Terjadi ketegangan dalam pertemuan itu hingga terjadi baku tembak dan membuat Mallaby tewas dalam mobilnya dengan kondisi hangus. Siapa pembunuh Mallaby dalam insiden itu?
Baik Inggris maupun yang lain mempunyai versi tersendiri. Inggris menyebut Mallaby tewas di tangan tentara atau pemuda Indonesia yang dengan tembakan. Sedangkan versi lainnya menyebut, Mallaby tewas karena granat yang meleset di lemparkan anak buahnya, Kapten R.C. Smith.
Dalam paper JGA Parrot yang berjudul, 'Who Killed Brigadier Mallaby?' Parrot menyebut, bisa saja dua hal itu yang menyebabkan kematian Mallaby. Meski demikian, Parrot melihat kemungkinan kematian disebabkan granat yang dilemparkan anak buahnya. Parrotr tidak memberikan jawaban siapa yang salah dan pihak mana yang membuat tewas Mallaby. Dia hanya memberikan konklusi atas analisanya dari berbagai keterangan bukti dokumen, dan pengakuan yang digunakan.
"Tewasnya Mallaby karena kesalahannya sendiri," tulis Parrot.
Parrot beralasan, Mallaby selaku pimpinan pasukan Inggris di Surabaya tidak memberikan respons cepat saat insiden tembak berlangsung. Selain itu, menurutnya, Mallaby tidak menerapkan standar jalan, seperti saat pasukan Inggris perang mengalahkan Jerman. Rasa sombong pasukan Inggris yang meremehkan pasukan Indonesia membuatnya abai pada keselamatannya.
Penelitian Parrot itu banyak mengumpulkan keterangan dari saksi yang ada saat kejadian. Salah satunya kesaksian Kapten Smith. Smith dalam kesaksian tertulisnya merasakan, setelah sekitar 15-30 detik ditembak oleh pemuda Indonesia, Mallaby kemudian tewas. Namun dia juga mengakui, granat yang dilempar dan meleset mengakibatkan meledak dan terbakarnya bagian jok mobil tempat duduk Mallaby.
Lalu siapa yang memulai melakukan tembakan dalam insiden itu? Dari kesaksian Kapten Smith, Mayor Gopal, dan anggota senat Inggris Tom Driberg, yang mendapatkan keterangan dari ajudan Mallaby, disebutkan yang memulai menembak adalah tentara Inggris di Gedung Internatio atas perintah Mayor Gopal. Dapat disimpulkan, insiden itu yang menewaskan Mallaby adalah anak buahnya sendiri.
Namun dalam papernya, Parrot menyebutkan, dari kesaksian Tom Driberg pada 20 Februari 1946 di parlemen Inggris, dia juga ragu kalau Mallaby dibunuh oleh orang Indonesia. Driberg juga sangsi kalau Mallaby dihabisi dengan licik oleh Indonesia.
Menurut Driberg, itu hanya alasan Inggris untuk membangun ketidaksukaan pihak lain kepada Indonesia dan juga untuk melakukan serangan balik.
"Kenapa Inggris rela merendahkan kematian seorang perwira tingginya dengan alasan dibunuh dengan licik daripada dikatakan tewas dalam pertempuran, yang seharusnya menjadi kehormatan bagi setiap prajurit," kata Driberg, seperti dikutip Parrot.
Kematian Mallaby itu membuat Inggris marah dan mengirim 24.000 pasukan untuk menguasai Surabaya. Inggris mengeluarkan peringatan agar milisi Indonesia menyerahkan senjata pada 9 November. Namun tak dituruti, baru pada 10 November perang besar terjadi dan Inggris mulai mengebom Surabaya. Baru pada 20 November 1945 Inggris menguasai Surabaya.
Ribuan prajurit Inggris tewas dan sekitar 20.000 tentara Indonesia di Surabaya meninggal. Namun pada pertempuran itu, tiga pesawat Mosquito Inggris ditembak jatuh pasukan Republik. Salah satunya berpenumpang Brigadir Jenderal Robert Guy Loder Symonds terluka dan meninggal esok harinya. Selama pertempuran di Surabaya Inggris kehilangan dua jenderalnya. Inggris mengakui itu sebagai perang mereka yang paling berat setelah perang dunia II.
Saking hebatnya perlawanan tentara dan milisi Indonesia di Surabaya, pasukan Inggris menyebut Surabaya sebagai neraka di timur Jawa. Media terkemuka Amerika Serikat, New York Times, edisi 15 November 1945 memasukkan kutipan serdadu Inggris itu dengan sebutan The Battle of Surabaya.
Sedangkan (Alm) Roeslan Abdulgani menyebut peristiwa 10 November itu sebagai malapetaka yang memenggal arah sejarah Surabaya dan rute kemerdekaan Indonesia.
Merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar