Jika
tidak ada aral melintang, jet tempur Eurofighter Typhoon TNI AU akan
tiba tahun depan, untuk memperkuat pertahanan udara Indonesia. Jet
tempur Eurofighter Typhoon dengan nilai kontrak 1,5 Miliar USD ini akan
datang bertahap, untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger TNI AU.
Sekali
merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Pepatah itu digunakan
pemerintah Indonesia dalam strategi pengadaan dan penguatan alutsista.
Menurut
sumber JakartaGreater.com, dengan pembelian jet tempur Eurofighter
Typhoon ini, PT DI akan mendapatkan pengembangan: airframe, avionics
(include multi mode mission radar yang akan dikembangkan PT LEN.
Kemampuan PT LEN akan terus meningkat. Saat ini PT LEN sudah
mengembangkan medium range radar 2D dan juga ada co-produksi radar 3D.
PT DI akan semakin percaya diri dalam menyerap teknologi untuk mengembangkan Jet Tempur KFX/IFX yang saat ini bekerjasama dengan Korea Selatan.
Pembelian
dan transfer of technology dari Eurofighter Typhoon, bisa dikatakan
sebuah kemajuan diplomasi TNI. Selama ini kita kenal, beberapa negara
NATO enggan berbagi Transfer of Technology (ToT) mesin jet tempur
mereka, kepada negara Non-NATO. Dengan langkah ini, mesin jet tempur
KFX/IFX Indonesia nanti, tidak harus sama dengan mesin jet tempur
KFX/IFX Korea Selatan yang cenderung menggunakan mesin F-414-400 Amerika
Serikat.
Dengan pembelian Eurofighter Typhoon oleh TNI AU, besar kemungkinan IFX Indonesia menggunakan mesin yang diusung typhoon.
Dalam
presentasinya di Korea Selatan, PT DI menyatakan, KFX /IFX yang
dibangun harus memiliki daya dorong yang besar. Hal ini untuk mengejar
kemampuan IFX yang mengusung teknologi 4,5 G yang terus dikembangkan
menjadi pesawat stealth 5 G.
Typhoon memiliki kelebihan daya dorong dibanding Dassault Rafale. Mesin EJ200 Typhoon
mampu mempertahankan dayanya dalam kecepatan tinggi, sehingga
memberikan Typhoon akselerasi superior pasca 1.5 Mach. Dibandingkan
Rafale, Meskipun mesin M88 Rafale dapat berfungsi baik dalam aliran
udara terbatas pada high altitude, pesawat akan kehilangan tenaga yang
membatasi Rafale pada kecepatan 1,8-1,9 Mach saja, sedangkan Typhoon
tetap bertenaga melewati kecepatan 2 Mach.
Keunggulan mesin EJ200 Typhoon menjadi modal besar bagi Indonesia untuk mengembangkan pesawat tempur IFX yang canggih.
Jet
tempur Typhoon yang mulai datang tahun 2015, akan mendampingi SU-27/30,
sebagai alat pemukul TNI AU. Pembelian typhoon merupakan upaya
diversifikasi pembelian senjata yang dibarengi rencana jangka panjang.
Eurofighter
Typhoon produksi tahun 2014 mulai dilengkapi radar AESA (active
electronically scanned array) yang merupakan lompatan teknologi dalam
sensor baru pesawat tempur, karena sumber tenaga (transmitter) berasal
dari banyak modul TR yang terdapat pada antenna. Efeknya pesawat tempur
ini memiliki kemampuan pendeteksian yang tinggi, penargetan, pelacakan
serta kemampuan perlindungan diri sendiri. Dengan demikian pesawat ini
memiliki kemampuan full spectrum of air operations. Welcome eurofighter
typhoon Indonesia.
(JKGR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar