Pimpinan Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri (telegraph.co.uk)
Menyelidiki dan menganalisis kasus
MH370, nampaknya sulit apabila kita hanya bertumpu kepada sisi standard
pengetahuan penerbangan dengan hanya mencari black box. Kasus ini adalah
peristiwa yang langka dan sangat sulit, dimana pesawat dicuri dan
kemudian dengan sengaja dihilangkan. Dapat disimpulkan bahwa penyebabnya
adalah sesuatu yang ekstrim.
Penulis baru bertemu dengan seorang
teman yang baru kembali dari Kuala Lumpur, dan dia menyampaikan
bisik-bisik informasi tentang latar belakang pembajakan dari sisi
politik yang beredar. Penulis mencoba kembali meneliti dan menganalisis
dari dua sisi, teror dengan back ground ideologis dan politis.
Menyelidiki sesuatu dengan penyebab
ektrim, terlebih sebuah kasus yang berhubungan dengan kejadian besar,
menyangkut nyawa manusia, bersentuhan dengan teknologi serta adanya
unsur-unsur yang berbau dengan tindak kriminalitas tingkat tinggi dalam
sebuah negara, sebaiknya lebih ideal apabila dipergunakan ilmu
intelijen. Kasus pembajakan MH370 bisa dikaitkan dengan lingkup politik
dan terorisme, oleh karena itu pemerintah AS menurunkan tim FBI, CIA dan
Inggris menerjunkan MI6.
Dalam dunia intelijen dikenal intelijen
taktis dan Intelijen strategis. Untuk memenangkan sebuah pertempuran,
maka yang dipergunakan adalah intelijen taktis. Demikian juga untuk
menyelidiki sebuah kasus kriminal, intelijen taktis akan bermula dari
TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan baru melebar mengumpulkan bukti-bukti
yang lebih lengkap. Sementara intelijen strategis adalah ilmu yang
dipergunakan untuk memenangkan peperangan, terdiri dari sembilan
komponen intelstrat (komponen ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, hankam, biografi, demografi dan sejarah) kemudian mengerucut
kearah TKP.
Dari sisi Intelstrat, menilai sebuah
kasus saat bermain dalam dunia politik, nafas gerakannya dikenal
sebagai "the art of possible", dimana kepentingan menjadi muara dari
segala gerakan. Selama kepentingannya sama, semua bisa diatur. Tetapi
apabila kepentingan berbeda semua bisa saling bermusuhan.
Dilain sisi, dalam dunia terorisme,
nafasnya adalah "the art of impossible". Sebelum kasus 911, tak
seorangpun pernah berpikir akan ada segelintir orang yang nekad
menerbangkan dan menubrukan pesawat ke WTC hingga runtuh. Semua pihak
awalnya akan berpikir "impossible", tapi nyatanya "possible".
Mengukur keterkaitan kasus MH370
Menyelidiki apa yang ada dibelakang
hilangnya pesawat, terdapat dua cara, yaitu pesawat dicari hingga ketemu
untuk menemukan black box yang berisi rekaman dari data komunikasi
serta segala sesuatu yang terkait dengan teknis penerbangan. Jalan lain
dengan menggunakan intelijen strategis, mengumpulkan fakta-fakta yang
terkait dengan info intelijen the past dan the present untuk kepentingan
the future.
Dari sembilan komponen intelstrat tadi,
penulis mencoba mengaitkan kepada komponen ideologi, politik, ekonomi,
hankam, biografi dan sejarah.
Dari sisi ideologis dan hankam, bukan
rahasia umum bahwa di Malaysia masih terdapat faham radikal yang
dipengaruhi dan terkait dengan jaringan teroris internasional Al-Qaeda.
Dua tokoh teror asal Malaysia yang beroperasi di Indonesia selama lebih
kurang 8 tahun, DR Azharie dan Noordin M Top adalah pimpinan Al Qaeda
Asia Tenggara, jaringan Al Qaeda yang anti Amerika Serikat. Mereka
merekrut pembom bunuh diri asal Indonesia dan membom beberapa obyek
simbol AS dan sekutu (Australia) antara 2002-2009. Dengan manipulasi
serta kemampuan motivator Noordin, beberapa pelaku suicide bombing
berhasil mereka rekrut.
Fakta lain yang menjadi acuan adalah
fatwa pimpinan tertinggi Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri pada peringatan ke
12 serangan 911, dirilis tanggal 13 September 2013, yang memerintahkan
umat muslim menyerang Amerika Serikat seperti serangan yang dilakukan
pada 11 September 2001. Serangan bisa dilakukan perorangan (lone wolf)
maupun oleh kelompok. Sasaran utamanya adaah perekonomian AS.
Empat hari setelah MH370 dinyatakan
hilang pada tanggal 8 Maret 2014, Direktur CIA John Brennan meyatakan
ada sejumlah anomali yang sangat ingin diketahui tentang semua ini.
Mantan penasihat kontra-terorisme untuk Presiden Barack Obama itu
menyatakan bahwa ia tidak akan mengesampingkan kemungkinan adanya
tindakan bunuh diri dan juga tidak mengesampingkan kemungkinan terkait
dengan teroris. Brennan menyampaikan komentarnya pada sebuah acara pada
hari Rabu (12/3/2014) di Washington yang diselenggarakan Council on
Foreign Relations, sebuah lembaga think tank. Ditegaskannya, “Pihak
berwenang terus menyelidiki kemungkinan bahwa pilot dari pesawat
Malaysia Airlines MH370 melakukan tindak bunuh diri,” katanya.
Oleh karena itu, dalam menyelidiki
kasus MH370 dari sudut pandang terorisme, semua kemungkinan harus dibuka
dengan berbasis "the art of impossible".
Apakah target dari pencurian/pembajakan
pesawat? MAS MH370 dioperasikan oleh perusahaan Malaysia Airlines
System, mengunakan Boeing777 buatan Amerika. Oleh karena itu target bisa
menyerang AS dengan simbol Boeing atau Malaysia Airlines sebagai
kendaraan dan Pemerintah Malaysia sebagai tujuan akhir? Bila ini benar,
ini merupakan sebuah “grand design” yang sangat sempurna.
Dari sisi penyerangan ditujukan kepada
pihak AS, maka ini merupakan pesan sebagai bagian dari fatwa pimpinan
Al-Qaeda. Pelaku adalah pilot pesawat yang telah direkrut sehingga siap
melakukan aksi bunuh diri, tenggelam bersama pesawat serta penumpangnya.
Dalam teori terorisme, pembajakan adalah sebuah aksi yang spektakuler,
karena akan diberitakan terus menerus oleh media. Itulah yang mereka
harapkan, menimbulkan rasa takut yang diperbesar oleh media. Arahan
pimpinan Al Qaeda agar para penyerang terus meningkatkan ketegangan
negara Amerika Serikat, berfikir ulang untuk tidak takut kepada aksi
teror.
Serangan dari Sisi Politik
Kita ketahui, Malaysian Airlines bila
tidak salah, merupakan maskapai yang hanya mempekerjakan pilot lokal dan
tidak memakai tenaga asing. Jadi bila, suatu saat (entah sebentar lagi
atau masih lama) black box ditemukan dan hasilnya membuktikan bahwa
pilot terlibat, akan hancurlah Malaysian Airlines sebagai sebuah
korporasi, karena publik (calon penumpang) akan berpikir bahwa tidak ada
yang menjamin bahwa pilot MH 370 adalah kasus terakhir. MAS adalah
national flag carrier, jatuhnya MAS akan berakibat jatuhnya citra
pemerintah Malaysia.
Jadi, bila menggunakan pola pikir
terorisme, pola gerakan MH 370 yang sebelum ini tidak terpikir atau
"impossible" seperti tidak adanya tuntutan, pesawat sipil dengan manuver
tempur dan lain-lain, terbukti sudah "possible". Andaikata ini benar,
maka siapapun dalang dan "handler" yang terlibat, sangat pantas diacungi
jempol, karena bisa membuat "chaotic condition" dalam beberapa tahapan,
dengan daya ledak akhir yang amat dahsyat:
Tahap Pertama, yaitu proses, sebelum black box diketemukan:
1. Perlu puluhan hari untuk mendeteksi pesawat,
2. Melibatkan puluhan negara besar dan kecil,
3. Menggunakan teknologi mutakhir.
4. Menghabiskan jutaan dollar.
5. Menciptakan kekisruhan diantara keluarga penumpang.
Tahap kedua, yaitu hasil akhir dengan efek ledakan yang dahsyat, setelah black box diketemukan:
1. Malaysian Airlines bisa bangkrut.
2. Kedatangan turis ke Malaysia akan sangat menurun..
3. Citra Pemerintah Malaysia akan hancur.
Andaikata benar, lalu siapakah "master
mind" dibelakang ini? Dari sisi anti teror, hal ini bisa dijadikan pintu
masuk ke investigasi yang lebih dalam, dengan mengerucutkan ke
pihak-pihak yang tidak senang dengan Pemerintah Malaysia, bisa oposisi,
bisa tangan asing dan bisa juga jaringan teror global. Kejahatan tidak
selalu sempurna, pasti ada jejak yang ditinggalkan.
Dari pembahasan tersebut, penulis
lebih mengarah bahwa serangan ini terkait dengan jaringan Al-Qaeda
kepada Amerika Serikat dan sekutunya, karena faktor pendukungnya berupa
fakta lebih kuat dibandingkan kemungkinan latar belakang politik. Dari
komponen sejarah, belum pernah terjadi kasus serangan berupa pembajakan
dan bunuh diri oleh warga Malaysia dengan target operasi (TO)
pemerintah Malaysia. Dari komponen biografi nampaknya memang Capt Pilot
sangat mungkin menjadi pelaku pembajakan. Dari komponen ideologis,
kemungkinan aksi bunuh diri dalam rangka urusan politik, menurut
penulis, pelaku akan berfikir ulang, mengingat penumpang pesawat
mayoritas adalah warga negara asing bukan warga Malaysia.
Selain itu, kemauan bunuh diri pada
para anggota teroris pada umumnya dilakukan karena sebuah alasan
ideologis, dengan keyakinan mati syahid dalam berjihad. Seperti yang
terjadi pada beberapa kasus bom bunuh diri di Indonesia. Apakah dalam
kasus ini pilot juga bersedia mati dengan alasan berjihad hanya karena
sakit hati demi membela kepentingan politik seseorang tokoh? Menurut
penulis masih meragukan, walau dalam terminologi intelijen dikenal
istilah ‘bukan tidak mungkin.’
Pada intinya, manusia akan takut
dengan sesuatu yang tidak difahami, ada apa dibelakang hilangnya Boeing
777 itu? MH370 oleh penyerang (lone wolf) dibuat menjadi sebuah
misteri, agar semuanya terus was-was, tegang dan khawatir. Menurut
Zawahiri state tension itu adalah AS. Itulah terorisme yang semakin
canggih.
Oleh : Marsda (Pur) PrayitnoRamelan, www.ramalanintelijen.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar