Setelah tujuh tahun dalam penantian, akhirnya korvet SIGMA class TNI
AL mendapatkan pasangan helikopter yang sepadan dan mumpuni. Maklum,
sejak kapal SIGMA class TNI AL pertama mulai diterima tahun 2007,
andalan helikopter di deck-nya bukanlah jenis yang punya kemampuan AKS
(anti kapal selam), yang bisa melepas torpedo. Jangankan berkemampuan
AKS, melontarkan rudal anti kapal pun tak bisa dilakukan, yang kebetulan
‘paket’ jodoh SIGMA class TNI AL dipercayakan pada sosok helikopter ringan multi peran, NBO-105 buatan PT. Dirgantara Indonesia.
Peran NBO-105 sebagai kepanjangan mata kapal perang, lebih difungsikan untuk misi intai jarak dekat, SAR (search and rescue),
dan penindakan ringan dengan adopsi SMS (senapan mesin sedang) GPMG
kaliber 7,62 mm sebagai door gun. Kondisi tersebut kerap membuat
pemerhati militer di Indonesia menjadi minder, terutama bila
membandingkan dengan helikopter tempur AL Malaysia, AL Singapura, dan AL
Australia. Sebagai informasi, AL Malaysia (TLDM) mengoperasikan heli Super Lynx dari geladak frigatnya, sementara AL Singapura (RSN) mengoperasikan SH-60B Seahawk, dan AL Australia (RAN) menggunakan heli serang MH-60R Seahawk Romeo.
Pemerintah Indonesia pastinya tidak tinggal diam dengan ketimpangan
alutsista di lini helikopter AL. TNI AL sebagai kekuatan laut terbesar
di Asia Tenggara secara logika harus punya helikopter yang sepadan
dengan negara tetangga. Kandidat sudah digodok sejak beberapa lama,
hingga muncul nama SH-2G Super Seaprite buatan Kaman Aircraft, AS.
Berita ini cukup santer, sampai disebutkan TNI AL akan menerima 11 unit
heli ini. Tapi entah karena berbagai alasan, seperti kinerjanya kurang
pas dan ukurannya terbilang ‘bongsor’ untuk deck korvet Indonesia.
Akhirnya pilihan helikopter serang jatuh kepada kandidat lain, yaitu
AS-565 Panther buatan Eurocopter. Heli ini terbilang masih gress, baru
saja dipamerkan langsung di hadapan Presiden SBY dalam acara kunjungan
kerja di Pangkalan Komando Armada Timur, Dermaga Ujung, Surabaya pada
hari Rabu (12/3/2014). Dalam demo dan defile, nampak heli Panther berada
di deck helipad KRI Sultan Iskandar Muda 367.
Eurocopter AS 565 Panther
Bagi kebanyakan orang di Indonesia, mungkin sudah akrab dengan bentuk alias desain helikopter ini. Pasalnya AS 565 Panther merupakan versi militer dari heli AS 365 Dauphin. Nah, AS-355 N3 Dauphin tak lain adalah helikopter SAR yang kerap wara-wiri di serial televisi Baywatch. Sebagai versi militer, AS-565 Panther sudah barang tentu dipersiapkan dengan perangkat penunjang misi tempur, terutama misi di lautan. Sebut saja ada peningkatan pada material berbahan komposit, yang menjadikan bodi heli ini lebih kuat dan dapat meredam pancaran gelombang radar. Bodi heli ini bahkan dilengkapi cat khusus yang dapat mengurangi endusan dari sensor infra red. Ini tentunya berguna bila suatu waktu heli diterjang rudal lawan, selain bisa mengandalkan chaff dan flare.
Bagi kebanyakan orang di Indonesia, mungkin sudah akrab dengan bentuk alias desain helikopter ini. Pasalnya AS 565 Panther merupakan versi militer dari heli AS 365 Dauphin. Nah, AS-355 N3 Dauphin tak lain adalah helikopter SAR yang kerap wara-wiri di serial televisi Baywatch. Sebagai versi militer, AS-565 Panther sudah barang tentu dipersiapkan dengan perangkat penunjang misi tempur, terutama misi di lautan. Sebut saja ada peningkatan pada material berbahan komposit, yang menjadikan bodi heli ini lebih kuat dan dapat meredam pancaran gelombang radar. Bodi heli ini bahkan dilengkapi cat khusus yang dapat mengurangi endusan dari sensor infra red. Ini tentunya berguna bila suatu waktu heli diterjang rudal lawan, selain bisa mengandalkan chaff dan flare.
Bicara tentang kekuatan, AS 565 Panther juga dirancang lebih tangguh
untuk menghadapi sistuasi sulit. Sebut saja dengan bobot take off 4,3
ton, strukturnya masih bisa mentoleransi bila terjadi vertical impact
dari ketinggian 7 meter. Bahkan sistem bahan bakarnya tahan bila terjadi
crash dari ketinggian 14 meter, ini berkat tanki bahan bakar yang
menggunakan teknologi self sealing. Sistem mesin mendapat porsi
perlindungan yang maksimal, seperti kendali mekasisme servo yang
dilengkapi lapisan anti peluru. Bila terjadi korslet, pesawat ini pun
dilengkapi solusi pemotong kabel, sehingga bisa mencegah terjadinya
kebakaran yang fatal.
Diawaki oleh pilot dan co-pilot, Panther dapat membawa 10 pasukan.
Dengan komposisi muatan tersebut, orang mengira AS-565 Panther adalah
heli yang berbobot besar. Tapi itu keliru, helikopter ini punya bobot
maksimum saat take off hanya 4,3 ton. Kuncinya adalah adopsi material
bodi dari kombinasi glass fibre yang diperkuat Nomex untuk menambah daya
tahan dan sekaligus mengurangi berat helikopter. Nomex juga dikenal
sebagai bahan tahan api. Rotorhead dengan empat bilah baling-baling
utama menggunakan bahan serat gelas Starflex. Posisi pilot juga
ditingkatkan keamanannya dengan kursi yang dapat menahan tekanan
gravitasi hingga 20 g.
Dirunut dari spesifikasinya, Eurocopter AS565 Panther merupakan
helikopter ringan multifungsi yang dirancang untuk angkut pasukan,
pendukung logistik, dan evakuasi medis. Versi angkatan darat disebut
AS-56UB dan versi naval disebut AS 565 MB (tidak bersenjata) serta AS
565 SB (bersenjata). Heli ini pertama kali terbang pada tahun 1984 dan
masuk produksi dua tahun kemudian. Sebanyak 259 unit AS 565 Panther
dipesan berdasarkan versi darat (181) dan versi naval (78).
Selain bisa membawa 10 pasukan, untuk evakuasi medis, heli ini dapat
membawa empat pasien dan satu dokter. Untuk angkut muatan berat, heli
ini dilengkapi dengan tali (sling) dengan kapasitas 1.600 kg.
Sementara untuk menunjang misi SAR, dan menurunkan personel lewat tali,
terdapat perangkat penarik elektrik (electrical hoist) sepanjang 90 meter untuk beban hingga 27,2 kg.
Didapuk sebagai helikopter untuk AL, bilah baling-baling utama
Panther dapat dilipat secara manual dan dilengkapi dengan pin yang bisa
dilepas dengan cepat. Baling-baling pada rotor utama terbuat dari serat
karbon yang diperkuat dengan plastik yang berisi materi Nomex. Oleh
karena itu, baling-baling Panther tahan karat dan tidak mudah rusak.
Baling-baling pada ekor (tail rotor) menggunakan teknologi
Fenestron (fantail) dengan 11 blade yang member keselematan lebih tinggi
bagi awak di darat, awak pesawat, maupun penumpang. Konsep Fenestron
paa tail rotor juga mampu mereduksi suara yang cukup lumayan.
Untuk sistem navigasi, Panther menggunakan Thales Avionics. Sistem
pengaman komunikasi militer dapat dipasang sesuai kebutuhan operator di
negara bersangkutan. Sementara itu untuk kelengkapan tempur elektronik,
Panther antara lain dilengkapi dengan Thales TMV 011 Sherlock receiver,
infra red jammer, serta flare decoy dispensers.
AS 565 Panther mengusung jenis dua mesin turboshaft Turbomeca Arriel
2C. Masing-masing mesin punya kekuatan 635 kW. Dengan mesin ini, Panther
memiliki performa yang dapat diandalkan dalam kondisi apa pun, termasuk
panas dan di ketinggian. Kendali mesin digital dengan otoritas penuh
memungkinkan starter mesin secara otomatis dan menjamin operasional
mesin sesuai batas akselerasi, torque dan suhu. Panther dapat melakukan
hovering hingga 2.600 meter dengan kecepatan tidak lebih dari 285 km per
jam.
Untuk kemampuan jelajah, dengan empat tangki dibawah lantai dan satu
di tengah fuselage, Panther memiliki kapasitas bahan bakar total 1.130
liter. Untuk jangkauan lebih luas, Panther dapat dilengkapi dengan
auxiliary fuel tank dan ferry tank. Panther dapat menjalankan misi
hingga 820 km dengan bahan bakar standar. Dari segi suspensi, Panther
memiliki gir pendarat tricycle yang ditarik secara hidrolis, dengan roda
hidung ganda dan satu roda utama. Unit utama dan hidung dilengkapi
dengan oleopneumatic shock absorbers. Roda pada hidung ditarik ke arah
belakang dan roda utama ditarik masuk ke fuselage.
Varian naval AS 565 Panther beroperasi di Irlandia, Uni Emirate Arab,
Islandia, Saudi Arabia, Israel, AL Meksiko, AL Cina, dan tentunya AL
Perancis. Versi bersenjata dan tidak bersenjata dioperasikan oleh AD
Brazil. Untuk varian naval terkini, bisa dilengkapi dengan konfigurasi
SAR, patroli, intai maritim, AKS dan misi anti kapal permukaan. Untuk
misi AKS, Panther dapat dilengkapi dengan dua torpedo. Jenis torpedo
yang dapat dibawa adalah MK46 dan A.244.
Sementara untuk misi anti kapal permukaan, Panther dapat membawa empat
rudal anti kapal berpengendali radar AS 15 TT dan radar Agrion 15 pada
dagunya. Mau duel di udara? Panther bisa dipasangi rudal Mistral. Untuk
kelengkapan pertahanan, Panther dapat dipasangi kanon GIAT M621 kaliber 20 mm. Karena berasal dari platform heli sipil, Panther tidak dibekali dengan senjata internal.
Dengan empat rudal, Panther bisa beraksi hingga radius 250 km.
Sementara untuk misi SAR, Panther mampu mencapai radius 240 km dengan
membawa angkutan enam korban. Endurance Panther mencapai 4,5
jam di udara. Sebagai heli SAR, Panther dilengkapi radar pencari Omera
ORB 32 pada bagian moncong. Panther juga dibekali EFIS (electronic flight and information system)
dengan lima layar besar untuk display di ruang kokpit. Panther dapat
beropeasi lewat autopilot dengan dukungan teknologi Sagem dan navigasi
berbasis computer Nadir MK2. Bila dibutuhkan, Panther pun dapat
dipasangi turret FLIR (forward looking infra red) pada sisi badan pesawat. Keseluruhan sistem komunikasi mengadopsi navigasi inersial Nortrop Grumman dan GPS.
Meski penampakan Panther TNI AL telah terungkap ke publik, tapi belum
jelas benar versi apa yang diadopsi, meski besar kemungkinan adalah AS
565 MB Panther. Mengutip informasi dari berbagai media, TNI AL akan
membeli 11 unit Panther yang punya kemampuan AKS. Bahkan TNI AL lewat
Puspenerbal akan menyiapkan skadron anyar, yaitu Skadron Udara 100. Dari
segi penempatan, Panther nantinya akan ditempatkan di 4 korvet SIGMA
class, di 3 unit korvet Nakhoda class, dan 2 PKR SIGMA 10514 (perusak
kawal rudal). Sayangnya, hangar untuk heli baru bakal ada di PKR SIGMA
10514, sementara di korvet SIGMA dan korvet Nakhoda class tidak
dilengkapi fasilitas hangar.
Setidaknya ada dua institusi yang menggunakan heli besutan Eurocopter
ini, selain TNI AL, Basarnas juga memesan versi sipilnya, yaitu AS 365
AS-355 N3 Dauphin. Kesemua pesanan dirakit oleh PT DI. (Sam)
Spesifikasi Standar AS 565 Panther
Crew: 2 pilots
Capacity: 10 troops
Length: 13.68 m
Height: 3.97 m
Empty weight: 2.380 kg
Max takeoff weight: 4.300 kg
Powerplant: 2 × Turboméca Arriel 2C turboshaft, 635 kW (852 hp)
Main rotor diameter: 11.94 m
Main rotor area: 111.98 m2
Maximum speed: 306 km/h
Service ceiling: 5.865 m
Rate of climb: 8.9 m/s
Crew: 2 pilots
Capacity: 10 troops
Length: 13.68 m
Height: 3.97 m
Empty weight: 2.380 kg
Max takeoff weight: 4.300 kg
Powerplant: 2 × Turboméca Arriel 2C turboshaft, 635 kW (852 hp)
Main rotor diameter: 11.94 m
Main rotor area: 111.98 m2
Maximum speed: 306 km/h
Service ceiling: 5.865 m
Rate of climb: 8.9 m/s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar