Selasa, 12 November 2013

Heli Mi-17 Buatan Rusia, Seberapa Canggih dan Tangguh?

Helikopter Mi-17 milik TNI AD jatuh di Desa Apoping Kecamatan Bahau Ulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu, 9 November 2013. Sebanyak 13 orang meninggal dunia dan enam korban mengalami luka bakar.

Helikopter yang jatuh ini mengangkut 19 orang dan 1.800 kilogram logistik untuk keperluan pembangunan pos perbatasan di Long Bulan atau daerah Tunjungan, Malinau, melalui Pos Apauping.

Helikopter Mi-17 adalah versi ekspor yang di Rusia dikenal Mi-8MT. Helikopter ini adalah pesawat angkut kelas menengah rancangan Rusia yang diproduksi di pabrik di Kazan dan Ulan-Ude. Heli ini menjadi andalan Pakta Warsawa semasa perang dingin dan diberi nama panggilan Hip oleh NATO.

Indonesia membelinya pada tahun 2011 sebanyak 18 unit dan dioperasikan oleh TNI-AD. Dikembangkan dari rangka dasar Mi-8, Mi-17 dipasangi dengan mesin TV3-117MT yang lebih besar, rotor, dan transmisi yang dikembangkan untuk Mil Mi-14, bersama dengan pengembangan badan pesawat untuk muatan lebih berat. Pilihan mesin untuk kondisi "panas dan tinggi" adalah mesin Isotov TV3-117VM berdaya 1545kW (2070 shp).

Berat tinggal landas maksimum mencapai 13 ton. Karakteristik umum berkapasitas 30 tentara atau 12 tandu atau 4.000 kilogram kargo internal di dalam kabin dan 5.000 luar kabin untuk membawa roket, bom, rudal, kanon atau sling cargo. Kecepatan maksimum 250 km atau 135 knot, 155 mph.

Meski kodratnya adalah heli angkut, tapi dari pihak pabrik telah menawarkan 10 jenis varian senjata dan perangkat elektronik yang bisa dibawa. Dalam kondisi standar, Mi-17 sudah dibekali sepasang tangki bahan bakar dikanan dan kiri luar body dengan kapasitas masing-masing 1000 liter. Bila seluruh kemampuan bahan bakar digabungkan, maka secara teknis heli ini dapat melakukan terbang feri selama 6 jam non stop.

Mi-17 mampu mendarat di landasan darurat, seperti tanah lunak, padang salju, bahkan bisa mendarat di air dengan bantuan kaki pelampung. Sudah 60 negara tercatat menggunkan MI-17.

Menurut cacatan, sudah tiga kali helikopter buatan Rusia itu mengalami kecelakaan. Pada Sabtu, 24 Agustus 2013 lalu, pintu MI-17 terlepas saat melakukan latihan rutin. Pintu heli menimpa rumah warga di Penjaringan, Jakarta Utara.

Pada Jumat, 11 Oktober 2013, heli jenis ini terpaksa mendarat darurat sekitar 600 meter dari barat Bandara Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Pada Kamis, 4 Agustus 2011, pukul 14.10 WIT, heli jenis Penerbad ini diberondong tembakan di sekitar Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya Papua yang akan mengevakuasi anggota TNI Yonif 753/AVT, atas nama Pratu Fana S Hadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar