About LHD
Amphibious Assault Ship atau
lebih asyik disebut Landing Helicopter Dock (LHD) adalah sejenis kapal
perang yang dilihat dari bentuknya mirip seperti Alter Ego nya Kapal
Induk/AirCraft Carrier. Kapal jenis ini dirancang dengan kemampuan
serbaguna (multipurpose) seperti mengangkut kendaraan-kendaraan amfibi,
Helikopter ,pesawat tempur berkemampuan STOVL seperti AV-8 Harrier,F-35B
Lightning II hingga helikopter kawin silang MV-22 Osprey. Tak banyak
negara yang mengoperasikan LHD di angkatan lautnya, jumlahnya masih bisa
dihitung jari, semisal Amerika (Wasp Class), Perancis (Mistral Class),
Korea Selatan (Dokdo Class), Jepang (Hyuga Class), Spanyol (Juan Carlos
Class) dan Australia (Canberra Class).
Dalam perkembangan ditubuh AL
Amerika Serikat, LHD dapat dimodifikasi menjadi Landing Helicopter
Assault (LHA) dimana LHD jenis ini lebih dikhususkan untuk mengangkut
alutsista berstatus otensif (menyerang). Untuk pertahanan diri, LHD
dapat dilengkapi dengan sejumlah Defensive System misalnya Anti-Torpedo
Towed Defense System (Nixie), Close in Weapon Sytem dan Active missile
decoy system (ex Nulka) atau bisa juga mendapatan kawalan (escort) dari
beberapa Frigate dan Kapal selam layaknya Carrier.
Why Need LHD?
Berkat Pesona yang dipancarkan
LHD pulalah, membuat Rusia mengambil keputusan yang mengejutkan dunia
militer saat itu. Rusia negara pengekspoer senjata terbesar didunia
justru untuk pertama kalinya membeli alutsista diluar negaranya yakni
LHD Mistral buatan Perancis. Kabar pembelian ini sempat menghebohkan
sekutu Perancis di Nato dan Amerika serikat. Bukan tanpa alasan Rusia
memlih Mistral, selain meningkatkan kekuatan armada laut hitam Rusia,
Mistral juga memangkas waktu pergelaeran pasukan amfibi dari hitungan
jam ke hitungan menit.
Selain disebut sebagai kapal
induk helikopter, LHD juga termasuk Bâtiments de Projection et de
Commandement (BPC), kapal komando dan proyeksi kekuatan. kapal BPC akan
dilengkapi dengan fasilitas komunikasi canggih yang membuat kapal BPC
bisa menjadi kapal komando dan mampu menjalankan operasi gabungan
multinasional.
Menilik apa yang dilakukan AL
Rusia dalam memodernisasi armada lautnya, Indonesia sebagai negara
kepulauan juga sudah semestinya memilki tujuan mengembangkan kekuatan AL
dengan memakai Alutsista yang sangat strategis. Apalagi kini, Nusantara
tengah terkepung pangkalan militer asing yang menyebar melingkar bak
sebuah cincin, ditambah negara tetangga selatan yang sebentar lagi akan
mengoperasikan LHD Canberra Class dan sejumlah kapal Destroyer maka
sebagai negara terbesar di kawasan, Indonesia khususnya TNI AL
senantiasa mewaspadai setiap gerakan modernisasi dikawasan dengan
berbagai bentuk dan tujuannya. Berikut beberapa keunggulan bila TNI
Angkatan Laut bila memiliki kapal LHD dalam jajaran Alutsistanya :
-
Meningkatkan daya pergelaran kekuatan TNI secara umum, dimana sebuah LHD dengan bobot 20.000an ton mampu mengangkut ribuan personil, Helikopter, watercraft termasuk dengan semua senjata, amunisi, kendaraan dan logistik. Sehingga jika dilakukan Operasi Amfibi atau pendeployan pasukan marinir dapat di lakukan secara masif dalam waktu yang tak terlalu lama. Sangat cocok dengan kondisi geografi dan geopolitik wilayah NKRI yang terdiri dari banyak pulau sebagai sebuah medan laga.
-
Mendukung poin diatas, LHD dapat menjadi pusat komando operasi gabungan TNI AL dengan teknologi yang lebih canggih sesuai perannya sebagai BPC (Bâtiments de Projection et de Commandement )
-
LHD juga sangat luar biasa untuk mengemban misi kemanusiaan, kemampuan angkut yang luar biasa besar ,Tim penyelamat dan pasokan logistik untuk para korban bencana dapat didistribusikan dengan lebih efektif.
-
Memberikan efek penangkal / Deterens sehingga tugas pengawasan dan pengamanan perairan nusantara berserta ZEE lebih bertaji serta menjadi prestige tersendiri jika memilikinya.
Tantangan untuk memiliki kapal LHD bagi TNI AL :
-
Ketersediaan anggaran dan prioritas kebutuhan, untuk saat ini mungkin peran kapal komando dan penanganan bencana (non perang) bisa ditambal oleh kapal jenis LPD yang sudah dioperasionalkan TNI AL.
-
Selain problem klasik anggaran, siapun tahu bahwa LHD adalah Alutsista yang sangat strategis, bila sudah memiliki dana belum tentu ada negara produsen LHD yang memberikan lampu hijau. Pilihan negara produsen LHD yang mungkin masih bisa ditembus adalah Perancis dan Spanyol, bisa tidaknya tergantung kemampuan berdiplomasi yang cerdas dan strategis tanpa merugikan salah satu pihak.
-
Reaksi negara kawasan yang terhadap upaya Indonesia memiliki kapal LHD, apalagi bila masih dalam tahap penjajakan muncul reaksi memanas dari negara tetangga, maka perlu upaya khusus untuk meredam gejolak ini sehingga tidak melebar menjadi ajang perlombaan senjata dikawasan (Arm Race).
-
‘amunisi’ LHD yang harus dimiliki, seperti helikopter tempur, ASW, transport dan kendaraan amfibi menjadi beban tersendiri, apalagi bila ‘amunisi’ ini masih belum dipersiapkan dengan matang seperti merk helikopter yang dipilih, dsb.
-
The Last, Biaya Operasionalnya yang tentu saja akan sangat mencengangkan, dalam hal ini semua kembali pada kondisi ekonomi dan keuangan negara.
At least, meski terlihat sulit
diwujudkan untuk saat ini, tetapi memiliki sebuah kapal LHD beserta
isinya bukanlah Kemustahilan. Berharap saja, Kemhan dan TNI AL akan
melirik dan mewacanakan pembelian LHD dalam daftar MEF mendatang
mengingat teknologi dan ancaman militer terus berkembang dinamis. Kita
tunggu saja penerus pemerintahan Presiden SBY kelak, semoga akan tetap
konsisten untuk meneruskan program modernisasi Alutsista ini, termasuk
terus berupaya meningkatkan kemandirian Alutsista bersama BUMN strategis
negeri ini.
Bersama LHD, Jales veva Jaya mahe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar