Jumat, 22 November 2013

Pengamat Intelijen: Densus 88, Operator Penyadapan Australia

Gedung BNN (ist)
Gedung BNN (ist)

Detasemen Khusus Antiteror (Densus 88) Polri telah menjadi operator penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan tokoh Indonesia lainnya.
Analisis itu disampaikan pengamat intelijen, Umar Abduh, kepada intelijen (20/11), menanggapi bocoran data intelijen yang diobral mantan agen CIA, Edward Snowden. “Penyadapan intelijen Australia melibatkan Densus 88,” ungkap Umar.
Menurut Umar, pusat operasi penyadapan intelijen Australia di Indonesia berada di salah satu bagian gedung Badan Narkotika Nasional (BNN), Cawang, Jakarta Timur.  “Pusat penyadapan itu dikomando dari gedung BNN,” ungkap Umar.
Umar mengungkapkan, sejak tujuh tahun lalu, Indonesia ikut menandatangani “Pakta Kesetiaan”, Joint Inter Agency Counter Drug Operation Center (JIACDOC), dengan Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru dan Jepang.
“Bersama AS, Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Jepang, Indonesia siap dan rela dimonitor atau  disadap melalui program bantuan JIACDOC. Dit IV/Narkoba membentuk JIACDOC,  dengan bantuan US–DEA dan NSA dii beberapa kota Indonesia,” ungkap Umar.
JIACDOC, kata Umar, diimplementasikan dalam bentuk pengembangan suatu pusat data computer yang dapat dipakai oleh agensi atau badan penegakan hukum yang bergerak di bidang narkoba dengan bantuan pihak pihak yang terkait.
Pusat data JIACDOC berada di bawah payung dan koordinasi BNN. Sementara anggotanya terdiri dari pihak Polri, Bea Cukai, Imigrasi, Hubla Dephub dan pihak Otorita Pelabuhan Udara (Angkasa Pura).  “Survey/assesment oleh Team Teknis dan Penilai (Engineering & Assesment Team) dari DEA sejumlah 7 orang dan dari Polri 1 ( satu) orang yang akan meninjau ke lokasi Pusat JIACDOC,” pungkas Umar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar