Minggu, 09 Maret 2014

PT DI Teken Mou 100 Pesawat N219


Model Pesawat N-219 PTDI,  saat Pameran HUT BPPT di Jakarta (photo:Antara/Dhoni Setiawan)
Model Pesawat N-219 PTDI, saat Pameran HUT BPPT di Jakarta (photo:Antara/Dhoni Setiawan)

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) meneken Memorandum of Understanding (MoU) pesanan 100 pesawat perintis N219. Nantinya, pesawat berkapasitas 19 kursi ini disebut mampu melayani kebutuhan komersial, khususnya di daerah Indonesia timur.
“Tahun ini desain selesai, tahun depan selesai dirakit, akhir 2015 prototipe bisa terbang,” ujar Budi Santoso, Direktur Utama PT DI di sela kunjungan kerja Kementerian Perindustrian dan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, 7/03/2014.
Saat ini, PT DI tengah fokus untuk membuat 4 prototipe untuk flying dan starting test. Untuk membuat prototipe tersebut, Bappenas memberi dana Rp 310 miliar ke PT DI melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
“Pemerintah fokus mengembangkan IPTEK dan mendukung pendalaman sektor industri penerbangan,” ujar Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Armida Alisjahbana.
PT DI menargetkan produksi minimum 100 pesawat, meski target penjualannya mencapai 300 pesawat. N219 disiapkan sebagai pesawat perintis untuk mengambil pangsa pasar Twin Otter dan Cessna Caravan.
“Kami mau buat pesawat yang cukup murah, sekitar 4,5-5 juta USD, tergantung konfigurasinya,” ujar VP Marketing PT DI, Arie Wibowo. Harga tersebut terbilang murah jika disandingkan dengan pesaingnya yang kini mematok harga 6-7 juta USD.
Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, PT DI harus mempunyai visi jangka panjang untuk lebih melebarkan sayap ke dunia internasional. “Setelah domestik kuat, PT DI harus cari ekspansi lain misalnya ke Afrika atau Australia,” ujarnya.
N-219 PT DI (Photo: PT DI)
N-219 PT DI (Photo: PT DI)

Inalum Pasok Bahan Pesawat
Pemerintah membuat rencana besar terhadap PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) yang telah diambil alih dari tangan Jepang. Mulai dari peningkatan produksi, pengembangan kawasan, hingga hilirisasi alumunium menjadi komponen pembuatan pesawat terbang.
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, hilirisasi akan dilakukan secara bertahap. Mulai dari bahan mentah, produk setengah jadi, hingga kualitas paling tinggi yang biasa digunakan untuk teknologi canggih.
“Kita akan gerakan hilirisasi atau downstream di sana (Inalum), yang menggunakan produk alumunium dari Inalum. Kualitasnya akan kita tingkatkan. Salah satunya adalah alumunium alloy yang digunakan untuk bahan pembuatan pesawat terbang,” ungkap Hidayat, di kantor Kemenko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (6/3/2014)
Hidayat mengatakan, saat ini pemerintah tengah berkonsentrasi dalam pembuatan peraturan pemerintah (PP) untuk menjadikan Inalum sebagai BUMN. Kemudian adalah rancangan untuk penambahan modal terhadap Inalum.
Berlanjut Inalum akan ada penningkatan produksi menjadi 470 ribu ton per tahun. Saat ini produksi dari Inalum adalah 250.000 ton per tahun. Diharapkan pada tahun 2017 itu tercapai.
Untuk penambahan modalnya, dua opsi yang bisa dilakukan adalah Penyertaan Modal Negara (PMN) dan IPO. Namun Hidayat lebih optimistis untuk jangka panjang, Inalum dapat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). (tribunnews.com/ KONTAN – Syarifah Nur Aida) / (Arifg/Diego).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar