Tanggal 5 januari 2001 tim Kopassus, bersama-sama Marinir dan Paskhas
dalam satuan tugas gabungan Komando Sektor (Kosektor)-1/gabungan TNI
Maluku/Maluku Utara yang dipimpin Asisten Intelejen Danjen Kopassus
Kolonel N.G Sugihartha, berangkat ke Ambon setelah mendapat perintah
tugas mendadak pada tanggal 1 januari 2001.
Wakil Asisten Intelejen Danjen Kopassus Letkol I Nyoman Cantiasa
(waktu itu berpangkat kapten) yang menjadi anggota tim Kosektor-1
melihat bagaimana warga kehilangan nyawa saat berjalan diruangg terbuka
akibat gangguan para “sniper” yang disebar oleh pihak bertikai digedung2
kosong untuk menteror kota ambon. Ambon Manise sejenak menjadi
Sarajevo.
Setiap hari ada laporan warga dari dua komunitas yang mengadukan kerabatnya menjadi korban sniper terus masuk.Situasi bertambah parah setelah kelompok separatis Republik Maluku Selatan (RMS) dan milisi luar ambon terutama dari pulau jawa ikut memperkeruh suasana disertai pasokan senjata dan bahan peledak yang juga membanjiri dari luar maluku dan dari luar negeri.
Maraknya peredaran senjata organic dipicu oleh
pembobolan gudang senjata Polri di desa Tantui semasa konflik tahun
1999-2000. Kelompok bertikai menjebol lalu menjarah gudang senjata
beserta amunisinya. Sekurangnya 900 pucuk senapan dan pistol serta
granat tangan raib dari gudang. Yang lebih mengerikan lagi, saat
sweeping ke daerah perusuh, ditemukan bom rakitan seukuran televise 17
inch. Bayangkan bila bom digunakan untuk menyerang keramaian masyarakat.
Para perusuh langsung menguji nyali aparat gabungan yang baru tiba dari Jakarta dengan serangang sporadis. Tembakan sporadic dan serangan bom rakitan silih berganti menghantam pos-pos aparat untuk memancing kerusuhan antar warga.
“Kami terkejut karena mendengar jenis letusan senjata yang digunakan sangat bervariasi. Peluru ukuran 9mm, 5,56mm, rentetan senapan mesin 7,62mm dan mortar terdengar bersautan. Belum lagi serangan panah,tombak,parang,golok,klewang hingga letupan letupan bom Molotov. Perusuh juga menggunakan alat polontar bom yang bias menjangkau jarak 250 meter,” kata Nyoman.
Tim Kosektor-1 segera menganalisa situasi untuk dapat meredakan
konflik secepat mungkin berbekal pengalaman tugas di Timor Timur, Aceh
dan Papua. Malam hari tanggal 19 januari saat tim berpatroli menggunakan
panser tua Saraccen dan Saladin di deket pos keamanan Hotel Aman,
tiba-tiba serangan bom dan tembakan muncuk kembali. Melalui komunikasi
HT diketahui posisi musuh berada disekitar Hotel Wijaya II. Beberapa pos
aparat yang diserang segera mendapat bantuan pada saat bersamaan.
Naluri seorang Prajurit Kopassus mendorong Nyoman untuk menganalisa
sepat situasi lapangan. Sepuluh prajurit diperintahkan untuk naik ke
gedung-gedung untuk memantau asal pancaran senjata api ditengah
kegelapan. Setelah posisi diketahui, perintah serangan diberikan dan
tembakan gencar aparat selama 5 menit menghantam posisi perusuh berhasil
membungkam mereka untuk smementara waktu. Tiba-tiba disaluran HT
terdengar makian perusuh, “arjuna-2, Arjuna-2, anjing, babi
kamu!!”Rupanya saluran komunikasi TNI-Polri telah disadap oleh perusuh.
(Arjuna-2 : Panggilan sandi Nyoman Cantasiana sebagai Kepala Seksi
Operasi Kosektor-1).
Situasi kemudian mereda selama dua hari yang ternyata digunakan
perusuh untuk menggalang kekuatan kembali. Menjelang malam 21 januari
2010, mereka menyerang lagi pos-pos dari berbagai arah. Dari hasil
observasi para perusuh menempati gedung-gedung kosong yang telah rusak
dikoyak kerusuhan.
Aparat setempat yang pada umumnya lebih mengedepankan kegiatan
pembinaan warga, belum menguasai teknik perang kota. Tetapi, rapat tetap
segera digelar Kosektor-1 dengan aparat setempat untuk menyerang
perusuh di gedung-gedung kosong.
Tanggal 22 januari 2001, pukul 02.00 dini hari Nyoman Cantiasa segera
menghadap Panglima Kodam XVI Pattimura Mayor Jenderal M Yasa untuk
melaporkan perkembangan situasi terakhir karena perusuh semakin berani
dan brutal. Ketika itu Kodam sedang mendapat bantuan Batalyon Gabungan
(Yongab) Kopassus-Marinir-Paskhas di bawah pimpinan perwira Kopassus
Mayor Ricky Samuel. Kosektor-1 segera mendapat bantuan satu kompi Yon
Gab dengan unsur utama Kopassus dibantu Marinir dan Paskhas.
Sasaran
utama Hotel Wijaya II yang menjadi sarang perusuh dan sniper. Batalyon
Pemukul Sektor juga diperbantukan untuk mengamankan lingkaran luar hotel
yang akan diserbu. (Mayor Ricky Samuel: telah gugur dalam tugas medio
tahun 2009 akibat kecelakaan helicopter saat menjabat Komandan
Pusdikpassus Batujajar, Bandung).
Setelah Pangdam memberi lampu hijau untuk menyerang perusuh, pukul
05.00 WIT pasukan langsung bergerak kearah Hotel Wijaya II. Serangan
pembukan dilakukan dengan granat kejut dan rentetan tembakan. Dengan
cepat pasukan masuk dan menyerbu ruangan demi ruangan. Ledakan granat
kejut dan rentetan tembakan terdengar dimana-mana. Sungguh pertempuran
kota seperti pertempuran Stalinggrad di uni Soviet semasa perang dunia
II. Pada saat bersamaan, patroli kapal Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ambon
berpatroli memblokir laut mencegah kaburnya perusuh atau datangnya
bantuan dari laut.
Pembersihan hotel berlangsung hingga pukul 07.00. Aparat bertekad
menangkap mereka hidup-hidup. Beberapa mencoba lari tapi berhasil
dikejar disekitar hotel dan banyak juga yang menyerah tanpa syarat. Para
perusuh sudah setahun menempati hotel wijaya II itu dan tidak pernah
mengira aparat akan berani masuk menyerbu. Banyak dari mereka yang
ditangkap ternyata dalam keadaan mabuk dan sisa-sisa pesta ditemukan
didalam hotel. Tak disangka bahwa disaat masyarakat ambon dicekam
ketakutan, ternyata para perusuh justru berpesta pora. Sebagian dari
perusuh yang ditangkap adalah warga sipil, mantan tentara dan polisi
yang ditangkap atau desersi.
Tim gabungan di lokasi juga menyita revolver, pistol FN 46, Colt 38,
serta beragam senapan seperti AK 101, AK 102, Lee Enfield (LE), SKS,
MK-1, MK-3, SS-1, M-16, SPR, US Carabine 30mm, Ruger mini, Mauser,
senapan dan bom rakitan disertai dokumen berisi catatan serangan dan
rencana serangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar