Baku tembak antara kelompok separatis dan aparat keamanan yang belakangan kerap terjadi di Papua kini dapat diantisipasi. Tak akan terjadi bila gerak-gerik kelompok separatis itu sudah diketahui. Hal itu bisa dicegah dengan teknologi alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI AD yang baru.
Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman mengatakan, sudah ada permintaan alutsista hasil pengembangan bersama Universitas Surya itu, dari Panglima Kodam XVII/Cenderawasih (Pangdam) Mayjen TNI Christian Zebua.
"Kodam XVII sudah meminta alat-alat baru ini beberapa buah, Kodam perbatasan minta VHF dan open base transceiver station (BTS)," terang Budiman, di Mabes AD, Jakarta, Senin (7/4/2014).
Tak hanya 2 alat itu, Budiman juga mengatakan ada permintaan alat lain seperti flapping bird (alat berbentuk burung yang berfungsi mengintai dan memantau situasi daerah) dan unmanned aerial vehicles autopilot atau pesawat tanpa awak.
"Alat yang digunakan topografi itu untuk survailance (pengawasan) di daerah tertentu dengan teknologi, maka akan lebih tahu pergerakan musuh," jelas Budiman.
Rektor Universitas Surya Profesor Yohanes Surya juga menjamin kualitas alutsista yang dikembangkannya bersama TNI AD. Menurutnya, alat ini tak kalah dengan kualitas alutsista militer asing. "Ambil contoh pembuatan nano satelit. Hanya ada beberapa negara yang mampu membuat. (Alutsista kita) pasti bisa bersaing," ujar Yohanes.
Sempat terjadi baku tembak antara aparat keamanan dengan sekitar 40 anggota kelompok sipil bersenjata di Papua. Korban dilaporkan berjumlah 3 orang yang diduga sebagai anggota kelompok sipil bersenjata.
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua mengatakan, 1 korban di antaranya tewas dan 2 lainnya belum diketahui kondisinya.
Anggota Intelijen Kodim 1701/Jayapura Serma Tugino menjadi korban baku tembak ini. Kini ia masih dirawat di Rumah Sakit TNI Marthen Indey, Aryoko, Kota Jayapura, Papua. Kapolresta Jayapura AKBP Alfred Papare juga menjadi korban, namun tidak mengalami luka serius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar