Minggu, 02 Maret 2014

The Legend F-16 A/B Block 15 OCU TNI AU “The Dragons”

F-16 TNI AU
Dibalik Keputusan Pembelian
Terbentuknya skuadron udara 3 yang berkedudukan di Iswahyudi, Madiun, diawali dengan kebutuhan Indonesia akan pesawat tempur yang berdaya gempur tinggi dan berteknologi tinggi pada saat itu yaitu di era tahun 80-an. Indonesia butuh pesawat  demikian dengan tujuan  untuk menyejajarkan diri dengan negara-negara lain dalam penguasaan dan pemilikan jet tempur berteknologi tinggi. Oleh karena itulah, Menhankam/ Pangab M. Yusuf mewakili Presiden Soeharto ingin menyatakan permintaan langsung kepada Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan untuk diperbolehkan membeli pesawat tempur F-16 Fighting Falcon . Menhan AS pada saat itu menjawab, “NO”, dengan alasan yang politis sebab F-16 hanya dijual ke negara-negara NATO dan Israel saja.
 
M. Yusuf pada saat itu ngambek mendengar kalimat penolakan tersebut. Adu urat antara Menhan AS dengan M. Yusuf terjadi, dimana M. Yusuf tetep keukeuh pada pendirian semula agar bisa ketemu langsung Ronald Reagan. Karena tidak terjadi kesepakatan, akhirnya M. Yusuf pulang dengan rasa tidak senang kepada pihak AS. Ketika melihat tamunya langsung pulang dari pertemuan tsb, pihak AS  merasa bingung dan akhirnya mengejar rombongan tersebut sampai Tokyo dan membujuk-bujuk M. Yusuf agar mau kembali meneruskan pembicaraan. Akhirnya setelah diadakan pertemuan kembali, permintaan Indonesia akan pesawat F-16 diluluskan. Mungkin klo M. Yusuf tidak ngambek maka Indonesia tidak mendapat pesawat ini…. :D

Proyek Bimasena
 
Untuk merespon persetujuan AS tentang pembelian F-16 RI, maka diadakan persiapan-persiapan yang dianggap perlu untuk melancarkan kegiatan ini yang kemudian dinamakan “Proyek Bimasena”. Proyek ini dipimpin oleh Marsekal Muda TNI S. Adi dimana  kegiatan yang dilakukan misalnya menyiapkan perkantoran, hanggar, taxi way, gudang serta bangunan-bangunan lain yang diperlukan di lapangan udara Iswahyudi, Madiun.
 
Kontrak pembelian F-16 dari AS ke pemerintah RI ditanda tangani pada tanggal 30 Agustus 1986 dimana pada kontrak tersebut dinyatakan bahwa RI membeli 12 pesawat F-16 Fighting Falcon dengan paket harga pembelian dari AS sebesar 329 juta dolar. Paket pembelian ini termasuk pembelian pesawat, pelatihan penerbang dan crew teknisi, ongkos pengiriman pesawat dan juga spare part pesawat untuk 2 tahun pemakaian mencakup 107.000 item.
Pada tanggal 12 Desember 1989, dan disambut langsung oleh Menhankam/Pangab L.B Moerdani  di Lanud Iswahyudi, Madiun. Akhirnya,   kedua F-16 pertama yang dimiliki oleh RI mendarat setelah melakukan perjalanan ferry yang panjang dari Dallas Fort Worth, Texas. Penerbangan perdana ini dilakukan oleh Mayor Penerbang Sidehabi dan Mayor Penerbang Rodi Suprasodjo. Penerbangan ferry ini memakan waktu dari tanggal 8 sampai dengan tanggal 12, melewati rute Dallas – Hawai-Guam – Madiun.  Diselingi menginap istirahat dan isi bahan bakar di Hawaii serta di Guam.  Bagaimana dengan 10 pesawat F-16 RI yang lain? Ternyata kedatangan pesawat-pesawat tersebut tidak sekaligus, namun secara bertahap. Dan akhirnya pada tahun 1990, lengkap sudah elang-elang udara ini mengisi homebase mereka di skuadron 3,  lanud Iswahyudi dan siap menjaga kedaulatan wilayah udara RI. Dengan telah lengkapnya F-16 RI, proyek Bimasena dinyatakan berakhir.

F-16 Fighting Falcon Indonesia
 
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics, di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya berevolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat. Pesawat ini sangat popular di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.
12 Pesawat F-16 RI yang dipesan dari AS terdiri dari 8 pesawat berkursi tunggal (A) dan 4 pesawat berkursi ganda (B) dimana kedua pesawat tersebut merupakan F-16 dari Block 15 (Operational Capability Upgrade ) OCU. F-16 A/B Block 15 OCU  dilengkapi Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner.
F-16 A/B Block 15 OCU berbeda dengan versi awal dari F-16 produksi awal. F-16 A/B Block 15 OCU dibuat dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemampuan menembakkan AGM-65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg.

SPESIFIKASI F-16 SECARA UMUM :
Manufacturer: General Dynamics
Crew: 1/2
Engines: 1 Pratt &Whitney F100- PW-100 or -220 turbofan or I General Electric F110-GE-100 turbofan
Max power: F100-PW-220: 23,800 Ib (10,796 kg) static thrust F110-GE-100: 28,900 Ib (13,109 kg) static thrust
Internal fuel capacity: F-16 C: 6,972 Ib (3,162 kg) or approx 1,073 US gal(4,060 liters)F-16 D: 5,785 Ib (2,624 kg) or approx 890 US gal (3,369 liters)
External fuel capacity: 6,760 Ib (3,066 kg) or approx 1,040 US gal (3,936 liters)
WEIGHTS:
Empty: 18,238 Ib (8,273 kg) combat weight (50 % fuel and 2 Sidewinder AAMs)F100-PW-220: 26,250 Ib(11,907kg)F110-GE-100: 27,350 Ib(12,406 kg)
Max takeoff: 42,300 Ib (19,187 kg)
DIMENSIONS:
Wingspan to rails: 31 ft (9.45 m)
with missiles: 32 ft 10 in (10m)
Length: 49 ft 3 in (15.03 m)
Height: 16 ft 8 in (4.95 m)
Wing area: 300 ft2 (27.87 m2)
PERFORMANCE:
Max speed: more than 1,146 kts (1,320 mph; 2,124 km/h) or Mach 2 ceiling 60,000 ft (18,300 m)
Radius: F-16 A, with 6 500-lb (227-kg) bombs, hi-lo-hi.
Internal fuel: 295 nm(340 mi; 547 km) F-16 C, weapons load unspecified: more than 500 nm (575 mi; 925 km)
Ferry range: more than 2,100 nm (2,420 mi; 3,891 km)
Armament: 1 M61 20-mm multibarrel cannon with 515 rounds and 2 450-lb (204-kg) capacity wingtip launch rails for AAM and 6 wing, 1 belly, and 2
inlet weapons stations for AAM, bombs, air-toground missiles, fuel, rockets, chaff/flare dispensers, or electronics pods; of these:2 700-lb (318-kg) capacityouter wing pylons for AAM only 2 3,500-lb (1,588-kg) middle wing pylons AAM and other stores 2 4,500-lb (2,041-kg)inboard wing pylons for other stores only 1 2,200-lb (998-kg) capacity fuselage hardpoint for bombs,dispensers, or fuel2 900-lb (408-kg) inlet stub pylons for electronics pods
Radar: AN/APG-68 pulse- Doppler

Tidak ada komentar:

Posting Komentar