Morotai bukan sekedar pulau bersejarah di Maluku Utara yang menyimpan
jejak Pasukan Sekutu di masa Perang Dunia II. Pulau ini juga
ideal sebagai lokasi peluncuran roket yang dibangun Indonesia. Penduduk
yang belum padat dan lokasi yang menghadap ke Samudera Pasifik, ideal
untuk memenuhi prasyarat sebuah lokasi peluncuran roket.
Pulau Morotai dinilai sebagai alternatif terbaik di antara dua lokasi
pilihan lainnya, seperti Pulau Enggano – Bengkulu dan Pulau Biak –
Papua, ujar Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan) Dr. Ing. Soewarto Hardhienata.
“Pada 6 November ini kami mulai mempersiapkan pengiriman perlengkapan
peluncuran beserta roketnya melalui kapal ke Morotai, mungkin sekitar
20 hari perjalanan. Diharapkan awal Desember peluncuran roket sudah bisa
dimulai, ini sebagai uji coba lokasi,” katanya.
Lapan sejak lama berencana mengembangkan roket pengorbit satelit
(RPS) yang didesain dan dibuat mandiri di dalam negeri, untuk
mengorbitkan satelit yang juga buatan sendiri. Namun Desember ini,
roket-roket yang diluncurkan untuk uji terbang di Morotai, masih
roket-roket ukuran kecil yakni: dua unit RX 1210 dan empat unit RX 1220
yang digunakan untuk misi pertahanan, ujar Dr. Ing. Soewarto.
RX-1210 adalah roket berdiamter 120mm dengan panjang propelan 1
meter. RX 1210 atau Rhan122 memiliki panjang 1.762 cm dan berat 38 kg,
dengan jangkuan 14 km. Dengan ukurannya tidak begitu besar, roket ini
bisa dibawa menggunakan mobil truk militer dan digunakan oleh Angkatan
Laut serta Angkatan Darat.
Untuk mendapatkan jangkauan 20 km, RX1210 diperpanjang propelannya
dari satu menjadi 2 meter dan disebut RX-1220. Lapan telah mengembangkan
roket D230 Type RX 1220 sejak 2010. Spesifikasi bahan bakarnya,
propelan dengan panjang 200 cm menggunakan konfigurasi geometri propelan
double, yaitu bintang dan hallow.
Roket RX1220 telah digunakan Marinir. Roket tempur dengan berat 169,5
kg dan panjang 3230 mm ini menggunakan sistem sirip lipat yang secara
otomatis terbuka vertikal ketika lepas landas dari peluncur.
Lapan juga telah membuat roket D230 Type RX 2020 yang kemampuannya
lebih sempurna dari roket RX 1210. Roket dengan panjang 3.230 cm ini
menggunakan bahan bakar komposite dengan struktur tabung aluminium
sehingga mencapai titik serang semakin sempurna. Roket ini memiliki daya
jangkau hingga mencapai 32 km dan telah digunakan TNI untuk latihan
militer.
Roket pengorbit
Lapan juga melakukan serangkaian uji coba roket RX 450 dengan daya jangkau mencapai 150 km. Selain untuk pertahanan, RX-420 bisa dimanfaatkan untuk membawa alat pemantau radiasi atau keperluan penelitian lainnya. “Ini menunjukkan bahwa kita mampu membuat roket canggih berteknologi tinggi,” tukas Soewarto.
Lapan juga melakukan serangkaian uji coba roket RX 450 dengan daya jangkau mencapai 150 km. Selain untuk pertahanan, RX-420 bisa dimanfaatkan untuk membawa alat pemantau radiasi atau keperluan penelitian lainnya. “Ini menunjukkan bahwa kita mampu membuat roket canggih berteknologi tinggi,” tukas Soewarto.
Roket RX 450 adalah tipe roket balistik, kaliber 450 mm, panjang
total 6.110 mm, panjang motor 4.459 mm, berat total 1.500 kg, berat
muatan 100 kg, gaya dorong 12895 kg, dan menggunakan bahan bakar
propelan komposit.
Selain roket RX 450, Lapan mengembangkan roket RX 550 dengan panjang
8–10 meter dan memiliki daya dorong 25 ton dalam waktu 7 detik. Roket
ini ditargetkan mampu terbang sejauh 300 km hingga mencapai titik yang
ditentukan. “Selain untuk menunjang kepentingan pertahanan negara,
RX-550 bisa digunakan untuk mengorbitkan statelit,” jelasnya. RX-550
dengan jangkauan 300 km yang masih dalam tahap uji statis, sementara
RX-420 telah uji terbang pada tahun 2009.
“Roket pengorbit satelit yang berskala besar merupakan rencana jangka
panjang Lapan untuk 2025, karena untuk sekarang ini Lapan masih
menggunakan roket milik India untuk meluncurkan satelit. Lokasi
peluncurannya pun dari negara itu,” tambahnya.
Pengembangan roket Lapan, ditujukan baik untuk kepentingan ilmiah
maupun kepentingan pertahanan, yang dalam jangka panjang juga mengarah
pada peluncuran satelit. Untuk misi pertahanan, teknologi roket Lapan
sudah diadopsi oleh Konsorsium Roket yang terdiri dari Kemhan,
Kemristek, PT Pindad, PT Dahana, dan PT DI.
R Han 220 berdaya jangkau 40 km, sedang dikembangkan konsorsium untuk kepentingan peningkatan kapasitas personel militer.
Fungsi Pamengpeuk beda dengan Morotai
Menurut Kepala Pusat Teknologi Roket Lapan Dr Rika Andiarti, selama ini Lapan menggunakan Instalasi Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Garut untuk melakukan uji terbang roket dengan ketinggian terbatas.
Menurut Kepala Pusat Teknologi Roket Lapan Dr Rika Andiarti, selama ini Lapan menggunakan Instalasi Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Garut untuk melakukan uji terbang roket dengan ketinggian terbatas.
Instalasi di Garut, Jawa Barat dibangun khusus untuk riset penguasaan
teknologi dasar roket, terutama pada kinerja motor roket, agar roket
dapat meluncur dengan baik. Namun instalasi milik Lapan sudah tidak lagi
ideal untuk melakukan uji coba roket berukuran besar berhubung saat ini
kawasan di sekitar Pantai Santolo itu sudah semakin padat penduduk.
“Untuk meluncurkan roket yang berukuran besar diperlukan lokasi yang
memenuhi zona aman, mengingat faktor resiko yang ditimbulkannya lebih
besar, karena itu dicarilah lokasi baru yang memenuhi syarat, sekaligus
syarat sebagai bandar antariksa nasional,” katanya.
Dari enam alternatif lokasi yang disurvai di Morotai, Tanjung Sangowo
merupakan wilayah yang paling potensial, karena jika ditarik garis
lurus, jarak tepi dua desa ini mencapai 6,5 km sehingga jika meletakkan
posisi peluncur utama di tengah antara dua desa itu, maka jaraknya lebih
dari 3 km dari masing-masing desa, jauh dari kawasan penduduk.
Berbeda dengan Pameungpeuk yang baru mengantisipasi uji terbang roket
skala kecil, Morotai ditargetkan menampung uji terbang roket skala
besar, bahkan termasuk peluncuran satelit yang jangkauannya minimal 350
km, misalnya untuk keperluan remote sensing, bahkan sampai ketinggian 36
ribu km untuk geostation, kata Rika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar