Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (sbr : securityekspose.com)
Menarik berita yang dirilis oleh situs
berita Singapura mothership.sg yang dimuat pada 22 April 2014 yang
menayangkan artikel dengan judul “Indonesia’s General Moeldoko Has Got an Exquisite Taste for Watches.”
Selain itu harian terkenal di Singapura, Straits Times pada 25 Maret
2014 merilis foto Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang terlihat
mengenakan jam tangan mewah bermerek Richard Mille RM 011 Felipe Massa
Flyback Chronograph "Black Kite ".
Jam tangan yang dipakai Moeldoko itu
kata motherships.sg sangat terkenal di dunia, dimana jam tersebut dibuat
dalam edisi terbatas, dan hanya dibuat sebanyak 30 unit di Amerika
Utara dan Selatan. Harga jam tangan itu berkisar Rp 1,1 miliar.
Selain itu mothership.sg juga
memberitakan juga beberapa jam tangan lain koleksinya, seperti, IWC
Pilot’s Watch Chronograph Top Gun Miramar yang seharga USD$ 12,700.
Audemars Piguet Royal Oak Offshore Jarno Trulli Chronograph seharga
USD$38,300, dan juga Audemars Piguet Millenary seharga USD$ 43.000.
Berita dari situs berita Singapura
tersebut yang diperkuat oleh Straits Times kemudian menimbulkan
kehebohan dikalangan media, khususnya di jejaring sosial media. Bermacam
tanggapan, ada yang diantaranya mengaitkan, Singapura tidak suka dengan
Jenderal Moeldoko karena persoalan penamaan Usman-Harun bagi kapal
perang Indonesia yang sedang dalam proses pembuatan di Belanda.
Tetapi apakah sentimen media Singapura
hanya sebatas persoalan itu saja?Rasanya bukan juga. Mari kita bahas
soal yang nampaknya menggelikan tetapi sebenarnya bisa sangat merugikan
citra Panglima TNi yang gagah itu.
Bagi kalangan high society di
Indonesia, ada dua hal yang mendudukkan diri seseorang menjadi
terpandang saat bertemu. Status seorang pria akan dilirik pertama dari
jam tangannya, kemudian yang kedua sepatunya. Baju dan yang lainnya
adalah urusan ketiga. Demikian juga dengan mobil, rumah, dan lebih
tinggi lagi kepemilikan pesawat jet pribadi.
Jadi jam tangan itu sangat penting. Jam tangan limited edition
yang diproduksi pabriknya hanya berjumlah terbatas sangat disukai dan
si pemakai akan bangga memakainya. Demikian juga dengan sepatunya, kalau
sepatunya mengkilat dari merek mahal yang berharga puluhan juta, tanpa
dia bicara, kalangan sosialita akan faham ini orang berkelas.
Nah, jam tangan yang dipakai oleh
Panglima TNI itu dan khusus di foto oleh kuli tinta Singapura dan
kemudian di ekspose memang apabila asli harganya selangit. Terlebih
dengan anjlognya nilai rupiah dari dolar AS, makin mahal harga barang
kecil tapi penting itu. Kalangan anggota DPR juga termasuk yang menyukai
mengoleksi jam mahal serupa.
Persoalannya, mengapa fotografer harian
Straits Time Singapura Kevin Lim tertarik dan menyempatkan diri memotret
tangan sang Panglima, kemudian menayangkan ke media arus utama disana.
Apakah hanya karena sentimen soal Usman Harun belaka? Menurut penulis
masalah penamaan kapal perang nilainya hanya sesaat, karena hanya
mengganggu perasaan para pejabat di Singapura sesaat.
Masalah yang lebih besar nampaknya
terkait dengan pilpres yang akan dilaksanakan pada 9 Juli 2014.
Singapura jelas sangat berkepentingan dengan siapa pemimpin nasional
Indonesia masa mendatang, baik presiden maupun wakil presiden. Badan
intelijen Singapura SIS (Secret Intelligence Service) seperti badan
intelijen lainnya (Australia, Malaysia, bahkan AS) jelas melakukan
spotting, memonitor perkembangan politik serta para calon pasangan
capres-cawapres di Indonesia demi untuk kepentingan nasionalnya
masing-masing.
Suport informasi intelijen SIS misalnya
sangat diperlukan pemerintahnya. Jaringan agen maupun informannya sangat
luas, tersebar dan tertata demikian rapihnya, mereka merekrut mulai
dari sopir taksi, pedagang, wartawan, ilmuwan dan seterusnya. Secara
berjenjang informasi terus mengalir tahap-demi tahap hingga ke analis
dan terakhir pada end user. SIS ini sangat canggih, dan
diberitakan melakukan kerjasama dengan badan intelijen Amerika Serikat
untuk memata-matai Malaysia sebagai tetangga dekatnya. Jelas Indonesia
juga menjadi target yang realistis penting.
Nah terkait dengan pemberitaan Jenderal
Moeldoko, beberapa waktu terakhir diberitakan media bahwa capres PDIP
Jokowi kini sedang menggodok beberapa kandidat cawapresnya. Selain
sipil, ada juga calon dari militer. Nama yang santer diberitakan adalah
Jenderal TNI (Purn) Riyamizard Ryacudu, mantan Kepala Staf TNI AD dan
calon kedua adalah Jenderal TNI Moeldoko yang kini masih menjabat
sebagai Panglima TNI. Nampaknya disinilah inti persoalan berita jam
tangan tersebut.
Berita media Singapura itu bukan hanya
berita iseng kurang kerjaan belaka, tetapi ini sebuah serangan yang
sangat serius apabila dikaitkan dengan pilpres. Menurut penulis inilah
serangan strategis cerdik, karena apabila Moeldoko masuk radar PDIP
sebagai cawapres Jokowi, kepemilikan jam mewah yang harganya aduhai itu
merupakan serangan mematikan baginya. Publik menyukai Jokowi karena
diberitakan media sebagai sosok yang jujur dan sederhana.
Nah dengan pemberitaan gaya kepemilikan
Jam merek Richard Mille seharga Rp1,1 miliar, maka Moeldoko mereka
perkirakan akan habis. Sederhana memang serangan itu tetapi menusuk ke
sesuatu yang sangat prinsip. Jelas Ibu Mega beserta elit PDIP akan
berfikir ulang apabila akan menduetkan Moeldoko dengan Jokowi. Jokowi
dikenal sebagai perwakilan rakyat yang sederhana, apabila disandingkan
dengan Moeldoko yang berkelas high society dengan jam tangannya itu
akan menjadi tidak matching dan bahkan akan merugikan elektabilitas
Jokowi. Itulah sasaran tembak psikologisnya sebagai latar belakangnya.
Singapura jelas sudah merasa ngeri-ngeri
sedap dengan beberapa sikap Moeldoko dalam kemelut pemberitaan
Usman-Harun dan tidak pernah meminta maaf kepada Singapura seperti yang
diberitakan. Ada yang mereka takutkan, karena Moeldoko mereka nilai
keras, berani dan tetap memegang prinsip sebagai prajurit TNI, Saat
acara Air Show di Singapura tanggal 11-16 Februari 2014, Moeldoko
membatalkan kunjungannya bersama-sama para Kepala Staf Angkatan, karena
Singapura membatalan undangan para perwira TNI lainnya. Sikap yang
diacungi jempol bagi bangsa Indonesia, tetapi jelas sangat tidak
disukai oleh Singapura.
Apa tanggapan Mabes TNI soal berita
tersebut? Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya mengatakan bahwa Panglima
TNI sudah mengetahui pemberitaan tersebut dan dari hasil konfirmasinya,
dijelaskan, "Wah, saya dan panglima sudah lihat beritanya. Itu memang
benar jam tangannya bermerek, tapi jam China semua," kata Fuad. Apakah
jawaban seperti ini dapat menyelesaikan masalah sehinga ada cap Panglima
mengoleksi jam tangan palsu, Kw-1, 2 atau 3. Yang penulis tahu di Blok
M, harga jam tangan Rolex kronograph asli berlapis emas seharga Rp 300
juta, kw-1 nya hanya dijual Rp1,5 juta. Ini yang perlu dipikirkan dalam
melakukan counter berita.
Pertanyaannya, mengapa Ryamizard tidak
diserang? Karena Jenderal yang satu ini sudah cukup lama tidak terlibat
dalam urusan baik politik maupun hubungan internasional, atau mungkin
ketegasan Ryamizard mereka nilai masih dalam koridor toleransi dalam
ukuran mereka.
Jadi itulah kondisi menjelang pilpres
2014. Pesan moralnya, pilpres Indonesia nanti bukan hanya menjadi
kepentingan bangsa besar ini, tetapi negara-negara lain akan turut
campur didalamnya, karena pengaruh globalisasi yang kian menggigit.
Sebagai penutup, para elit parpol masa kini sebaiknya waspada dengan
politik adu domba.
Kita lihat beberapa parpol setelah
berjuang lama dengan sukses, kini terancam pecah, seperti PPP dan Golkar
hanya karena soal kepentingan. Prabowo kembali mengalami kesulitan
mendapat boarding pass dengan mundurnya PPP akibat ada kemelut internal.
Ada apa ini, kan itu pertanyaannya. Semoga perpecahan hanya disebabkan
soal kepentingan di internal saja dan tidak ada intelijen negara lain
yang ikut campur. Begitulah membaca situasi dan kondisi menjelang
pilpres apabila diukur dengan sense of intelligence.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
www.ramalanintelijen.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar