Minggu, 20 April 2014

MH370 the Art of Impossible

Ayman-al-Zawahiri
Pimpinan Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri (telegraph.co.uk)

Menyelidiki dan menganalisis kasus MH370, nampaknya sulit apabila kita hanya bertumpu kepada sisi standard pengetahuan penerbangan dengan hanya mencari black box. Kasus ini adalah peristiwa yang langka dan sangat sulit,  dimana pesawat dicuri dan kemudian dengan sengaja dihilangkan. Dapat disimpulkan bahwa penyebabnya adalah sesuatu yang ekstrim.
Penulis baru bertemu dengan seorang teman yang baru kembali dari  Kuala Lumpur, dan dia  menyampaikan bisik-bisik informasi  tentang latar belakang pembajakan dari sisi politik yang beredar. Penulis mencoba kembali meneliti dan menganalisis dari dua sisi, teror dengan back ground  ideologis dan politis.
 Menyelidiki sesuatu dengan penyebab ektrim, terlebih sebuah kasus yang berhubungan dengan kejadian besar, menyangkut nyawa manusia, bersentuhan dengan teknologi serta adanya unsur-unsur yang berbau dengan tindak kriminalitas tingkat tinggi dalam sebuah negara, sebaiknya lebih ideal apabila dipergunakan ilmu intelijen. Kasus pembajakan MH370 bisa dikaitkan dengan lingkup politik dan terorisme, oleh karena itu pemerintah AS menurunkan tim FBI, CIA dan Inggris menerjunkan MI6.
Dalam dunia intelijen dikenal intelijen taktis dan Intelijen strategis. Untuk memenangkan sebuah pertempuran, maka yang dipergunakan adalah intelijen taktis. Demikian juga untuk menyelidiki sebuah kasus kriminal, intelijen taktis akan bermula dari TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan baru melebar mengumpulkan bukti-bukti yang lebih lengkap. Sementara intelijen strategis adalah ilmu yang dipergunakan untuk memenangkan peperangan, terdiri dari sembilan komponen intelstrat (komponen ideologi, politik, ekonomi, sosial,  budaya, hankam, biografi, demografi dan sejarah) kemudian mengerucut kearah TKP.
 Dari sisi Intelstrat, menilai sebuah kasus saat bermain dalam dunia politik,  nafas gerakannya dikenal sebagai "the art of possible", dimana kepentingan menjadi muara dari segala gerakan. Selama kepentingannya sama, semua bisa diatur. Tetapi apabila kepentingan berbeda semua bisa saling bermusuhan.
 Dilain sisi, dalam dunia terorisme, nafasnya adalah "the art of impossible". Sebelum kasus 911, tak seorangpun pernah berpikir akan ada segelintir orang yang  nekad menerbangkan dan menubrukan pesawat ke WTC hingga runtuh. Semua pihak awalnya  akan berpikir "impossible", tapi nyatanya "possible".

 Mengukur keterkaitan kasus MH370
 Menyelidiki apa yang ada dibelakang hilangnya pesawat, terdapat dua cara, yaitu pesawat dicari hingga ketemu untuk menemukan black box yang berisi rekaman dari data komunikasi serta segala sesuatu yang terkait dengan teknis penerbangan. Jalan lain dengan menggunakan intelijen strategis, mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan info intelijen the past dan the present untuk kepentingan the future.
Dari sembilan komponen intelstrat tadi, penulis mencoba mengaitkan kepada komponen ideologi, politik, ekonomi, hankam, biografi dan sejarah.
 Dari sisi ideologis dan hankam, bukan rahasia umum bahwa di Malaysia masih terdapat faham radikal yang dipengaruhi dan terkait dengan jaringan teroris internasional Al-Qaeda. Dua tokoh teror asal Malaysia yang beroperasi di Indonesia selama lebih kurang 8 tahun, DR Azharie dan Noordin M Top adalah pimpinan Al Qaeda Asia Tenggara,  jaringan Al Qaeda yang anti Amerika Serikat. Mereka merekrut pembom bunuh diri asal Indonesia dan membom beberapa obyek simbol AS dan sekutu (Australia) antara 2002-2009. Dengan manipulasi serta kemampuan motivator Noordin, beberapa pelaku suicide bombing berhasil mereka rekrut.
 Fakta lain yang menjadi acuan adalah fatwa pimpinan tertinggi Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri pada peringatan ke 12 serangan 911, dirilis tanggal 13 September 2013,  yang memerintahkan umat muslim menyerang Amerika Serikat seperti serangan yang dilakukan pada 11 September 2001. Serangan bisa dilakukan perorangan (lone wolf) maupun oleh kelompok. Sasaran utamanya adaah perekonomian AS.
Empat hari setelah MH370 dinyatakan hilang pada tanggal 8 Maret 2014, Direktur CIA John Brennan meyatakan ada sejumlah anomali yang sangat ingin diketahui tentang semua ini. Mantan penasihat kontra-terorisme untuk Presiden Barack Obama itu menyatakan bahwa ia tidak akan mengesampingkan kemungkinan adanya tindakan bunuh diri dan juga tidak mengesampingkan kemungkinan terkait dengan teroris. Brennan menyampaikan komentarnya pada sebuah acara pada hari Rabu (12/3/2014)  di Washington yang diselenggarakan Council on Foreign Relations, sebuah lembaga think tank.  Ditegaskannya, “Pihak berwenang terus menyelidiki kemungkinan bahwa pilot dari pesawat Malaysia Airlines MH370 melakukan tindak bunuh diri,” katanya.
 Oleh karena itu, dalam menyelidiki kasus MH370 dari sudut pandang terorisme, semua kemungkinan harus dibuka dengan berbasis "the art of impossible".
 Apakah target dari pencurian/pembajakan pesawat? MAS MH370 dioperasikan oleh perusahaan Malaysia Airlines System, mengunakan Boeing777 buatan Amerika. Oleh karena itu target bisa menyerang AS dengan simbol Boeing atau Malaysia Airlines sebagai kendaraan dan Pemerintah Malaysia sebagai tujuan akhir? Bila ini benar, ini merupakan sebuah “grand design” yang sangat sempurna.
 Dari sisi penyerangan ditujukan kepada pihak AS, maka ini merupakan pesan sebagai bagian dari fatwa pimpinan Al-Qaeda. Pelaku adalah pilot pesawat yang telah direkrut sehingga siap melakukan aksi bunuh diri, tenggelam bersama pesawat serta penumpangnya. Dalam teori terorisme, pembajakan adalah sebuah aksi yang spektakuler, karena akan diberitakan terus menerus oleh media. Itulah yang mereka harapkan, menimbulkan rasa takut yang diperbesar oleh media. Arahan pimpinan Al Qaeda agar para penyerang terus meningkatkan ketegangan negara Amerika Serikat, berfikir ulang untuk tidak takut kepada aksi teror.

 Serangan dari Sisi Politik
Kita ketahui, Malaysian Airlines bila tidak salah, merupakan maskapai yang hanya mempekerjakan pilot lokal dan tidak memakai tenaga asing. Jadi bila, suatu saat (entah sebentar lagi atau masih lama) black box ditemukan dan hasilnya membuktikan bahwa  pilot terlibat, akan hancurlah Malaysian Airlines sebagai sebuah korporasi, karena publik (calon penumpang) akan berpikir bahwa tidak ada yang menjamin bahwa pilot  MH 370 adalah kasus terakhir. MAS adalah national flag carrier, jatuhnya MAS akan berakibat jatuhnya citra pemerintah Malaysia.
 Jadi, bila menggunakan pola pikir terorisme, pola gerakan MH 370 yang sebelum ini tidak terpikir atau "impossible" seperti tidak adanya tuntutan, pesawat sipil dengan manuver tempur dan lain-lain, terbukti sudah "possible". Andaikata ini benar, maka siapapun dalang dan "handler" yang terlibat, sangat pantas diacungi jempol, karena bisa membuat "chaotic condition" dalam beberapa tahapan, dengan daya ledak akhir yang amat dahsyat:

Tahap Pertama, yaitu proses, sebelum black box diketemukan:
1. Perlu puluhan hari untuk mendeteksi pesawat,
2. Melibatkan puluhan negara besar dan kecil,
3. Menggunakan teknologi mutakhir.
4. Menghabiskan jutaan dollar.
5. Menciptakan kekisruhan diantara keluarga penumpang.

Tahap kedua, yaitu hasil akhir dengan efek ledakan yang dahsyat, setelah black box diketemukan:
1. Malaysian Airlines bisa bangkrut.
2. Kedatangan turis ke Malaysia akan sangat menurun..
3. Citra Pemerintah Malaysia akan hancur.

Andaikata benar, lalu siapakah "master mind" dibelakang ini? Dari sisi anti teror, hal ini bisa dijadikan pintu masuk ke investigasi yang lebih dalam, dengan mengerucutkan ke pihak-pihak yang tidak senang dengan Pemerintah Malaysia, bisa oposisi, bisa tangan asing dan bisa juga jaringan teror global. Kejahatan tidak selalu sempurna, pasti ada jejak yang ditinggalkan.
 Dari pembahasan  tersebut, penulis lebih mengarah bahwa serangan ini terkait dengan jaringan Al-Qaeda kepada Amerika Serikat dan sekutunya,  karena faktor pendukungnya berupa fakta lebih kuat dibandingkan kemungkinan latar belakang politik. Dari komponen sejarah, belum pernah  terjadi kasus serangan berupa pembajakan dan bunuh diri oleh warga Malaysia dengan target operasi (TO) pemerintah Malaysia. Dari komponen biografi nampaknya memang Capt Pilot sangat mungkin menjadi pelaku pembajakan. Dari komponen ideologis, kemungkinan aksi bunuh diri dalam rangka urusan politik, menurut penulis, pelaku akan berfikir ulang,  mengingat penumpang pesawat mayoritas adalah warga negara asing bukan warga Malaysia.
 Selain itu, kemauan bunuh diri pada para anggota teroris pada umumnya dilakukan karena sebuah alasan ideologis, dengan keyakinan mati syahid dalam berjihad. Seperti yang terjadi pada beberapa kasus bom bunuh diri di Indonesia. Apakah dalam kasus ini pilot juga bersedia mati dengan alasan berjihad hanya karena sakit hati demi membela kepentingan politik seseorang tokoh? Menurut penulis masih meragukan, walau dalam terminologi intelijen dikenal istilah ‘bukan tidak mungkin.’
 Pada  intinya, manusia akan takut dengan sesuatu yang tidak difahami, ada apa dibelakang hilangnya Boeing 777 itu? MH370 oleh penyerang (lone wolf)  dibuat menjadi sebuah misteri, agar semuanya terus was-was, tegang dan khawatir. Menurut Zawahiri state tension itu adalah AS.  Itulah terorisme yang semakin canggih.

Oleh : Marsda (Pur) PrayitnoRamelan, www.ramalanintelijen.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar