengan kecepatan 18,5 hingga 19 knots ketika menyelam, dan juga membangun 110 kapal selam midget lainnya yang memiliki kecepatan 16 knots. Kapal selam midget buatan Jepang ini merupakan yang tercepat pada saat itu. Setidaknya kecepatan standar mereka rata-rata di atas 10 knot.
Kapal selam midget Jepang diklasifikasikan dalam 1 kelas utama, Ko–hyoteki – Class. Klasifikasi utama ini dibagi dalam3 tipe, A, C dan D
Jepang mulai membuat kapal selam midget secara rahasia di tahun 1930-an. Kapal-kapal selam ini dirancang untuk dioperasikan secara rahasia.Kapal selam midget ini diangkut di dek belakang dari kapal selam yang lebih besar dari I – Class yang telah terlebih dahulu mengalami penyesuaian. Ketika kapal selam midget mendekat tujuan akhir, maka kapal selam midget ini akan dilepas dalam posisi menyelam.
Kapal-kapal selam mini Jepang sebenarnya diperuntukkan sebagai tokkotai (kependekan dari tokubetsu kogekitai, yang bermakna unit serang khusus, mungkin di Indonesia lebih familiar dengan istilah pasukan berani mati).
Walaupun kapal selam induk yang meluncurkan midget akan berusaha untuk bertemu kembali dengan kapal selam midget sesudah serangan dilakukan, namun kru pengawak kapal selam midget menyadari bahwa kecil sekali kemungkinan mereka akan kembali dengan selamat hingga mereka kemudian menuliskan surat terakhir kepada anggota keluarganya, dan terbukti, tidak satupun kapal selam induk berhasil menyelamatkan kru kapal selam midget sesudah serangan atas Pearl Harbor, Sydney dan Diego Suarez.
Masyarakat Jepang pertama kali mendengar istilah tokkotai (unit serang khusus) pada tanggal 18 Desember 1941 dalam sebuah communiqué, pengumuman resmi tentang dimulainya Perang Besar Asian Timur Raya. Pihak militer Jepang juga kemudian memakai istilah tokkotai yang ditujukan untuk merujuk kepada pesawat kamikaze dan kepada senjata-senjata bunuh diri lainnya seperti torpedo kaiten dan kapal motor shinyo. Walaupun kamikaze dan armada kapal selam midget direferensikan dalam istilah yang sama, kru kapal selam midget digugah untuk berusaha kembali dengan selamat, walaupun pada kenyataannya sedikit sekali yang berhasil kembali, sementara pilot kamikaze diperintahkan untuk tewas ketika menabrakkan pesawat mereka ke kapal perang musuh. Meskipun begitu, seringkali terjadi pilot-pilot kamikaze kembali dengan selamat karena membatalkan misi mereka akibat cuaca buruk atau masalah mesin.
Angkatan laut kekaisan Jepang juga mempergunakan kapal selam midget di Guadalcanal, Kiska dan Filipina serta Okinawa dengan tingkat keberhasilan terbatas.Pada tahun-tahun akhir peperangan, angkatan laut kekaisaran Jepang hampir tidak lagi memiliki kapal selam induk untuk men-transport/menggotong/meluncurkan kapal-kapal selam midget.
Foto yang menampilkan kapal-kapal selam midget berjejer seperti cerutu raksasa di dok kering Kure menjadi ironi kekalahan Jepang pada perang dunia kedua.
Midget Jepang 1 – MidgetA/B – Class (A/B – Class)
Kapal-kapal selam midget Ko–Hyoteki (Target A) Ko Gata (Tipe A) dilengkapi dengan motor listrik yang ditenagai 224 unit baterai 2 volt. Tipe A dapat melaju dengan kecepatan 19 knot disaat menyelam. Unit ini membawa 2 buah torpedo 17,7 inci.
Lima puluh kapal selam midget dari tipe A berhasil dimanufaktur dan dipergunakan melawan kapal-kapal perang Sekutu, dan terlibat pada penyerangan Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941.
Lima kapal selam midget dari Tipe A dipersenjatai dengan torpedo tipe 97 diluncurkan dari 5 kapal selam induk tipe C1, ikut ambil bagian dalam penyerangan Pearl Harbor. Tugas mereka adalah menyerang kapal-kapal yang berusaha meninggalkan pelabuhan, tapi hanya 2 yang mencapai tujuan dan tidak satupun yang berhasil kembali dengan selamat.
I – 16 tou, penamaan yang dipakai bagi kapal selam midet yang diluncurkan dari kapal selam induk I – 16 mengirimkan laporan radio di sore tanggal 7 Desember, melaporkan bahwa mereka berhasil menenggelamkan USS Arizona. Dari penganalisaan fotografi yang dilakukan penyelidik independen dan hasilnya diterbitkan oleh Akademi Angkatan Laut Amerika di tahun 1999 menyimpulkan bahwa kapal selam midget tipe A berhasil masuk ke dalam pelabuhan dan berhasil menembakkan torpedo pada USS West Virginia dan USS Oklahoma selama serangan udara berlangsung
Setelah penyerangan Pearl Harbor, modifikasi dilakukan atas rancangan awal tipe A dan variannya dinamai dengan Type A Kai 1, (Improved version 1). Perubahan meliputi penambahan improvedgyro compass, kompas non magnetic yang lebih baik, bilah bergerigi untuk memotong jaring yang dipasang di haluan dan di menara, conning tower, sebuah busur pelindung yang menyerupai bilah luncur yang diperuntukkan bagi kemudahan maneuver ketika menghadapi rintangan, dan pelindung baling-baling agar tidak tersangkut di jaring atau kabel bawah laut. Tipe A yang telah diperbaiki ini-lah yang melakukan serangan atas pelabuhan Sydney, dan Guadal Canal
Tiga unit dari tipe ini menyerang pelabuhan Sydney di bulan Mei tahun 1942, tapi satu diantaranya tenggelam sebelum berhasil melakukan misinya. Sedangkan sisanya tenggelam dalam perjalanan kembali ke kapal selam transport mereka. Walaupun begitu, ketiga kapal selam midget ini berhasil merusak sebuah kapal.
Dua kapal selam midget dari tipe ini juga berpartisipasi dalam penyerangan di Guadalcanal, terlibat pertempuran di Diego Suarez, Madagaskar.Pada pertempuran Madagaskar, satu unit midget hilang di lautan dan unit yang lain berhasil membuat kerusakan parah pada sebuah kapal perang tua, battleshipHMS Ramillies dan menenggelamkan sebuah kapal tanker minyak, British Loyalty.
Kapal selam midget Otsu Gata (Tipe B) merupakan varian pertama yang dilengkapi dengan mesin diesel (40 hp/25 kw) dan memiliki haluan yang lebih panjang untuk penempatan mesin ini. Semua spesifikasi dari tipe B sama dengan tipe A, kecuali ukuran panjang (24,9 m vs 23,9 m), displacement, bobot alih (47 ton vs 46), dan kecepatan permukaan (6 knots vs 19).
Mesin diesel kapal selam midget tipe B memungkinkannya memiliki radius 500 mil laut (nautical miles, nms) dan kecepatan 6 knot (berlayar di permukaan), 15,8 nms pada kecepatan 9 knot dan 84 nms pada kecepatan 6 knots ketika berlayar dalam posisi bawah air dengan mempergunakan motor elektrik
Midget Jepang 2 – MidgetC – Class (C – Class)
Ko-Hyoteki (Target A) Hei Gata (Tipe C) – Class merupakan versi perbaikan dari kapal selam midget tipe A. Tipe C dilengkapi dengan generator diesel untuk mengisi ulang beterai dan untuk dipergunakan ketika berlayar di permukaan.Dalam waktu singkat, kapal selam midget tipe C dapat mencapai kecepatan 19 knot ketika menyelam. Mereka masing masing dilengkapi 2 buah peluncur torpedo 17,7 inci.
Empat puluh tujuh unit kapal selam midget tipe ini berhasil dimanufaktur hingga akhir perang, tapi hanya 15 yang terjun ke kancah peperangan dari pangkalan Okinawa dan Filipina
Midget Jepang 3 – MidgetD – Class (D – Class)
Kairyu, Sea Dragon, Naga Laut merupakan kelas kapal selam midget yang dirancang pada tahun 1943 hingga 1944, dan dimanufaktur pada awal tahun 1945. Kapal-kapal selam ini dipersiapkan untuk menghadapi invasi angkatan laut Amerika ke Tokyo.
Kapal selam midget kelas D diproduksi dengan jumlah yang jauh lebih banyak dari tipe A dan tipe C. Sejumlah 210 unit berhasil dimanufaktur hingga akhir perang dan hampir sekitar 500 diataranya dalam proses konstruksi dari total rencana 750 unit. Sebagian besar dari midget tipe ini dikonstruksi di galangan kapal Yokosuka
Lebih dari sekedar versi perbaikan dari rancangan kelas-kelas sebelumnya, kapal selam midget ini merupakan rancangan baru. Merupakan kapal selam midget terbesar, dengan bobot 60 ton dan panjang 86 kaki, dan kemampuan menyelam 328 feet, kapal selam midget ini memiliki 5 kru dan dilengkapi dengan 2 buah torpedo berikut dengan sebuah bahan peledak seberat 600 kg (1.300 lb) yang diperuntukkan bagi misi bunuh diri.
Sebagian besar kapal selam midget Kairyu berpangkalan di Yokosuka untuk mempertahankan pintu masuk Teluk Tokyo dari invasi Amerika ke dataran Jepang.Sebagian dari kapal selam ini juga ditempatkan di Teluk kecil Moroiso dan Teluk kecil Aburatsubo di ujung Selatan Semenanjung Miura dimana di lokasi itu sebuah sekolah pelatihan pengawak kapal selam juga telah didirikan.
Karena Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, setelah pemboman Nagasaki dan Hiroshima, sedikit sekali dari kapal-kapal selam midget ini terjun bertempur
Midget Jerman pada perang dunia II, Kriegsmarine
Jerman menciptakan tidak hanya midget pada saat perang dunia kedua, tapi juga membuat torpedo yang langsung dikendalikan manusia.
Prestasi yang diraih midget Jerman tidaklah seheboh kapal selam U – Boat mereka, apalagi aplikasi teknologi midget mulai diterapkan pada babak akhir peperangan.
Jerman memiliki 4 tipe kapal selam midget namun hanya satu yang patut dinyatakan berhasil.
Midget Jerman 1 – MidgetBiber – Class (Beaver – Class)
Kapal selam ini diawaki oleh satu orang dengan bobot 6,5 ton dan dapat menenteng 2 terpedo di ketiaknya. Memiliki kemampuan radius 130 mil dengan kecepatan permukaan 6 knots dan 8,5 mil dengan kecepatan 5 knots disaat menyelam. Kapal ini memiliki kemampuan selam 65 kaki tapi tidak dapat meluncurkan torpedo dari bawah air dikarenakan masalah kemampuan mempertahankan kedalaman.
Biber dikembangkan secara tergesa-gesa guna mengantisipasi invasi sekutu di Eropa.Ujungnya, terdapat kesalahan-kesalahan teknis.Pelatihan yang tidak memadai untuk operator-operatornya, mengakibatkan midget-midget ini tidak terlalu menjadi ancaman yang nyata bagi kapal-kapal sekutu, walaupun begitu 324 unit berhasil diproduksi dan diterjunkan ke lapangan.
Biber ambil bagian dalam banyak misi, tapi sedikit sekali diataranya yang dapat kembali dengan selamat.Contohnya, dalam operasi pertama Biber, 14 unit ambil bagian.Hanya 2 unit yang mencapai daerah operasi.Pada tahun 1944, Biber disebar melawan lalu lintas sekutu yang mengarah ke Antwerp.Dalam serangan pertama, 18 unit dikirimkan dan hanya 1 yang kembali ke pangkalan.Mereka hanya berhasil menenggelamkan 1 buah kapal – bernama Alan A Dale.Ini merupakan satu satunya kapal yang berhasil ditenggelamkan oleh sebuah Biber.Operasi lanjutan di daerah itu menghasilkan kerugian atas lebih dari 30 unit Biber.
Midget Jerman 2 – MidgetMolch – Class (Salamander – Class)
Kapal dengan bobot 11 ton yang diawaki 1 orang ini dirancang untuk pertahanan pantai.Berbentuk seperti sebuah torpedo besar, kapal selam ini memiliki radius kecil 40 mil dengan kecepatan 5 knot dan dapat menenteng 2 terpedo.Kapalmidget selam ini dirancang hanya untuk berlayar secara menyelam saja.
Molch, sebagai kapal selam midget Jerman, merupakan kegagalan total, walaupun 393 diproduksi, namun jumlah kerugian juga amat tinggi.Unit pertama dari 393 unit yang diproduksi mulai diserahkan pada tanggal 12 Juni 1944. Kesemua unit dibuat di galangan AG Weser di Bremen
Molch – Class telah diterjunkan di Laut Mediterania dalam sebuh aksi putus asa melawan operasi ‘Dragoon’ (invasi atas teluk Riviera Prancis). Ke-12 Molch ini merupakan bagian dari armada K – Verband 411 flotilla dan pada malam tanggal 25/26 September 1944 mereka menyerang, menenggelamkan atau merusak kapal yang jumlahnya tidak dapat dikatakan sepadan dengan kehilangan 10 dari 12 unit yang diterjunkan. 2 unit yang tersisa dihancurkan oleh pemboman laut yang dilakukan sekutu atas San Remo tidak lama sesudahnya
Dari Januari hingga April 1945, kapal selam midget Molch dan Biber telah dikirimkan untuk melaksanakan 102 sorti, menderita kekalahan atas 70 unit-nya dan hanya berhasil menenggelamkan 7 kapal-kapal kecil dengan total 491 ton dan merusak 2 kapal dengan total 15,516 ton
Sistim tanki yang rumit membuat kapal selam midget ini sulit dikontrol dalam operasi perang… Mengacu kepada ke-tidak efektif-an ini, unit ini kemudian dijadikan wahana pelatihan untuk kapal selam midget yang lebih canggih.
Midget Jerman 3 – MidgetNeger – Class (Negro – Class)
Neger merupakan wahana pembawa torpedo.Walaupun tidak dirancang sebagai senjata bunuh diri, torpedo yang dibawa seringkali gagal dilepaskan dari kapal selam ketika ditembakkan dan akhirnya menyeret kapal selam tersebut menuju target.
Sekitar 200 kapal selam dari tipe ini dimanufaktur di tahun 1944… Namun, Neger ternyata amat berbahaya bagi kru pengawaknya, dan hamper 80% dari kru pengawak tewas. Sedangkan pencapaian yang didapat hingga tahun 1944 adalah tenggelamnya 1 kapal penjelajah, 1 kapal perusak dan 3 kapal penyapu ranjau dari kelas kecil, Catherine – Class BAMS
Midget Jerman 4 – MidgetSeehund – Class (Seal – Class)
Kelas kapal selam midget terakhir adalah Seehund, merupakan keberhasilan Kriegsmarine dalam upaya mereka menyempurnakan kapal selam jenis ini.. Dari 1000 yang direncanakan untuk dimanufaktur, hanya 285 yang berhasil diproduksi dan hanya 35 dari jumlah itu yang kalah dalam pertempuran, sebagian besar karena cuaca yang buruk.
Kapal selam midget ini memiliki bobot displacement 17 ton ketika menyelam, diawaki oleh 2 orang dan menenteng 2 torpedo tipe G7e. Seehund memiliki radius 300 km dengan kecepatan 7 knots dan mampu menyerang di permukaan dalam kondisi cuaca jelek hingga skala 4 Beufort tapi nyaris harus berada pada posisi diam ketika melancarkan serangan dalam kondisi menyelam. Sekitar 50 Seehund dilengkapi dengan tanki bahan bakar tambahan yang memberikan mereka radius 300 mile pada kecepatan 7 knot di permukaan dan 63 mil dengan kecepatan menyelam 3 knot.
Karena ukurannya yang kecil membuatnya sulit dideteksi ASDIC (sonar), apatah lagi pengawasan normal oleh kapal patroli.Kapal selam midget ini juga amat senyap, membuat pelacakan dengan mempergunakan hydrophone menjadi mustahil.Kemampuan kru-kru kapal selam midget ini untuk melakukan manuver yang presisi seringkali membuat kapal selam ini berhasil menembus daerah ranjau laut laut atau menghindari bom laut yang dilontarkan kapal-kapal perang sekutu.
Singkatnya, kapal selam midget dapat dipergunakan dalam operasi rahasia, clandestine yang tidak dapat berani dieksekusi oleh kapal selam berukuran normal.
Uniknya lagi, midget tipe Seehund ternyata agak kebal dengan bom laut (depth charges) dikarenakan bobotnya yang kecil, efek gelombang kejut hasil ledakan bom itu hanya membuatnya terpental ke kanan maupun ke kiri, tanpa terlalu banyak menimbulkan kerusakan (tapi tentunya tidak begitu nyaman bagi kru pengawaknya)
Utamanya dioperasikan pada Pantai Jerman dan Terusan Inggris, menyerang kapal-kapal dagang.Menenggelamkan 9 dan merusak 3 kapal dagang.Namun, karena dirancang pada tahun 1944 dan hanya dipergunakan pada bulan-bulan akhir peperangan, maka unit ini tidak terlalu terlibat banyak pada pertempuran. Dari Januari hingga April 1945 kapal selam midget Seehund telah dikirim untuk melakukan 142 sorti, dengan jumlah kerugian 35 kapal dan hanya menenggelamkan 8 kapal dengan total 17.301 ton dan merusak 3 kapal dengan total 18.384 ton.
Walaupun sebenarnya diperuntukkan untuk tujuan offensive/menyerang, Seehund juga difungsikan sebagai ‘Butter Boat’ di bulan bulan terakhir perang dunia kedua, membantu mengirimkan suplai bagi tentara Jerman yang terpojok di pantai akibat invasi Sekutu ke daratan.
Kekuatan Korps Hiu Kencana pada jaman orde lama
Kekuatan angkatan bersenjata Republik Indonesia, salah satunya Korps Hiu Kencana TNI – AL dengan armada kapal selamnya di era 60–an begitu ditakuti dan disegani di belahan bumi bagian Selatan, hingga membuat Belanda harus angkat kaki dari pulau Irian pada saat operasi TRIKORA atau membuat India mengurungkan niatnya untuk konfrontasi dengan Pakistan, hal ini merupakan contoh sukses misi dari Korps Hiu Kencana. Dengan kekuatan 12 Unit Kapal Selam dari Whiskey Class yang memakai nama senjata – senjata para ksatria dan dewa dalam dunia pewayangan menambah angkernya Korps ini. KRI Cakra, KRI Nenggala, KRI Pasopati, KRI Tjandrasa, KRI Aludra hingga KRI Nagabanda adalah nama –nama yang memperkuat Armada Kapal Selam TNI – AL. Dengan Armada Kapal Selam yang dimiliki oleh TNI – AL ini menjadi posisi tawar tinggi dalam langkah diplomasi militer hingga membuat Belanda berpikir seribu kali untuk terus menjejakkan kakinya di Bumi Cendrawasih Irian,bahkan sekutu utama Belanda yaitu AS, Inggris dan Australia berpikir ulang bila ingin menghadapi kekuatan TNI pada saat itu.
Kemampuan Manuver Korps Hiu Kencana
Cuplikan pertama
Pada waktu kedatangan 12 kapal selam kelas whiskey dari Uni Soviet, arsenal ini langsung diterjunkan dalam recana operasi Jayawijaya, bagian dari gema Trikora. Dalam operasi yang dramatik tiga KS melakukan infiltrasi di pantai utara Irian Barat, tetapi ketahuan kekuatan laut Belanda. Hanya RI Tjandrasa yang dinakhodai Mayor Laut Mas Mardiono berhasil mendaratkan 15 anggota RPKAD di Tanah Merah, 30 kilometer utara pelabuhan udara Sentani pada 21 Agustus 1962.
Atas keberhasilan ini semua ABK RI Tjandrasa mendapat Bintang Sakti berdasarkan Keppres No.14/1963.Baru kali ini Indonesia menganugerahkan Bintang Sakti bagi seluruh anggota, biasanya bintang tertinggi ini dianugerahkan kepada perorangan atas jasa luar biasa di luar tuntutan tugas.
Cuplikan kedua
Tahun 1963-1964, RI Nagabanda ditugaskan ke Indonesia bagian timur.Semua kapal yang berlayar dibawah kendali Panglima Komando Armada Siaga, Panglimanya waktu itu Komodor R.P Poernomo.
Diwaktu itu sudah mulai ada ketegangan dengan Malaysia yang akan dimerdekakan Inggris. Malaysia dan Singapura termasuk serumpun dalam persemakmuran Inggris begitu juga dengan Australia, bukan tidak mungkin apabila terjadi konfrontasi hampir dipastikan Australia akan ikut campur, oleh karena itu diputuskanlah melakukan pengintaian di perairan australia.
Kapal meninggalkan Surabaya menuju kupang. Sampai di Timor kapal lego jangkar di muka pelabuhan satu hari, menambah logistik makanan segar, lalu angkat jangkar dan berlayar ke arah Selatan. Berlayar pada siang hari menggunakan snorkelling sambil isi baterei, sedang malam hari berlayar diatas air.garis haluan dibuat sedemikian rupa sehingga jarak ke pantai Australia tidak kurang 50 mil.
Setelah kira-kira berada di sebelah barat kotaPerth, udara di dalam kapal terasa dingin tidak seperti biasanya yang panas. Karena dari surabaya tidak dilengkapi dengan pakaian dingin maka saya putuskan untuk putar haluan ke utara, kembali ke kupang.
Pada saat kapal akan menuju ke kupang , ada usulan dari perwira administrasi , letnan Ali Kamal, : ” komandan untuk menandai bahwa RI Nagabanda sudah berada di perairan barat australia , sebaiknya kita buang sampah di sini”
Saya setujui usul tersebut, maka saya perintahkan untuk mengumpulkan kaleng-kaleng bekas makanan khususnya yang made in Indonesia serta sampah yang lain dan kami buang ke laut.
Dalam melaksanakan tugas ini, RI Nagabanda berhasil masuk perairan Barat Australia tanpa diketahui oleh kapal-kapal Australia.
Cuplikan ketiga
Tahun 1964 dalam rangka tugas pada masa Konfrontasi dengan Malaysia, RI Nagabanda 403 mendapat tugas untuk mengambil foto-foto pantai Trengganu untuk persiapan pendaratan pasukan di semenanjung Malaysia.
Untuk operasi ini ikut seorang agen dari BPI (badan pusat Intelejen) untuk turut menganalisa keadaan… singkat cerita KS dapat mencapai pantai Trengganu hingga jarak 2 mil dari pantai dan mulai mengambil gambar pantai Trengganu. Pada jarak itu KS sudah dapat dilihat dengan jelas oleh nelayan di sana.
Pada saat pemotretan juru sonar mendengar suara baling-baling yang kemungkinan adalah fregat Inggris, untuk itu maka KS segera bergerak meninggakan perairan Malaysia dan karena kemungkinan besar KS sudah terlihat oleh nelayan Malaysia maka KS berlayar ke kepulauan Riau dan di antara pulau-pulau itu KS RI Nagabanda 403 lego jangkar dan anak buah kapal diperintahkan menghapus no lambung 403 dan mengubahnya menjadi 410. Dalam waktu kurang dari 2 jam RI Nagabanda dengan no palsu 410 sudah berlayar kembali dan benar ada pesawat RAF jenis Skeleton terbang di atas kapal sambil memberikan lampu isyarat menanyakan identitas kapal tapi tidak dijawab malah awak kapal menyiapkan 12,7mm untuk menembak tapi dilarang oleh pusat karena belum ada deklarasi perang dengan Inggris.
Dari itu sebenarnya berita KS Nagabanda 403 sudah masuk Malaysia sudah diketahui Inggris dari laporan nelayan tapi setelah dicari malah mereka mendapati KS 410, mereka nggak bisa menindak karena yang mereka cari 403…
Akhirnya kapal tiba dengan selamat di Tanjung Uban Riau…
Cuplikan keempat
Tahun 1974 GUSPURLA (Gugus tempur laut) TNI AL mendapat perintah dari Mabes ABRI untuk operasi pengamanan Selat Malaka bekerja sama dengan TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia), dalam Gugus Tempur tersebut terdapat KS KRI Pasopati dengan komandan Kapten (P) Soentoro dengan Komandan Guspurla Laksamana Pertama Mardiono.
Pada saat pembicaraan Rencana Operasi dengan perwira TLDM di Belawan Medan mereka sudah tidak suka ada unsur Kapal Selam yang ikut dalam operasi itu “untuk ape…!?”kata mereka. Mungkin mereka khawatir KS kita bisa dengan mudah menyelinap kedaerah mereka karena dalam rencana operasi tersebut setiap armada tempur masing-masing negara berpatroli di wilayahnya masing masing setelah itu baru berkumpul disuatu titik kumpul dan berkonvoi masuk ke Penang, Malaysia pada etape I dan Sabang, Indonesia pada etape II.
Dengan penolakan secara tidak etis tersebut komandan KS KRI Pasopati merasa panas, tetapi diredakan oleh Dan Guspurla demi persahabatan kedua negara, tapi diam-diam Komandan KS ingin memberi pelajaran kepada TLDM.
Pada etape I setelah selesai berpatroli maka semua kapal perang berkumpul di titik kumpul dan berkonvoi menuju Penang…dan menjelang pintu masuk pelabuhan Penang tiba-tiba KS KRI Pasopati sudah muncul dulu disana dan membuat panik rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM. Hal tersebut membuat kesal Panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq dan berkata KS tidak usah ikut campur urusan patroli dan agar keluar dari formasi dan area patroli.
Pada etape II KS KRI Pasopati melakukan free hunting (tidak mengikuti) pola patroli tetapi bebas menentukan sasaran sendiri dan setelah selesai seluruh kapal berpatroli masuk ke pelabuhan Sabang.Di sini awak KS KRI Pasopati ingin memberikan kejutan dan sekedar pamer kepada TLDM. Dengan ketelitian yang tinggi KS masuk alur pelabuhan dengan cara menyelam padahal kedalam alur pelabuhan hanya 20m, dari periskop terlihat awak Kapal TLDM jenis LST yang menjadi kapal komando tidak menyadari didekati oleh KS secara diam diam dan…setelah tinggal jarak beberapa meter dari lambung kapal mereka…Muncullah dengan tiba-tiba KRI Pasopati dan membunyikan gauk (sirine) tanda kedatangan mereka..maka gemparlah pelabuhan Sabang terutama awak kapal TLDM yang kapalnya sudah ditempel sama KS Pasopati.
Malamnya Dan Guspurla datang kepada Dan KRI Pasopati dan menyalaminya sambil tersenyum dan berkata “Jangan Sembrono lagi ya…”, dijawab “Siap Laksamana”….
Cuplikan kelima
Tahun 1975 diadakan latihan anti kapal selam antara TNI AL dengan RAN (Royal Australian Navy) sehubungan dengan muhibah fregat RAN ke Surabaya.
Area latihan dilakukan di selat Madura sebelah utara P. Bali dengan area latihan sebesar 10 mil persegi, sebagai sasaran adalah KRI Pasopati dan yang mengejar adalah fregat TNI AL dan RAN.
Dalam latihan, kedua fregat tidak dapat mendeteksi KS kita, jadi mereka membom laut (dengan bom latihan) secara membabi buta, padahal di bawah laut awak KS kita tertawa-tawa karena mereka tepat berada dibawah lunas fregat RAN. LO (Liaison Officer, perwira penghubung) dari TNI AL yang ditempatkan di fregat RAN Letkol Laut (P) Saeran melihat komandan fregat RAN marah dan complain bahwa KS kita sebenarnya tidak ada disitu tapi sudah pulang ke pangkalan karena alat deteksi kapal RAN yang sudah canggih pada jaman itu tidak bisa menemukan KS kita di area yang cukup sempit itu. Tapi kemudian dijawab dengan perintah KS agar timbul kepermukaan dan dengan sekejap KRI Pasopati sudah muncul dekat fregat RAN… Ketika balik kepangkalan dan berlayar dipermukaan masih terdengar “ping” dari sonar fregat RAN rupanya masih penasaran mereka…kenapa KRI Pasopati bisa menghindari Sonar mereka
Cuplikan keenam
Ini cerita waktu Operasi Seroja, integrasi Timtim antara 26 Februari 1976 s/d 26 Maret 1976.
Pada saat itu KS KRI Pasopati sedang menyelam di pantai utara dekat kota Baucau, tiba-tiba ada laporan dari Juru Sonar ada suara baling-baling mendekat ke KS kita, untuk itu komandan kapal memerintahkan KS naik ke kedalaman periskop dan mengintip cakrawala, ternyata cakrawala bersih tanpa ada satu kapal-pun disana.
“Juru sonar, berapa baringan dan kecepatan?” tanya komandan. “Baringan 040 kecepatan 10 knots Ndan” jawab juru sonar.Komandan mengecek lagi arah itu tidak terdapat kapal disitu.Komandan mengambil kesimpulan itu adalah KS asing yang mendekat.Untuk itu secara diam-diam peran tempur disiapkan di KS kita dan haluan kapal diubah menyongsong arah KS asing itu.
“Siapkan torpedo untuk ditembakkan” perintah komandan, tetapi tiba-tiba Juru sonar berkata “Baringan 000, suara menjauh, kecepatan 30 knots!”
Ternyata KS itu menjauh tidak mau berkonfrontasi dengan KS kita diperairan Timtim…dari hasil analisa kemungkinan KS itu adalah KS USN milik Armada VII karena kecepatannya cukup tinggi 30 knots dan diketahui hanya mereka yang KSnya bisa secepat itu pada masa itu…
Cuplikan ketujuh
Dulu ada armada VIIAS yang mau lewat selat sunda tapi tanpa permisi, pas kehadirannya sudah diketahui oleh gugus tempur selam di wilayah itu sekitar selat sunda…lalu diberi peringatan radio…tetap sombong acuh saja…lalu setelah ada perintah dari pejabat berwenang yang tertinggi dalam hal ini..dengan perintah…
“lakukanlah segala sesuatu yg menurut kalian adalah benar demi menjaga kehormatan NKRI, semuanya terserah kalian!”…lalu setelah beberapa saat kontak tidak ditanggapi… KSRI melakukan jibaku (dengan maksud untuk mendekati mau mengawal biar tidak macam-macam tetapi ternyata terjadi kepanikan di kapal induk armada VII AS)..pergerakan KS yg semakin medekat kapal induk dan mematikan sinyal radio…sangat menggentarkan mereka… karena pikirnya kapal induk akan ditubrukan secara frontal oleh KS RI tersebut…pada detik-detik kritis kapal induk armada VII& rombongan pengawalan berbalik arah putar haluan tidak jadi lewat selat sunda tapi ambil arah ke Australia…akhirnya semua kruKS RI berteriak hore kita menang…jalesveveva jaya mahe…jayalah negeriku Indonesia dilaut!!!
Cuplikan kedelapan
Pada tahun 1980 ketika saat itu kapal selam type U 209 milik TNI AL baru saja dibeli oleh pemerintah Indonesia di bawa dari Kiel Jerman Barat menuju sarangnya di Pangkalan Ujung Surabaya, pada saat itu pula negara-negara NATO juga sedang melakukan latihan perang anti kapal selam di laut Mediterania. Dan kawasan laut Mediterania ini pula merupakan kawasan jalur pelayaran laut kapal selam U 209 milik TNI AL tersebut.Dan ketika kapal selam U 209 tersebut melintasi laut Mediterania dalam posisi moda menyelam. Kemudian pada saat melakukan moda menyelam dan melintasi laut Mediterania yang tengah diadakan latihan perang anti kapal selam oleh NATO sementara awak kapal selam U 209 kita belum mengetahui kalau sedang ada latihan perang tersebut di atas permukaan para awak mendeteksi adanya banyak pancaran sonar dari kapal-kapal permukaan. Dan karena tidak paham dengan situasi di atas permukaan maka para awak kapal selam U 209 memutuskan untuk melakukan perubahan moda dari menyelam ke moda muncul di permukaan.Dan pada saat muncul di permukaan kapal selam U 209 TNI AL muncul di tengah-tengah konvoi kapal perang Angkatan Laut negara-negara NATO.
Dan dari kejadian tersebut diketahui bahwa kapal-kapal permukaan Angkatan Laut negara-negara NATO tidak ada satupun yang mendeteksi kehadiran kapal selam U 209/1300 milik TNI AL dan singkat kata kedua belah pihak baik TNI AL dan Angkatan Laut negara-negara NATO sama-sama terkejut.
Dan dari kejadian di atas tersebut telah membuktikan bahwa kapal selam U 209/1300 milik TNI AL benar-benar senyap dan tidak bisa dideteksi dengan sonar oleh kapal permukaan milik negara-negara Angkatan Laut NATO yang tergolong modern dan sangat maju.
Cuplikan kesembilan
OPERASI “CAKRA SEHAT” (2 April 86 s/d 15 Juni 86)
Ini adalah operasi membawa KS KRI Cakra 401 type U 209 ke Jerman untuk Perbaikan Besar
Rute-rutenya adalah:
Surabaya – Jakarta, Jakarta – Colombo (Srilangka), Colombo – Jibouti (di Afrika), Jibouti – Port Suez – Port Said (Mesir), Port Said – Cadiz (Spanyol), Cadiz – Hamburg – Kiel (Jerman)
Perjalanan ini membawa KS KRI Cakra yang sudah banyak kerusakan, tidak mempunyai periskop navigasi karena periskop navigasinya diberikan ke KRI Nanggala 402 yang periskop navigasinya rusak tersangkut jaring nelayan, jadi KRI Cakra 401 hanya mengandalkan periskop serang saja.Tapi KS KRI Cakra 401 membawa torpedo lengkap sesuai dengan isian penuhnya
Perjalanan Surabaya – Jakarta ditempuh dalam waktu 2 hari.
Perjalanan Jakarta – Colombo ditempuh dalam 16 hari melalui penyelaman maupun permukaan..
Perjalanan Colombo – Jibouti ditempuh dalam waktu 18 hari dan pada etape ini mulai ada gangguan tehnis yaitu baterai mulai banyak yang drop dengan cepat, jadi kapal sering melakukan snorkeling untuk mengisi baterai, pada saat itu masuk bulan Ramadhan dan sebagian besar ABK tetap menjalankan ibadah puasa walaupun diberi dispensasi untuk tidak melaksanakannya.
Perjalanan Jibouti – Port Suez – Port Said ditempuh dalam waktu 12 hari dalam etape ini KS melewati terusan Suez.
Port Said – Cadiz ditempuh dalam waktu 22 hari, di sekitar selatan Pulau Kreta Yunani, Juru Sonar mendengar ada suara baling-baling berjarak sekitar 30 menit dari KS. KS yang saat itu sedang snorkeling mengisi baterai langsung menghentikan snorkeling dan bersiap menyelam lebih dalam lagi. Jam 3 pagi terdengar “ping” (sonar aktif) tanda KS sedang dideteksi oleh kapal lain. Karena bukan suasana perang komandan kapal memerintahkan untuk timbul ke permukaan dan disambut oleh gelegar 2 pesawat F14, ternyata KS memasuki daerah latihan NATO. Segera bendera MERAH PUTIH dikibarkan dan ada 2 fregat satu dari Spayol dan satu dari Portugal mendekat “what ship…?” tanya mereka, dijawab dengan kode internasional “This is PKOB the Indonesian Man of War”, “Destination Cadiz Spain”. Setelah KS merapat di Cadiz ternyata 2 fregat itu tetap mengikuti dan ikut merapat dibelakang KRI Cakra 401.
Cadiz – Hamburg – Kiel dalam etape ini masuk waktu Idul Fitri, sholat Ied dilaksanakan di ruang CIC dalam kedalaman 75m dpl mungkin ini satu-satunya sholat Ied dibawah laut (dalam KS) khotbah Ied dibawakan oleh Serda Lasiman. Memasuki selat Inggris periskop satu satunya yang berfungsi mendadak tidak berfungsi karena tidak ada aliran listrik ternyata ada pin konektor yang putus kemudian diakali oleh awak kapal dengan mengganjal dengan jarum pentul dan berhasil,
Singkat kata KS akhirnya masuk ke Kiel dan naik dok HDW…komentar orang HDW “kok kapal masih “bagus” begini sudah dibawa kemari?” sambil geleng-geleng kepala dan mengacungkan jempol. Jawab ABK “Katanya setelah 5 tahun harus overhaul” .
Menurut pejabat di HDW tidak ada KS yang dibawa langsung ke Jerman biasanya akan dinaikkan ke atas kapal atau ditarik dengan kapal tunda…..TABAH SAMPAI AKHIR.
Cuplikan kesepuluh
Membuat kesal P3 Orion AL Prancis
Setelah setahun berada di Jerman untuk Overhaul maka U 209 KRI Cakra 401 kembali ke Indonesia (16 Juni 1987 sampai 13 Agustus 1987)…dalam pelayaran yang cukup lama itu KRI Cakra menghadapi berbagai kendala seperti kemudi horizontal tersangkut jaring nelayan di selatan Sicilia Italia, tapi semua bisa ditanggulangi oleh awak kapal kita.
Ada suatu hal yang lucu yaitu ketika KRI Cakra melewati terusan Suez dan masuk Laut Merah ternyata dari perairan Jibouti KS kita sudah diintai oleh P3 Orion milik AL Perancis yang ingin mengambil data-data tentang KRI Cakra.
KRI Cakra belayar dengan menyelam 75meter dibawah permukaan, dan P3 Orion melemparkan Sonobuoy untuk mendeteksi KRI Cakra, bukannya malah menghindar Komandan kapal memerintahkan kapal muncul kepermukaan dan awak kapal disuruh mengambil Sonobuoy tersebut dan dibawa masuk ke kapal setelah transpondernya dimatikan.
Kemudian kapal menyelam dengan membawa “souvenir” dari AL Perancis ke Indonesia.Awak P3 Orion pasti kebingungan kehilangan targetnya.
Sejarah alih teknologi midget pada zaman perang kemerdekaan
Usaha membuat kapal selam mini yang dilakukan oleh anggota-anggota ALRI dibawah pimpinan D. Ginagan di Purosani.Kapal selam itu berukuran panjang 7 meter, lebar 1 meter dan berat 5 ton.Setelah selesai diuji coba di Kalibayem, Yogyakarta. Kemungkinan anggota ALRI kita mendapatkan asistensi dari kru pengawak kapal selam Jerman, Kriegsmarine pernah memiliki kantor perwakilan di Indonesia
Sumber alih teknologi midget saat ini
Indonesia sudah dan dapat menjalin kerjasama alih teknologi midget dari negara-negara berikut :
Kita berharap PT PAL dan BUMNIS yang telibat bukan hanya mampu membuat Changbogo Class tapi juga bisa terlibat dalam “Join Production” dalam pembuatan DSX-3000 Class yang tengah dikembangkan oleh DSNE Korsel
Melalui kontrak pembelian kapal selam kilo – class maupun advance kilo/amur – class , kita berharap setidaknya ToT yang kita sepakati dengan Rusia dapat melengkapi kekurang teknologi kapal selam kita. Transfer teknologi pelapisan anti sonar (versi pengembangan lanjutan atas serat alberich) dan sistim peluncuran rudal dari wahana kapal selam mutlak harus dimiliki, selain ToT teknologi rudal itu sendiri, tentunya
Melalui kontrak pembelian kapal selam U-214 dari Jerman, kita berharap kewajiban akan ToT dapat dipenuhi berdasarkan amanat undang-undang. Alih teknologi lambung besi non magnetic tentu tidak gampang didapat, namun juga bukan berarti mustahil untuk dinegosiasikan
Sebuah opini pribadi
Menurut saya, ada empat hal penting yang patut dijadikan acuan ketika kita berdiskusi tentang midget…
Satu… Pembuktian sejarah ketika alat tersebut dipakai di medan pertempuran, battle proven
Inilah pendapat saya… bagaimana dengan mu, wahai teman ?
Catatan :
PKOB (Papa Kilo Oscar Bravo) adalah callsign atau kode internasional untuk kapal ber bendera/register port Indonesia diberikan pada saat masih di galangan sebelum serah terima..untuk kapal laut dan pesawat terbang yg ber-register Indonesia berawalan PK…karena kita eks jajahan belanda, belanda sendiri kode awal callsign-nya P seperti PDGH
Man – of – war adalah sebuah frasa yang ditujukan kepada kapal perang, bertentangan dengan peraturan umum dalam bahasa Inggris yang menyatakan bahwa semua kapal bersifat feminim. Hal itu kemungkinan muncul karena hal berikut : Men of war merupakan prajurit-prajurit yang dipersenjatai secara lengkap. Sebuah kapal yang penuh dengan prajurit yang dipersenjatai dengan lengkap akan dipanggil dengan panggilan ‘kapal man of war’. Berjalan dengan waktu, kata kapal dianggap tidak perlu dan dihilangkan dan tinggallah frasa – ‘a man of war’
(A phrase applied to a line of battle ship, contrary to the usual rule in the English language by which all ships are feminine. It probably arose in the following manner: ‘Men of war’ were heavily armed soldiers. A ship full of them would be called a ‘man-of-war ship.’ In process of time the word ‘ship’ was discarded as unnecessary and there remained the phrase ‘a man-of-war.’” —Talbot in Henry Fredrick Reddall Fact, fancy, and fable, 1892, p. 340
ASDIC, lebih dikenal orang Amerika sebagai sonar, pada dasarnya merupakan sebuah transmitter/pengirim – receiver/penerima yang mengirimkan gelombang suara yang amat terarah ke dalam air. Jika gelombang suara itu membentur objek yang sedang menyelam, maka gelombang suara tadi akan dipantulkan dan diterima oleh receiver. Waktu yang ditempuh dari pengiriman hingga gema diterima dijadikan dasar sebagai pengukuran jarak, yang kemudian ditampilkan sebagai sebuah cahaya yang berkedip di skala jarak.Dengan meletakkan Kepala transmitter hingga ia dapat diarahkan seperti lampu sorot, posisi dari target dapat dibaca dari kompas receiver. (by Afiq0110).
1. Pertarungan midget pada perang dunia kedua,
Merupakan penjelasan sejarah tentang peranan strategis yang diemban midget.
2. Kemampuan manuver Korps Hiu Kencana
Berisi cuplikan penuturan langsung dari perwira pengawak Korps Hiu Kencana atas pengalaman yang mereka dapat selama bertugas
3. Potensi pengembangan midget nasional
Sekelumit gambaran besar potensi alih teknologi yang diperlukan dalam pengembangan midget nasional
Bismillah…
Pertarungan midget pada perang dunia kedua
Selama perang dunia kedua, Inggris, Italia, Jerman dan Jepang memiliki kapal selam midget, sementara Amerika, Rusia dan Cina tidak.
Kapal Selam Midget Inggris – Angkatan Laut Inggris, Royal Navy
X craft dan merupakan nama yang disandang untuk tipe midget yang diproduksi Inggris.Angkatan Laut Kerajaan Inggris memiliki 2 kelas utama kapal selam midget, ‘X – Class dan XE – Class’.X – Class dibuat pada tahun 1943 – 1944, akhirnya digantikan dengan XE – Class. 20 unit dari X – Class telah dibuat, dan setidaknya 12 unit untuk XE – Class.Wahana ini dibuat untuk menyerang kapal perang yang berlabuh dalam pelabuhan yang dilindungi.Midget ini ditarik hingga mendekati target, biasanya oleh kapal selam, kemudian dilepaskan untuk selanjutnya melakukan misinya.
Terdapat pula beberapa jenis kapal selam midget yang tidak sukses, seperti kapal selam midget Sleeping Beauty dan Welman
Midget Inggris 1 – MidgetX – Class
Penugasan pertama atas kapal selam midget X – Class adalah pada Operasi ‘Source’ di bulan September 1943, sebuah upaya untuk melumpuhkan kapal-kapal perang kelas berat Jerman yang berpangkalan di Utara Norwegia. Enam unit kapal selam mini dilibatkan, tapi hanya 2 unit yang berhasil menebar bom laut (di bawah kapal tempur ‘Tirpitz’).Sisanya tenggelam, ditenggelamkan atau kembali ke pangkalan.Kapal tempur ‘Tirpitz’ rusak parah dan tidak dapat operasional hingga April 1944.
Pada tanggal 15 April 1944, HMS X24 menyerang dok terapung ‘Laksevag’ di Bergen.Awalnya X22 yang ditugasi untuk serangan ini, tapi dalam latihan tertabrak dan tenggelam berikut kru pengawak. X24 kemudian melakukan penyusupan dan berhasil keluar dengan selamat, tapi bom laut dipasang dibagian bawah kapal dagang 7.500 ton ‘Barenfels’ yang kemudian tenggelam, sementara dok kering itu sendiri hanya mengalami kerusakan kecil. Pada tanggal 11 September 1944, operasi ini diulangi oleh kapal midget X24, dengan kru pengawak yang baru, kali ini dok kering tersebut dapat ditenggelamkan.
Kapal selam midget X – Class terlibat dalam persiapan operasi Overlord (operasi pendaratan sekutu di pantai Normandia).Operasi ‘Postage Able’ dirancang untuk mengamati kondisi pantai pendaratan, melibatkan HMS X20 selama 4 hari di pantai Perancis. Pengitaian periskop atas garis pantai dan pembunyian echo dilakukan di siang hari. Pada tiap malamnya, X20 akan mendekati pantai dan 2 penyelam akan berenang ke tepian. Contoh tanah dikumpulkan dalam kondom. Para penyelam ke tepian pada 2 malam berikutnya untuk mengamati pantai di Vierville-sur-Mer, Moullins St. Lauret dan Colleville-sur-Mer yang kemudian menjadi Pantai Omaha (lokasi pendaratan tentara Amerika)
Midget Inggris 2 – Midget XE – Class
Operasi ‘Sabre’ dan Operasi ‘Foil’, dilaksanakan pada bulan Juli 1945, ditujukan untuk memotong kabel telepon bawah laut Jepang yang menghubungkan Singapura, Saigon, Hongkong dan Tokyo. Maksud dari operasi ini adalah memaksa Jepang agar menggunakan radio sehingga sekutu dapat melakukan pencegatan atas lalu lintas pesan yang dilakukan Jepang.
Operasi ‘Struggle’, pada bulan Agustus 1945, HMS XE1 dan HMS XE3 melaksanakan serangan bersama atas kapal perang Jepang yang berada di pelabuhan Singapura. XE3 ditugaskan untuk memasang ranjau laut pada penjelajah berat ‘Takao’, sementara XE1 ditugaskan untuk menyerang penjelajah berat ‘Myoko’
Penyusuran yang dilakukan XE3 atas Selat Johor dan penerobosan atas berbagai pertahanan pelabuhan menghabiskan waktu 11 jam ditambah 2 jam berikutnya untuk proses identifikasi target yang sudah dikamuflase Jepang. Walaupun sebenarnya terdapat beberapa peluang bagi personel Jepang untuk memergoki kapal selam midget ini, XE3 berhasil mencapai ‘Takao’ dan berhasil memasang ranjau magnet, limpet mines dan melepaskan ranjau 2 ton yang dibawanya, side charges. Proses gerak mundur berlangsung lancar dan XE3 berhasil menjalin komunikasi kembali dengan HMS Stygian, sebagai kapal selam pelindung. Sementara itu kru XE1 gagal menemukan target mereka.Malahan, walaupun mengetahui bahwa ranjau yang telah dipasang dapat meledak sewaktu-waktu, XE1 juga ikut memasang ranjau yang mereka bawa di bawah ‘Takao’.XE1 berhasil kembali dengan selamat.
Penjelajah berat ‘Takao’ mengalami kerusakan parah dan tidak pernah dapat berlayar kembali.
Kapal Selam Midget Italia – Angkatan Laut Italia, Regia Marina
Italia memiliki 16 kapal selam midget dalam masa berlangsunya perang dunia kedua. Terdapat dua kelas, CA – Class dan CB – Class.
Italia juga memiliki beberapa desain kapal selam mini yang tidak menorehkan prestasi.
Midget Italia 1 – Midget CA – Class
Pada tahun 1942, setelah Amerika berpartisipasi dalam peperangan, Junio Valerio Borghese, komandan ‘Decima MAS’, unit khusus Angkatan Laut Italia, merancang rencana untuk menyerang pelabuhan New York dengan mempergunakan kapal selam midget tipe CA dan melibatkan pasukan katak. Kapal selam midget akan dikirim menyeberangi lautan Atlantik dengan diusung di atas dek sebuah kapal selam yang lebih besar. Kapal selam Leonardo da Vinci dipilih untuk misi ini dan kemudian dimodifikasi di pangkalan Italia di Bordeaux. Midget CA2 diangkut memakai kereta api dari Italia dan ujicoba dilakukan dekat dengan La Pallice, dibawah pengawasan Borghese sendiri di penghujung 1942. Akan tetapi kapal selam Leonardo Da Vinci karam pada bulan Mei 1943 sebelum operasi dapat dilakukan. Tidak ada kapal selam pengganti yang dapat menggantikan posisi ini dana kemudian perjanjian gencatan senjata membuat rencana ini dihentikan.
Midget Italia 2 – Midget CB – Class
Kapal selam midget ini dirancang sebagai unit pertahanan pantai, ditenagai propulsi diesel elektrik.Dilengkapi dengan ‘conning tower’ untuk membantu navigasi. Persenjataan terdiri dari dua buah torpedo yang dimuat eksternal hingga dapat dimuat tanpa perlu memindahkan kapal selam midget dari air.
Tujuh puluh dua kapal dipesan ke Caproni of Milan, tapi hanya 22 yang berhasil masuk lini produksi.12 unit dapat diselesaikan sebelum gencatan senjata dan 9 sesudahnya. 6 kapal dipindahkan ke Laut Hitam berdasarkan permintaan bantuan yang secara spesifik ditujukan kepada Admiral Riccardi, Regia Marina (Angkatan Laut Italia) oleh Admiral Raeder, Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) pada 14 Januari 1942.
Italia kemudian mengirimkan 4 MAS (berbobot 24 ton), 6 CB – Class (35 ton midget submarine), 5 kapal motor torpedo, dan 5 punts (kapal kamikaze Italia).
Unit ini dibentuk untuk melawan armada Soviet yang menakutkan di Laut Hitam, armada Soviet terdiri dari sebuah kapal tempur (Pariskaja Kommuna), 4 penjelajah berat (diataranya Molotov, yang dirancang berdasarkan proyek Italia sebelum perang), sekitar 10 destroyer (beberapa diantaranya kelas berat dari Kharkov – Class) armada ini dipimpin oleh Tasken, sekitar 29 kapal selam tonnase kecil dan menengah dan banyak sekali kapal patrol dan unit-unit transport.
Masalah besar pertama yang dihadapi Italia dalam memenuhi permintaan Jerman adalah cara menyebarkan unit-unit ini di Laut Hitam. Logikanya, solusi yang masuk akal adalah lewat transportasi darat, semenjak Selat Dardanelli, Turki ditutup berdasarkan konvensi internasional dari kegiatan lalu lintas militer. Dalam upaya memecahkan masalah ini Pimpinan Angkatan Laut Italia membuktikan diri dan imajinasi dengan mempersiapakan dalam waktu singkat sebuah iring-iringan pasukan (column) yang terdiri dari 28 kendaraan bermotor, 3 traktor, 9 truk, tanki bahan bakar dan kereta gandeng (trailers). Iring-iringan panjang kendaraan ini meninggalkan pangkalan La Spezia pada tanggal 25 April dan berhasil melewati banyak sekali rintangan dan kesulitan (para pengemudi dan insinyur dalam beberapa kejadian, harus meledakkan bangunan-bangunan di sepanjang perjalanan agar kendaraan-kendaraan ‘bagong’ ini dapat lewat), iring-iringan ini berhasil mencapai Wien, dimana kemudian kapal-kapal ini diluncurkan di perairan Danube. Dari titik ini mereka mencapai pelabuhan Constanza, Rumania pada 2 Mei, semua unit Italia ini akhirnya mencapai pelabuhan Yalta, yang kemudian yang kemudian menjadi pangkalan operasi mereka
Dari Mei 1942 hingga Mei 1943, unit-unit Italia melaksanakan aktifitas intense dan secara gemilang, berhasil menenggelamkan kapal-kapal milik Rusia yang pada akhirnya menimbulkan penghargaan dan pengkauan untuk unit-unit Italia dari sekutu Jerman mereka dan bahkan dari musuhnya, Rusia
Pada tanggal 11 dan 13 Juni 1942, kapal MAS men-terpedo dan menenggelamkan sebuah kapal uap dengan bobot 5.000 ton dan kapal transport berbobot 10.000 ton (rusak parah, kemudian ditenggelamkan oleh pesawat Junker 87 Jerman). Dipecah dalam beberapa kelompok, dengan tujuan taktis dan keamanan, diantara pangkalan Yalta dan Feodosia, unit-unit Italia harus menghadapi serangan udara yang intense dari musuh mereka, Rusia di daerah itu memiliki lebih dari 700 pesawat, terdiri dari pesawat tempur, pembom dan pesawat intai. Dikarenakan tidak dapat mengandalkan perlindungan udara yang cukup (Pihak Jerman, yang sedang terfokus dalam upaya untuk menaklukkan sistim pertahanan Sevastopol dan Balaclava dan front Mariupol, Rostov, Krasnodar, hampir tidak pernah memberikan pengawalan udara bagi kapal-kapal Italia), MAS dan kapal selam midget harus menelan kekalahan dan kerugian. Diwaktu fajar tanggal 13 Juni, sekelompok pesawat tempur Sovyet dan pesawat tempur-pembom Yak dan Ilijushin, dibantu oleh selusinan kapal-kapal torpedo, menyerang pelabuhan Yalta dan menyebabkan tenggelamnya kapal selam yang dikomandani Letnan Muda, Sottotenente di Vascello Farolfi. Tapi kerugian ini setidaknya dapat dikompensasikan atas dua kemenangan gemilang.
Akhirnya, pada tanggal 15 dan 18 Juni, dalam sebuah operasi malam hari, kapal selam midget CB – Class nomor 2 dan 3 berhasil men-terpedo dan menenggelamkan kapal-kapal selam Sovyet S32 dan SHCH 306 (dengan bobot displacement sekitar 1.070 dan 105 ton), yang sedang berlayar di permukaan.
Unit terakhir dari kru Italia yang melanjutkan operasi di Laut Hitam adalah kapal-kapal selam midget pertahanan pantai CB – Class, dimana, berpangkalan Sevastopol yang baru, berhasil melaksanakan 21 misi, dari Juni hingga Agustus 1943; diantara unit-unit ini hanya satu (dalam rentang 25 hingga 26 Agustus) menghasilkan pencapaian yang positif : CB yang dipimpin oleh Letnan, Tenente di Vascello Armando Sibille berhasil men-terpedo dan menenggelamkan sebuah kapal selam Rusia dari kelas yang tidak dapat didefiniskan. Setelah ini, kapal selam terakhir ditarik dari kancah peperangan dan disimpan di pelabuhan Constanza, Rumania, dimana pada Agustus 1944 kapal-kapal ini direbut pihak Rusia
Midget Jepang pada perang dunia II – Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Nippon Kaigun
Jepang memiliki armada kapal selam terbesar di wilayah Pasifik jika sementara Jerman merupakan pemilik armada kapal selam terbesar di dunia
Angkatan Laut Jepang juga berhasil membuat kapal selam midget dengan kecepatan tertinggi dibandingkan dengan kapal selam midget yang diproduksi oleh negara-negara lain. Mereka mengerahkan 78 kapal selam midget yang mampu melaju dengan kecepatan 18,5 hingga 19 knots ketika menyelam, dan juga membangun 110 kapal selam midget lainnya yang memiliki kecepatan 16 knots. Kapal selam midget buatan Jepang ini merupakan yang tercepat pada saat itu. Setidaknya kecepatan standar mereka rata-rata di atas 10 knot.
Kapal selam midget Jepang diklasifikasikan dalam 1 kelas utama, Ko–hyoteki – Class. Klasifikasi utama ini dibagi dalam3 tipe, A, C dan D
Jepang mulai membuat kapal selam midget secara rahasia di tahun 1930-an. Kapal-kapal selam ini dirancang untuk dioperasikan secara rahasia.Kapal selam midget ini diangkut di dek belakang dari kapal selam yang lebih besar dari I – Class yang telah terlebih dahulu mengalami penyesuaian. Ketika kapal selam midget mendekat tujuan akhir, maka kapal selam midget ini akan dilepas dalam posisi menyelam.
Kapal-kapal selam mini Jepang sebenarnya diperuntukkan sebagai tokkotai (kependekan dari tokubetsu kogekitai, yang bermakna unit serang khusus, mungkin di Indonesia lebih familiar dengan istilah pasukan berani mati).
Walaupun kapal selam induk yang meluncurkan midget akan berusaha untuk bertemu kembali dengan kapal selam midget sesudah serangan dilakukan, namun kru pengawak kapal selam midget menyadari bahwa kecil sekali kemungkinan mereka akan kembali dengan selamat hingga mereka kemudian menuliskan surat terakhir kepada anggota keluarganya, dan terbukti, tidak satupun kapal selam induk berhasil menyelamatkan kru kapal selam midget sesudah serangan atas Pearl Harbor, Sydney dan Diego Suarez.
Masyarakat Jepang pertama kali mendengar istilah tokkotai (unit serang khusus) pada tanggal 18 Desember 1941 dalam sebuah communiqué, pengumuman resmi tentang dimulainya Perang Besar Asian Timur Raya. Pihak militer Jepang juga kemudian memakai istilah tokkotai yang ditujukan untuk merujuk kepada pesawat kamikaze dan kepada senjata-senjata bunuh diri lainnya seperti torpedo kaiten dan kapal motor shinyo. Walaupun kamikaze dan armada kapal selam midget direferensikan dalam istilah yang sama, kru kapal selam midget digugah untuk berusaha kembali dengan selamat, walaupun pada kenyataannya sedikit sekali yang berhasil kembali, sementara pilot kamikaze diperintahkan untuk tewas ketika menabrakkan pesawat mereka ke kapal perang musuh. Meskipun begitu, seringkali terjadi pilot-pilot kamikaze kembali dengan selamat karena membatalkan misi mereka akibat cuaca buruk atau masalah mesin.
Angkatan laut kekaisan Jepang juga mempergunakan kapal selam midget di Guadalcanal, Kiska dan Filipina serta Okinawa dengan tingkat keberhasilan terbatas.Pada tahun-tahun akhir peperangan, angkatan laut kekaisaran Jepang hampir tidak lagi memiliki kapal selam induk untuk men-transport/menggotong/meluncurkan kapal-kapal selam midget.
Foto yang menampilkan kapal-kapal selam midget berjejer seperti cerutu raksasa di dok kering Kure menjadi ironi kekalahan Jepang pada perang dunia kedua.
Midget Jepang 1 – MidgetA/B – Class (A/B – Class)
Kapal-kapal selam midget Ko–Hyoteki (Target A) Ko Gata (Tipe A) dilengkapi dengan motor listrik yang ditenagai 224 unit baterai 2 volt. Tipe A dapat melaju dengan kecepatan 19 knot disaat menyelam. Unit ini membawa 2 buah torpedo 17,7 inci.
Lima puluh kapal selam midget dari tipe A berhasil dimanufaktur dan dipergunakan melawan kapal-kapal perang Sekutu, dan terlibat pada penyerangan Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941.
Lima kapal selam midget dari Tipe A dipersenjatai dengan torpedo tipe 97 diluncurkan dari 5 kapal selam induk tipe C1, ikut ambil bagian dalam penyerangan Pearl Harbor. Tugas mereka adalah menyerang kapal-kapal yang berusaha meninggalkan pelabuhan, tapi hanya 2 yang mencapai tujuan dan tidak satupun yang berhasil kembali dengan selamat.
I – 16 tou, penamaan yang dipakai bagi kapal selam midet yang diluncurkan dari kapal selam induk I – 16 mengirimkan laporan radio di sore tanggal 7 Desember, melaporkan bahwa mereka berhasil menenggelamkan USS Arizona. Dari penganalisaan fotografi yang dilakukan penyelidik independen dan hasilnya diterbitkan oleh Akademi Angkatan Laut Amerika di tahun 1999 menyimpulkan bahwa kapal selam midget tipe A berhasil masuk ke dalam pelabuhan dan berhasil menembakkan torpedo pada USS West Virginia dan USS Oklahoma selama serangan udara berlangsung
Setelah penyerangan Pearl Harbor, modifikasi dilakukan atas rancangan awal tipe A dan variannya dinamai dengan Type A Kai 1, (Improved version 1). Perubahan meliputi penambahan improvedgyro compass, kompas non magnetic yang lebih baik, bilah bergerigi untuk memotong jaring yang dipasang di haluan dan di menara, conning tower, sebuah busur pelindung yang menyerupai bilah luncur yang diperuntukkan bagi kemudahan maneuver ketika menghadapi rintangan, dan pelindung baling-baling agar tidak tersangkut di jaring atau kabel bawah laut. Tipe A yang telah diperbaiki ini-lah yang melakukan serangan atas pelabuhan Sydney, dan Guadal Canal
Tiga unit dari tipe ini menyerang pelabuhan Sydney di bulan Mei tahun 1942, tapi satu diantaranya tenggelam sebelum berhasil melakukan misinya. Sedangkan sisanya tenggelam dalam perjalanan kembali ke kapal selam transport mereka. Walaupun begitu, ketiga kapal selam midget ini berhasil merusak sebuah kapal.
Dua kapal selam midget dari tipe ini juga berpartisipasi dalam penyerangan di Guadalcanal, terlibat pertempuran di Diego Suarez, Madagaskar.Pada pertempuran Madagaskar, satu unit midget hilang di lautan dan unit yang lain berhasil membuat kerusakan parah pada sebuah kapal perang tua, battleshipHMS Ramillies dan menenggelamkan sebuah kapal tanker minyak, British Loyalty.
Kapal selam midget Otsu Gata (Tipe B) merupakan varian pertama yang dilengkapi dengan mesin diesel (40 hp/25 kw) dan memiliki haluan yang lebih panjang untuk penempatan mesin ini. Semua spesifikasi dari tipe B sama dengan tipe A, kecuali ukuran panjang (24,9 m vs 23,9 m), displacement, bobot alih (47 ton vs 46), dan kecepatan permukaan (6 knots vs 19).
Mesin diesel kapal selam midget tipe B memungkinkannya memiliki radius 500 mil laut (nautical miles, nms) dan kecepatan 6 knot (berlayar di permukaan), 15,8 nms pada kecepatan 9 knot dan 84 nms pada kecepatan 6 knots ketika berlayar dalam posisi bawah air dengan mempergunakan motor elektrik
Midget Jepang 2 – MidgetC – Class (C – Class)
Ko-Hyoteki (Target A) Hei Gata (Tipe C) – Class merupakan versi perbaikan dari kapal selam midget tipe A. Tipe C dilengkapi dengan generator diesel untuk mengisi ulang beterai dan untuk dipergunakan ketika berlayar di permukaan.Dalam waktu singkat, kapal selam midget tipe C dapat mencapai kecepatan 19 knot ketika menyelam. Mereka masing masing dilengkapi 2 buah peluncur torpedo 17,7 inci.
Empat puluh tujuh unit kapal selam midget tipe ini berhasil dimanufaktur hingga akhir perang, tapi hanya 15 yang terjun ke kancah peperangan dari pangkalan Okinawa dan Filipina
Midget Jepang 3 – MidgetD – Class (D – Class)
Kairyu, Sea Dragon, Naga Laut merupakan kelas kapal selam midget yang dirancang pada tahun 1943 hingga 1944, dan dimanufaktur pada awal tahun 1945. Kapal-kapal selam ini dipersiapkan untuk menghadapi invasi angkatan laut Amerika ke Tokyo.
Kapal selam midget kelas D diproduksi dengan jumlah yang jauh lebih banyak dari tipe A dan tipe C. Sejumlah 210 unit berhasil dimanufaktur hingga akhir perang dan hampir sekitar 500 diataranya dalam proses konstruksi dari total rencana 750 unit. Sebagian besar dari midget tipe ini dikonstruksi di galangan kapal Yokosuka
Lebih dari sekedar versi perbaikan dari rancangan kelas-kelas sebelumnya, kapal selam midget ini merupakan rancangan baru. Merupakan kapal selam midget terbesar, dengan bobot 60 ton dan panjang 86 kaki, dan kemampuan menyelam 328 feet, kapal selam midget ini memiliki 5 kru dan dilengkapi dengan 2 buah torpedo berikut dengan sebuah bahan peledak seberat 600 kg (1.300 lb) yang diperuntukkan bagi misi bunuh diri.
Sebagian besar kapal selam midget Kairyu berpangkalan di Yokosuka untuk mempertahankan pintu masuk Teluk Tokyo dari invasi Amerika ke dataran Jepang.Sebagian dari kapal selam ini juga ditempatkan di Teluk kecil Moroiso dan Teluk kecil Aburatsubo di ujung Selatan Semenanjung Miura dimana di lokasi itu sebuah sekolah pelatihan pengawak kapal selam juga telah didirikan.
Karena Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, setelah pemboman Nagasaki dan Hiroshima, sedikit sekali dari kapal-kapal selam midget ini terjun bertempur
Midget Jerman pada perang dunia II, Kriegsmarine
Jerman menciptakan tidak hanya midget pada saat perang dunia kedua, tapi juga membuat torpedo yang langsung dikendalikan manusia.
Prestasi yang diraih midget Jerman tidaklah seheboh kapal selam U – Boat mereka, apalagi aplikasi teknologi midget mulai diterapkan pada babak akhir peperangan.
Jerman memiliki 4 tipe kapal selam midget namun hanya satu yang patut dinyatakan berhasil.
Midget Jerman 1 – MidgetBiber – Class (Beaver – Class)
Kapal selam ini diawaki oleh satu orang dengan bobot 6,5 ton dan dapat menenteng 2 terpedo di ketiaknya. Memiliki kemampuan radius 130 mil dengan kecepatan permukaan 6 knots dan 8,5 mil dengan kecepatan 5 knots disaat menyelam. Kapal ini memiliki kemampuan selam 65 kaki tapi tidak dapat meluncurkan torpedo dari bawah air dikarenakan masalah kemampuan mempertahankan kedalaman.
Biber dikembangkan secara tergesa-gesa guna mengantisipasi invasi sekutu di Eropa.Ujungnya, terdapat kesalahan-kesalahan teknis.Pelatihan yang tidak memadai untuk operator-operatornya, mengakibatkan midget-midget ini tidak terlalu menjadi ancaman yang nyata bagi kapal-kapal sekutu, walaupun begitu 324 unit berhasil diproduksi dan diterjunkan ke lapangan.
Biber ambil bagian dalam banyak misi, tapi sedikit sekali diataranya yang dapat kembali dengan selamat.Contohnya, dalam operasi pertama Biber, 14 unit ambil bagian.Hanya 2 unit yang mencapai daerah operasi.Pada tahun 1944, Biber disebar melawan lalu lintas sekutu yang mengarah ke Antwerp.Dalam serangan pertama, 18 unit dikirimkan dan hanya 1 yang kembali ke pangkalan.Mereka hanya berhasil menenggelamkan 1 buah kapal – bernama Alan A Dale.Ini merupakan satu satunya kapal yang berhasil ditenggelamkan oleh sebuah Biber.Operasi lanjutan di daerah itu menghasilkan kerugian atas lebih dari 30 unit Biber.
Midget Jerman 2 – MidgetMolch – Class (Salamander – Class)
Kapal dengan bobot 11 ton yang diawaki 1 orang ini dirancang untuk pertahanan pantai.Berbentuk seperti sebuah torpedo besar, kapal selam ini memiliki radius kecil 40 mil dengan kecepatan 5 knot dan dapat menenteng 2 terpedo.Kapalmidget selam ini dirancang hanya untuk berlayar secara menyelam saja.
Molch, sebagai kapal selam midget Jerman, merupakan kegagalan total, walaupun 393 diproduksi, namun jumlah kerugian juga amat tinggi.Unit pertama dari 393 unit yang diproduksi mulai diserahkan pada tanggal 12 Juni 1944. Kesemua unit dibuat di galangan AG Weser di Bremen
Molch – Class telah diterjunkan di Laut Mediterania dalam sebuh aksi putus asa melawan operasi ‘Dragoon’ (invasi atas teluk Riviera Prancis). Ke-12 Molch ini merupakan bagian dari armada K – Verband 411 flotilla dan pada malam tanggal 25/26 September 1944 mereka menyerang, menenggelamkan atau merusak kapal yang jumlahnya tidak dapat dikatakan sepadan dengan kehilangan 10 dari 12 unit yang diterjunkan. 2 unit yang tersisa dihancurkan oleh pemboman laut yang dilakukan sekutu atas San Remo tidak lama sesudahnya
Dari Januari hingga April 1945, kapal selam midget Molch dan Biber telah dikirimkan untuk melaksanakan 102 sorti, menderita kekalahan atas 70 unit-nya dan hanya berhasil menenggelamkan 7 kapal-kapal kecil dengan total 491 ton dan merusak 2 kapal dengan total 15,516 ton
Sistim tanki yang rumit membuat kapal selam midget ini sulit dikontrol dalam operasi perang… Mengacu kepada ke-tidak efektif-an ini, unit ini kemudian dijadikan wahana pelatihan untuk kapal selam midget yang lebih canggih.
Midget Jerman 3 – MidgetNeger – Class (Negro – Class)
Neger merupakan wahana pembawa torpedo.Walaupun tidak dirancang sebagai senjata bunuh diri, torpedo yang dibawa seringkali gagal dilepaskan dari kapal selam ketika ditembakkan dan akhirnya menyeret kapal selam tersebut menuju target.
Sekitar 200 kapal selam dari tipe ini dimanufaktur di tahun 1944… Namun, Neger ternyata amat berbahaya bagi kru pengawaknya, dan hamper 80% dari kru pengawak tewas. Sedangkan pencapaian yang didapat hingga tahun 1944 adalah tenggelamnya 1 kapal penjelajah, 1 kapal perusak dan 3 kapal penyapu ranjau dari kelas kecil, Catherine – Class BAMS
Midget Jerman 4 – MidgetSeehund – Class (Seal – Class)
Kelas kapal selam midget terakhir adalah Seehund, merupakan keberhasilan Kriegsmarine dalam upaya mereka menyempurnakan kapal selam jenis ini.. Dari 1000 yang direncanakan untuk dimanufaktur, hanya 285 yang berhasil diproduksi dan hanya 35 dari jumlah itu yang kalah dalam pertempuran, sebagian besar karena cuaca yang buruk.
Kapal selam midget ini memiliki bobot displacement 17 ton ketika menyelam, diawaki oleh 2 orang dan menenteng 2 torpedo tipe G7e. Seehund memiliki radius 300 km dengan kecepatan 7 knots dan mampu menyerang di permukaan dalam kondisi cuaca jelek hingga skala 4 Beufort tapi nyaris harus berada pada posisi diam ketika melancarkan serangan dalam kondisi menyelam. Sekitar 50 Seehund dilengkapi dengan tanki bahan bakar tambahan yang memberikan mereka radius 300 mile pada kecepatan 7 knot di permukaan dan 63 mil dengan kecepatan menyelam 3 knot.
Karena ukurannya yang kecil membuatnya sulit dideteksi ASDIC (sonar), apatah lagi pengawasan normal oleh kapal patroli.Kapal selam midget ini juga amat senyap, membuat pelacakan dengan mempergunakan hydrophone menjadi mustahil.Kemampuan kru-kru kapal selam midget ini untuk melakukan manuver yang presisi seringkali membuat kapal selam ini berhasil menembus daerah ranjau laut laut atau menghindari bom laut yang dilontarkan kapal-kapal perang sekutu.
Singkatnya, kapal selam midget dapat dipergunakan dalam operasi rahasia, clandestine yang tidak dapat berani dieksekusi oleh kapal selam berukuran normal.
Uniknya lagi, midget tipe Seehund ternyata agak kebal dengan bom laut (depth charges) dikarenakan bobotnya yang kecil, efek gelombang kejut hasil ledakan bom itu hanya membuatnya terpental ke kanan maupun ke kiri, tanpa terlalu banyak menimbulkan kerusakan (tapi tentunya tidak begitu nyaman bagi kru pengawaknya)
Utamanya dioperasikan pada Pantai Jerman dan Terusan Inggris, menyerang kapal-kapal dagang.Menenggelamkan 9 dan merusak 3 kapal dagang.Namun, karena dirancang pada tahun 1944 dan hanya dipergunakan pada bulan-bulan akhir peperangan, maka unit ini tidak terlalu terlibat banyak pada pertempuran. Dari Januari hingga April 1945 kapal selam midget Seehund telah dikirim untuk melakukan 142 sorti, dengan jumlah kerugian 35 kapal dan hanya menenggelamkan 8 kapal dengan total 17.301 ton dan merusak 3 kapal dengan total 18.384 ton.
Walaupun sebenarnya diperuntukkan untuk tujuan offensive/menyerang, Seehund juga difungsikan sebagai ‘Butter Boat’ di bulan bulan terakhir perang dunia kedua, membantu mengirimkan suplai bagi tentara Jerman yang terpojok di pantai akibat invasi Sekutu ke daratan.
Kekuatan Korps Hiu Kencana pada jaman orde lama
Kekuatan angkatan bersenjata Republik Indonesia, salah satunya Korps Hiu Kencana TNI – AL dengan armada kapal selamnya di era 60–an begitu ditakuti dan disegani di belahan bumi bagian Selatan, hingga membuat Belanda harus angkat kaki dari pulau Irian pada saat operasi TRIKORA atau membuat India mengurungkan niatnya untuk konfrontasi dengan Pakistan, hal ini merupakan contoh sukses misi dari Korps Hiu Kencana. Dengan kekuatan 12 Unit Kapal Selam dari Whiskey Class yang memakai nama senjata – senjata para ksatria dan dewa dalam dunia pewayangan menambah angkernya Korps ini. KRI Cakra, KRI Nenggala, KRI Pasopati, KRI Tjandrasa, KRI Aludra hingga KRI Nagabanda adalah nama –nama yang memperkuat Armada Kapal Selam TNI – AL. Dengan Armada Kapal Selam yang dimiliki oleh TNI – AL ini menjadi posisi tawar tinggi dalam langkah diplomasi militer hingga membuat Belanda berpikir seribu kali untuk terus menjejakkan kakinya di Bumi Cendrawasih Irian,bahkan sekutu utama Belanda yaitu AS, Inggris dan Australia berpikir ulang bila ingin menghadapi kekuatan TNI pada saat itu.
Kemampuan Manuver Korps Hiu Kencana
Cuplikan pertama
Pada waktu kedatangan 12 kapal selam kelas whiskey dari Uni Soviet, arsenal ini langsung diterjunkan dalam recana operasi Jayawijaya, bagian dari gema Trikora. Dalam operasi yang dramatik tiga KS melakukan infiltrasi di pantai utara Irian Barat, tetapi ketahuan kekuatan laut Belanda. Hanya RI Tjandrasa yang dinakhodai Mayor Laut Mas Mardiono berhasil mendaratkan 15 anggota RPKAD di Tanah Merah, 30 kilometer utara pelabuhan udara Sentani pada 21 Agustus 1962.
Atas keberhasilan ini semua ABK RI Tjandrasa mendapat Bintang Sakti berdasarkan Keppres No.14/1963.Baru kali ini Indonesia menganugerahkan Bintang Sakti bagi seluruh anggota, biasanya bintang tertinggi ini dianugerahkan kepada perorangan atas jasa luar biasa di luar tuntutan tugas.
Cuplikan kedua
Tahun 1963-1964, RI Nagabanda ditugaskan ke Indonesia bagian timur.Semua kapal yang berlayar dibawah kendali Panglima Komando Armada Siaga, Panglimanya waktu itu Komodor R.P Poernomo.
Diwaktu itu sudah mulai ada ketegangan dengan Malaysia yang akan dimerdekakan Inggris. Malaysia dan Singapura termasuk serumpun dalam persemakmuran Inggris begitu juga dengan Australia, bukan tidak mungkin apabila terjadi konfrontasi hampir dipastikan Australia akan ikut campur, oleh karena itu diputuskanlah melakukan pengintaian di perairan australia.
Kapal meninggalkan Surabaya menuju kupang. Sampai di Timor kapal lego jangkar di muka pelabuhan satu hari, menambah logistik makanan segar, lalu angkat jangkar dan berlayar ke arah Selatan. Berlayar pada siang hari menggunakan snorkelling sambil isi baterei, sedang malam hari berlayar diatas air.garis haluan dibuat sedemikian rupa sehingga jarak ke pantai Australia tidak kurang 50 mil.
Setelah kira-kira berada di sebelah barat kotaPerth, udara di dalam kapal terasa dingin tidak seperti biasanya yang panas. Karena dari surabaya tidak dilengkapi dengan pakaian dingin maka saya putuskan untuk putar haluan ke utara, kembali ke kupang.
Pada saat kapal akan menuju ke kupang , ada usulan dari perwira administrasi , letnan Ali Kamal, : ” komandan untuk menandai bahwa RI Nagabanda sudah berada di perairan barat australia , sebaiknya kita buang sampah di sini”
Saya setujui usul tersebut, maka saya perintahkan untuk mengumpulkan kaleng-kaleng bekas makanan khususnya yang made in Indonesia serta sampah yang lain dan kami buang ke laut.
Dalam melaksanakan tugas ini, RI Nagabanda berhasil masuk perairan Barat Australia tanpa diketahui oleh kapal-kapal Australia.
Cuplikan ketiga
Tahun 1964 dalam rangka tugas pada masa Konfrontasi dengan Malaysia, RI Nagabanda 403 mendapat tugas untuk mengambil foto-foto pantai Trengganu untuk persiapan pendaratan pasukan di semenanjung Malaysia.
Untuk operasi ini ikut seorang agen dari BPI (badan pusat Intelejen) untuk turut menganalisa keadaan… singkat cerita KS dapat mencapai pantai Trengganu hingga jarak 2 mil dari pantai dan mulai mengambil gambar pantai Trengganu. Pada jarak itu KS sudah dapat dilihat dengan jelas oleh nelayan di sana.
Pada saat pemotretan juru sonar mendengar suara baling-baling yang kemungkinan adalah fregat Inggris, untuk itu maka KS segera bergerak meninggakan perairan Malaysia dan karena kemungkinan besar KS sudah terlihat oleh nelayan Malaysia maka KS berlayar ke kepulauan Riau dan di antara pulau-pulau itu KS RI Nagabanda 403 lego jangkar dan anak buah kapal diperintahkan menghapus no lambung 403 dan mengubahnya menjadi 410. Dalam waktu kurang dari 2 jam RI Nagabanda dengan no palsu 410 sudah berlayar kembali dan benar ada pesawat RAF jenis Skeleton terbang di atas kapal sambil memberikan lampu isyarat menanyakan identitas kapal tapi tidak dijawab malah awak kapal menyiapkan 12,7mm untuk menembak tapi dilarang oleh pusat karena belum ada deklarasi perang dengan Inggris.
Dari itu sebenarnya berita KS Nagabanda 403 sudah masuk Malaysia sudah diketahui Inggris dari laporan nelayan tapi setelah dicari malah mereka mendapati KS 410, mereka nggak bisa menindak karena yang mereka cari 403…
Akhirnya kapal tiba dengan selamat di Tanjung Uban Riau…
Cuplikan keempat
Tahun 1974 GUSPURLA (Gugus tempur laut) TNI AL mendapat perintah dari Mabes ABRI untuk operasi pengamanan Selat Malaka bekerja sama dengan TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia), dalam Gugus Tempur tersebut terdapat KS KRI Pasopati dengan komandan Kapten (P) Soentoro dengan Komandan Guspurla Laksamana Pertama Mardiono.
Pada saat pembicaraan Rencana Operasi dengan perwira TLDM di Belawan Medan mereka sudah tidak suka ada unsur Kapal Selam yang ikut dalam operasi itu “untuk ape…!?”kata mereka. Mungkin mereka khawatir KS kita bisa dengan mudah menyelinap kedaerah mereka karena dalam rencana operasi tersebut setiap armada tempur masing-masing negara berpatroli di wilayahnya masing masing setelah itu baru berkumpul disuatu titik kumpul dan berkonvoi masuk ke Penang, Malaysia pada etape I dan Sabang, Indonesia pada etape II.
Dengan penolakan secara tidak etis tersebut komandan KS KRI Pasopati merasa panas, tetapi diredakan oleh Dan Guspurla demi persahabatan kedua negara, tapi diam-diam Komandan KS ingin memberi pelajaran kepada TLDM.
Pada etape I setelah selesai berpatroli maka semua kapal perang berkumpul di titik kumpul dan berkonvoi menuju Penang…dan menjelang pintu masuk pelabuhan Penang tiba-tiba KS KRI Pasopati sudah muncul dulu disana dan membuat panik rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM. Hal tersebut membuat kesal Panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq dan berkata KS tidak usah ikut campur urusan patroli dan agar keluar dari formasi dan area patroli.
Pada etape II KS KRI Pasopati melakukan free hunting (tidak mengikuti) pola patroli tetapi bebas menentukan sasaran sendiri dan setelah selesai seluruh kapal berpatroli masuk ke pelabuhan Sabang.Di sini awak KS KRI Pasopati ingin memberikan kejutan dan sekedar pamer kepada TLDM. Dengan ketelitian yang tinggi KS masuk alur pelabuhan dengan cara menyelam padahal kedalam alur pelabuhan hanya 20m, dari periskop terlihat awak Kapal TLDM jenis LST yang menjadi kapal komando tidak menyadari didekati oleh KS secara diam diam dan…setelah tinggal jarak beberapa meter dari lambung kapal mereka…Muncullah dengan tiba-tiba KRI Pasopati dan membunyikan gauk (sirine) tanda kedatangan mereka..maka gemparlah pelabuhan Sabang terutama awak kapal TLDM yang kapalnya sudah ditempel sama KS Pasopati.
Malamnya Dan Guspurla datang kepada Dan KRI Pasopati dan menyalaminya sambil tersenyum dan berkata “Jangan Sembrono lagi ya…”, dijawab “Siap Laksamana”….
Cuplikan kelima
Tahun 1975 diadakan latihan anti kapal selam antara TNI AL dengan RAN (Royal Australian Navy) sehubungan dengan muhibah fregat RAN ke Surabaya.
Area latihan dilakukan di selat Madura sebelah utara P. Bali dengan area latihan sebesar 10 mil persegi, sebagai sasaran adalah KRI Pasopati dan yang mengejar adalah fregat TNI AL dan RAN.
Dalam latihan, kedua fregat tidak dapat mendeteksi KS kita, jadi mereka membom laut (dengan bom latihan) secara membabi buta, padahal di bawah laut awak KS kita tertawa-tawa karena mereka tepat berada dibawah lunas fregat RAN. LO (Liaison Officer, perwira penghubung) dari TNI AL yang ditempatkan di fregat RAN Letkol Laut (P) Saeran melihat komandan fregat RAN marah dan complain bahwa KS kita sebenarnya tidak ada disitu tapi sudah pulang ke pangkalan karena alat deteksi kapal RAN yang sudah canggih pada jaman itu tidak bisa menemukan KS kita di area yang cukup sempit itu. Tapi kemudian dijawab dengan perintah KS agar timbul kepermukaan dan dengan sekejap KRI Pasopati sudah muncul dekat fregat RAN… Ketika balik kepangkalan dan berlayar dipermukaan masih terdengar “ping” dari sonar fregat RAN rupanya masih penasaran mereka…kenapa KRI Pasopati bisa menghindari Sonar mereka
Cuplikan keenam
Ini cerita waktu Operasi Seroja, integrasi Timtim antara 26 Februari 1976 s/d 26 Maret 1976.
Pada saat itu KS KRI Pasopati sedang menyelam di pantai utara dekat kota Baucau, tiba-tiba ada laporan dari Juru Sonar ada suara baling-baling mendekat ke KS kita, untuk itu komandan kapal memerintahkan KS naik ke kedalaman periskop dan mengintip cakrawala, ternyata cakrawala bersih tanpa ada satu kapal-pun disana.
“Juru sonar, berapa baringan dan kecepatan?” tanya komandan. “Baringan 040 kecepatan 10 knots Ndan” jawab juru sonar.Komandan mengecek lagi arah itu tidak terdapat kapal disitu.Komandan mengambil kesimpulan itu adalah KS asing yang mendekat.Untuk itu secara diam-diam peran tempur disiapkan di KS kita dan haluan kapal diubah menyongsong arah KS asing itu.
“Siapkan torpedo untuk ditembakkan” perintah komandan, tetapi tiba-tiba Juru sonar berkata “Baringan 000, suara menjauh, kecepatan 30 knots!”
Ternyata KS itu menjauh tidak mau berkonfrontasi dengan KS kita diperairan Timtim…dari hasil analisa kemungkinan KS itu adalah KS USN milik Armada VII karena kecepatannya cukup tinggi 30 knots dan diketahui hanya mereka yang KSnya bisa secepat itu pada masa itu…
Cuplikan ketujuh
Dulu ada armada VIIAS yang mau lewat selat sunda tapi tanpa permisi, pas kehadirannya sudah diketahui oleh gugus tempur selam di wilayah itu sekitar selat sunda…lalu diberi peringatan radio…tetap sombong acuh saja…lalu setelah ada perintah dari pejabat berwenang yang tertinggi dalam hal ini..dengan perintah…
“lakukanlah segala sesuatu yg menurut kalian adalah benar demi menjaga kehormatan NKRI, semuanya terserah kalian!”…lalu setelah beberapa saat kontak tidak ditanggapi… KSRI melakukan jibaku (dengan maksud untuk mendekati mau mengawal biar tidak macam-macam tetapi ternyata terjadi kepanikan di kapal induk armada VII AS)..pergerakan KS yg semakin medekat kapal induk dan mematikan sinyal radio…sangat menggentarkan mereka… karena pikirnya kapal induk akan ditubrukan secara frontal oleh KS RI tersebut…pada detik-detik kritis kapal induk armada VII& rombongan pengawalan berbalik arah putar haluan tidak jadi lewat selat sunda tapi ambil arah ke Australia…akhirnya semua kruKS RI berteriak hore kita menang…jalesveveva jaya mahe…jayalah negeriku Indonesia dilaut!!!
Cuplikan kedelapan
Pada tahun 1980 ketika saat itu kapal selam type U 209 milik TNI AL baru saja dibeli oleh pemerintah Indonesia di bawa dari Kiel Jerman Barat menuju sarangnya di Pangkalan Ujung Surabaya, pada saat itu pula negara-negara NATO juga sedang melakukan latihan perang anti kapal selam di laut Mediterania. Dan kawasan laut Mediterania ini pula merupakan kawasan jalur pelayaran laut kapal selam U 209 milik TNI AL tersebut.Dan ketika kapal selam U 209 tersebut melintasi laut Mediterania dalam posisi moda menyelam. Kemudian pada saat melakukan moda menyelam dan melintasi laut Mediterania yang tengah diadakan latihan perang anti kapal selam oleh NATO sementara awak kapal selam U 209 kita belum mengetahui kalau sedang ada latihan perang tersebut di atas permukaan para awak mendeteksi adanya banyak pancaran sonar dari kapal-kapal permukaan. Dan karena tidak paham dengan situasi di atas permukaan maka para awak kapal selam U 209 memutuskan untuk melakukan perubahan moda dari menyelam ke moda muncul di permukaan.Dan pada saat muncul di permukaan kapal selam U 209 TNI AL muncul di tengah-tengah konvoi kapal perang Angkatan Laut negara-negara NATO.
Dan dari kejadian tersebut diketahui bahwa kapal-kapal permukaan Angkatan Laut negara-negara NATO tidak ada satupun yang mendeteksi kehadiran kapal selam U 209/1300 milik TNI AL dan singkat kata kedua belah pihak baik TNI AL dan Angkatan Laut negara-negara NATO sama-sama terkejut.
Dan dari kejadian di atas tersebut telah membuktikan bahwa kapal selam U 209/1300 milik TNI AL benar-benar senyap dan tidak bisa dideteksi dengan sonar oleh kapal permukaan milik negara-negara Angkatan Laut NATO yang tergolong modern dan sangat maju.
Cuplikan kesembilan
OPERASI “CAKRA SEHAT” (2 April 86 s/d 15 Juni 86)
Ini adalah operasi membawa KS KRI Cakra 401 type U 209 ke Jerman untuk Perbaikan Besar
Rute-rutenya adalah:
Surabaya – Jakarta, Jakarta – Colombo (Srilangka), Colombo – Jibouti (di Afrika), Jibouti – Port Suez – Port Said (Mesir), Port Said – Cadiz (Spanyol), Cadiz – Hamburg – Kiel (Jerman)
Perjalanan ini membawa KS KRI Cakra yang sudah banyak kerusakan, tidak mempunyai periskop navigasi karena periskop navigasinya diberikan ke KRI Nanggala 402 yang periskop navigasinya rusak tersangkut jaring nelayan, jadi KRI Cakra 401 hanya mengandalkan periskop serang saja.Tapi KS KRI Cakra 401 membawa torpedo lengkap sesuai dengan isian penuhnya
Perjalanan Surabaya – Jakarta ditempuh dalam waktu 2 hari.
Perjalanan Jakarta – Colombo ditempuh dalam 16 hari melalui penyelaman maupun permukaan..
Perjalanan Colombo – Jibouti ditempuh dalam waktu 18 hari dan pada etape ini mulai ada gangguan tehnis yaitu baterai mulai banyak yang drop dengan cepat, jadi kapal sering melakukan snorkeling untuk mengisi baterai, pada saat itu masuk bulan Ramadhan dan sebagian besar ABK tetap menjalankan ibadah puasa walaupun diberi dispensasi untuk tidak melaksanakannya.
Perjalanan Jibouti – Port Suez – Port Said ditempuh dalam waktu 12 hari dalam etape ini KS melewati terusan Suez.
Port Said – Cadiz ditempuh dalam waktu 22 hari, di sekitar selatan Pulau Kreta Yunani, Juru Sonar mendengar ada suara baling-baling berjarak sekitar 30 menit dari KS. KS yang saat itu sedang snorkeling mengisi baterai langsung menghentikan snorkeling dan bersiap menyelam lebih dalam lagi. Jam 3 pagi terdengar “ping” (sonar aktif) tanda KS sedang dideteksi oleh kapal lain. Karena bukan suasana perang komandan kapal memerintahkan untuk timbul ke permukaan dan disambut oleh gelegar 2 pesawat F14, ternyata KS memasuki daerah latihan NATO. Segera bendera MERAH PUTIH dikibarkan dan ada 2 fregat satu dari Spayol dan satu dari Portugal mendekat “what ship…?” tanya mereka, dijawab dengan kode internasional “This is PKOB the Indonesian Man of War”, “Destination Cadiz Spain”. Setelah KS merapat di Cadiz ternyata 2 fregat itu tetap mengikuti dan ikut merapat dibelakang KRI Cakra 401.
Cadiz – Hamburg – Kiel dalam etape ini masuk waktu Idul Fitri, sholat Ied dilaksanakan di ruang CIC dalam kedalaman 75m dpl mungkin ini satu-satunya sholat Ied dibawah laut (dalam KS) khotbah Ied dibawakan oleh Serda Lasiman. Memasuki selat Inggris periskop satu satunya yang berfungsi mendadak tidak berfungsi karena tidak ada aliran listrik ternyata ada pin konektor yang putus kemudian diakali oleh awak kapal dengan mengganjal dengan jarum pentul dan berhasil,
Singkat kata KS akhirnya masuk ke Kiel dan naik dok HDW…komentar orang HDW “kok kapal masih “bagus” begini sudah dibawa kemari?” sambil geleng-geleng kepala dan mengacungkan jempol. Jawab ABK “Katanya setelah 5 tahun harus overhaul” .
Menurut pejabat di HDW tidak ada KS yang dibawa langsung ke Jerman biasanya akan dinaikkan ke atas kapal atau ditarik dengan kapal tunda…..TABAH SAMPAI AKHIR.
Cuplikan kesepuluh
Membuat kesal P3 Orion AL Prancis
Setelah setahun berada di Jerman untuk Overhaul maka U 209 KRI Cakra 401 kembali ke Indonesia (16 Juni 1987 sampai 13 Agustus 1987)…dalam pelayaran yang cukup lama itu KRI Cakra menghadapi berbagai kendala seperti kemudi horizontal tersangkut jaring nelayan di selatan Sicilia Italia, tapi semua bisa ditanggulangi oleh awak kapal kita.
Ada suatu hal yang lucu yaitu ketika KRI Cakra melewati terusan Suez dan masuk Laut Merah ternyata dari perairan Jibouti KS kita sudah diintai oleh P3 Orion milik AL Perancis yang ingin mengambil data-data tentang KRI Cakra.
KRI Cakra belayar dengan menyelam 75meter dibawah permukaan, dan P3 Orion melemparkan Sonobuoy untuk mendeteksi KRI Cakra, bukannya malah menghindar Komandan kapal memerintahkan kapal muncul kepermukaan dan awak kapal disuruh mengambil Sonobuoy tersebut dan dibawa masuk ke kapal setelah transpondernya dimatikan.
Kemudian kapal menyelam dengan membawa “souvenir” dari AL Perancis ke Indonesia.Awak P3 Orion pasti kebingungan kehilangan targetnya.
Sejarah alih teknologi midget pada zaman perang kemerdekaan
Usaha membuat kapal selam mini yang dilakukan oleh anggota-anggota ALRI dibawah pimpinan D. Ginagan di Purosani.Kapal selam itu berukuran panjang 7 meter, lebar 1 meter dan berat 5 ton.Setelah selesai diuji coba di Kalibayem, Yogyakarta. Kemungkinan anggota ALRI kita mendapatkan asistensi dari kru pengawak kapal selam Jerman, Kriegsmarine pernah memiliki kantor perwakilan di Indonesia
Sumber alih teknologi midget saat ini
Indonesia sudah dan dapat menjalin kerjasama alih teknologi midget dari negara-negara berikut :
- Pakistan, di zaman orde baru, TNI AL pernah mengirimkan perwira-perwiranya untuk melaksanakan studi banding dan alih teknologi kapal selam midget dari angkatan laut Pakistan, kala itu TNI AL dipimpin oleh , KSAL Laksamana Arief Kushariadi.
- Korea Utara, dalam rangka menjalin kerja sama dalam bidang pertahanan, negeri ini pernah menawarkan Mini Submarine atau Litoral Submarine (midget) kepada negara kita.
- Korea Selatan, kontrak pembuatan Kapal Selam tipe 209 Changbogo telah di lakukan dengan kesepakatan melakukan ToT kepada PT PAL.
- Iran, berbagai penawaran kerjasama pertahanan telah ditawarkan oleh negara yang sedang diembargo Barat ini kepada kita, dan terbukti, Iran secara aktif mengoptimalkan armada midget mereka menghadapi armada NATO.
Kita berharap PT PAL dan BUMNIS yang telibat bukan hanya mampu membuat Changbogo Class tapi juga bisa terlibat dalam “Join Production” dalam pembuatan DSX-3000 Class yang tengah dikembangkan oleh DSNE Korsel
Melalui kontrak pembelian kapal selam kilo – class maupun advance kilo/amur – class , kita berharap setidaknya ToT yang kita sepakati dengan Rusia dapat melengkapi kekurang teknologi kapal selam kita. Transfer teknologi pelapisan anti sonar (versi pengembangan lanjutan atas serat alberich) dan sistim peluncuran rudal dari wahana kapal selam mutlak harus dimiliki, selain ToT teknologi rudal itu sendiri, tentunya
Melalui kontrak pembelian kapal selam U-214 dari Jerman, kita berharap kewajiban akan ToT dapat dipenuhi berdasarkan amanat undang-undang. Alih teknologi lambung besi non magnetic tentu tidak gampang didapat, namun juga bukan berarti mustahil untuk dinegosiasikan
Sebuah opini pribadi
Menurut saya, ada empat hal penting yang patut dijadikan acuan ketika kita berdiskusi tentang midget…
Satu… Pembuktian sejarah ketika alat tersebut dipakai di medan pertempuran, battle proven
- Ya… Sejarah telah membuktikan (walaupun belum optimal) peran strategis yang telah dimainkan midget pada perang dunia kedua, di saat teknologi kapal selam belum semaju sekarang.
- Anggota Korps Hiu Kencana telah lama membuktikan kualitas diri mereka dalam setiap misi yang melekat pada korpsnya… Semangat juang dan profesionalisme merupakan tradisi yang melekat… dan mudah-mudahan diturunkan ke generasi berikutnya
- Teknologi yang kita dapatkan disaat kita belajar membuat kapal selam berukuran standar dapat diaplikasikan pada kapal selam midget… hanya perlu mengecilkan ukuran, downsizing. Terlebih jika rudal S – Club dapat di-downsize juga… memberikan efek berganda atas deterrent yang ditimbulkan midget
- Biaya produksi yang murah… Jauh lebih murah ketimbang membuat sebuah kapal selam berukuran standar… Membuat kita berpeluang membangun midget dalam jumlah yang signifikan… Jika selama ini kita selalu mengeluh akan keterbatasan kuantitas atas sebuah jenis senjata yang dimiliki TNI… maka dengan midget, kendala itu teratasi
Inilah pendapat saya… bagaimana dengan mu, wahai teman ?
Catatan :
PKOB (Papa Kilo Oscar Bravo) adalah callsign atau kode internasional untuk kapal ber bendera/register port Indonesia diberikan pada saat masih di galangan sebelum serah terima..untuk kapal laut dan pesawat terbang yg ber-register Indonesia berawalan PK…karena kita eks jajahan belanda, belanda sendiri kode awal callsign-nya P seperti PDGH
Man – of – war adalah sebuah frasa yang ditujukan kepada kapal perang, bertentangan dengan peraturan umum dalam bahasa Inggris yang menyatakan bahwa semua kapal bersifat feminim. Hal itu kemungkinan muncul karena hal berikut : Men of war merupakan prajurit-prajurit yang dipersenjatai secara lengkap. Sebuah kapal yang penuh dengan prajurit yang dipersenjatai dengan lengkap akan dipanggil dengan panggilan ‘kapal man of war’. Berjalan dengan waktu, kata kapal dianggap tidak perlu dan dihilangkan dan tinggallah frasa – ‘a man of war’
(A phrase applied to a line of battle ship, contrary to the usual rule in the English language by which all ships are feminine. It probably arose in the following manner: ‘Men of war’ were heavily armed soldiers. A ship full of them would be called a ‘man-of-war ship.’ In process of time the word ‘ship’ was discarded as unnecessary and there remained the phrase ‘a man-of-war.’” —Talbot in Henry Fredrick Reddall Fact, fancy, and fable, 1892, p. 340
ASDIC, lebih dikenal orang Amerika sebagai sonar, pada dasarnya merupakan sebuah transmitter/pengirim – receiver/penerima yang mengirimkan gelombang suara yang amat terarah ke dalam air. Jika gelombang suara itu membentur objek yang sedang menyelam, maka gelombang suara tadi akan dipantulkan dan diterima oleh receiver. Waktu yang ditempuh dari pengiriman hingga gema diterima dijadikan dasar sebagai pengukuran jarak, yang kemudian ditampilkan sebagai sebuah cahaya yang berkedip di skala jarak.Dengan meletakkan Kepala transmitter hingga ia dapat diarahkan seperti lampu sorot, posisi dari target dapat dibaca dari kompas receiver. (by Afiq0110).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar