Selasa, 05 November 2013

Baret Ungu dan Atraksi Tank BMP-3F Korps Marinir

Tank BMP-3F Korps Marinir TNI AL

Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko dikukuhkan menjadi warga kehormatan Korps Marinir TNI AL. Panglima TNI diangkat dalam sebuah upacara kebesaran yang diawali dengan bunyi ledakan dan rentetan tembakan yang disusul meluncurnya sejumlah kendaraan tempur angkut personel (ranpur APC) di lapangan tembak F.X. Soepramono, Karangpilang, Surabaya, beberapa waktu lalu.

Upacara yang dihadiri KASAL Laksamana TNI DR. Marsetio, para mantan Komandan Korps Marinir, serta sejumlah pejabat tinggi TNI itu ditandai dengan penyerahan baret ungu dan dilanjutkan dengan penyematan Brevet Intai Amfibi Korps Marinir serta Brevet anti teror aspek laut Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) di dada kanan Jenderal TNI Moeldoko oleh Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A. Faridz Washington.

Sesaat kemudian, Panglima TNI melakukan penembakan meriam Howitzer 105mm milik Korps Marinir TNI AL, yang disambut dengan tepuk tangan oleh seluruh undangan.

Baret Ungu, Brevet Intai Amfibi, dan Brevet anti teror aspek laut Denjaka yang disematkan itu sebelumnya dibawa oleh 3 peterjun pilihan dari Denjaka, serta dari Batalyon Taifib 1 dan 2 Marinir, dipimpin Kapten Marinir Pujo Setiyono, mendarat tepat di depan mimbar inspektur upacara yang telah diapit 4 unit tank BMP-3F dan 6 unit meriam Howitzer 105 mm.

Mariniiiiir... !!! Berulang-ulang dan begitu lantang penuh bangga, suara Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, sesaat setelah menerima penyematan Baret Ungu, Brevet Intai Amfibi Korps Marinir, dan Brevet Anti Teror TNI AL. "Apakah kalian bangga memakai baret seperti yang saya pakai ini, apakah saya terlihat bertambah gagah memakai baret ungu ini?," tanya Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko kepada ribuan prajurit Korps Marinir seluruh peserta upacara.

"Kebanggaan saya adalah kebanggaan kalian semua. Kebanggaan kalian adalah kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu jagalah kebanggaan ini sebaik-baiknya," seru Panglima TNI kepada seluruh prajurit Korps Marinir TNI AL.

Upacara yang melibatkan sedikitnya 6.000 prajurit petarung Korps Marinir dari Pasmar-1 Surabaya dan Pasmar-2 Jakarta, dipimpin oleh Komandan Upacara Brigjen TNI (Mar) Denny Kurniadi, yang sehari hari menjabat sebagai Komandan Pasmar-2Jakarta, sedangkan bertindak selaku Komandan Defile yaitu Brigjen TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Pasmar-1 Surabaya.

Unjuk Kemampuan

Sejak Korps Marinir TNI AL berdiri tahun 1945, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko merupakan orang ke-31 yang menerima anugerah Warga Kehormatan Korps Marinir TNI AL mengikuti Jenderal Besar TNI AH. Nasution, Sultan Hassanal Bolkiah II, dan Jenderal Charles C Krulak (komandan Korps Marinir Amerika Serikat pada masanya), dan lain-lain.

Upacara pengukuhan diwarnai dengan defile pasukan dan defile ranpur dan juga demonstrasi kemampuan dan ketangkasan prajurit. Bela diri ala Marinir, tembakan RPG-7 dari atas 4 unit  rantis Jeep KIA oleh pasukan Infanteri Marinir, tembakan dengan Canon dan Coaxial dari 4 unit Tank Amfibi PT 76 M dan dari atas 4 unit Tank Amfibi BMP-3F oleh pasukan Kavaleri Marinir, serta demo terjun payung free fall oleh para peterjun dari Batalyon Intai Amfibi-1 dan 2 Korps Marinir serta Denjaka. Suguhan yang paling menonjol adalah dari tank tank veteran PT-76 versi maritim dan yang terkini, tank amfibi BMP-3F.

Tank BMP-3F hanya dua kali unjuk kemampuan, namun ada yang unik. Tank "diterbangkan" melalui parit lebar, layaknya jumping motocross di atas sungai dan mendarat sempurna. Sesaat setelah tank mendarat, masih dalam keadaan terguncang dan kecepatan masih mengembang, meriam meletus dan peluru 100mm-nya meluncur dalam kecepatan sedang, relatif masih bisa diikuti mata. "Buuuummmm….!!!!," sasaran hancur, dari jarak sekitar 500 meter; masih sangat dekat untuk BMP-3F.

BMP-3F

Sampai saat ini, Indonesia memiliki 17 tank BMP-3F hasil pembelian dari Rusia, yang sebagian besar menjadi bagian dari Pasukan Marinir 1, Surabaya. 37 BMP-3F tambahan dijadwalkan akan diterima hingga akhir 2013 ini, sesuai kontrak pembelian bulan Mei lalu.

Berbicara soal tank, tank BMP-3F memang kurang mendapatkan sorotan publik seperti halnya tank tempur utama Leopard yang dibeli langsung TNI AD. Bila itu karena membandingkan kedua tank berdasarkan jumlah yang Indonesia beli (Leopard jauh lebih banyak), wajar. Tapi bila membandingkannya soal kemampuan (superior atau inferior) maka rasanya kurang pas, karena fungsi dan asasi kedua tank ini sangat berbeda, apalagi sistem persenjataan dan doktrin penggunaannya.

BMP-3F buatan Kurganmashzavod, Rusia, masuk dalam kategori amphibious infantry fighting vehicle. Jadi, BMP-3F ibarat kapal perang yang memproyeksikan kekuatan militer dari lingkungan laut ke lingkungan darat; lengkap dengan kondisi di atas optimal untuk menggempur kekuatan lawan di darat. BMP-3 mulai dikembangkan pada tahun 1987 setelah kedua pendahulunya yaitu BMP-1 dan BMP-2.

BMP-3F memiliki bobot kosong 18.500 kg dan panjang 7,14 meter, lebar 3,2 meter, dan tinggi 2,4 meter dengan tiga orang kru, mampu mengangkut tujuh personel bersenjata lengkap plus dua kursi tambahan. Mesin BMP-3F berkekuatan 500 hp (tenaga kuda) dengan rasio 27 hp/ton yang menjadikannya mampu berlari dengan kecepatan 72 kilometer perjam pada jalan mulus, 45 kilometer perjam off-road, dan 10 kilometer perjam di perairan hingga gelombang skala Beauford II.

Berbagai silabus mesin perang dunia memasukkan BMP-3F dalam kelas kendaraan perang infanteri berat. Ini ditandai dengan sistem perlindungan persenjataan aktif meskipun bodi dan kubah (turet) meriamnya dari alumunium diperkeras (agar tahan karat). Tidak akan ada pengaruh besar jika dia disembur kaliber 30 milimeter dari jarak dekat, seperti senapan mesin berat 2A42.

Perlindungan pasif juga menyentuh sistem perlindungan sirkulasi udara dan serangan biologis atau nuklir jika itu terjadi. Caranya dengan menerapkan sistem sensor dan penangkal agen kimia/biologis/nuklir dan filter ultraviolet, dan pemadam kebakaran, serta peredam benturan. Ini bukan sekedar rancangan, karena BMP-3 dirancang saat Perang Dingin masih terjadi (marak senjata nuklir AS dan Soviet).

Tangki bahan bakarnya juga ditempatkan di atas lapisan baja lantainya, didukung sistem suspensi independen aktif dari roda-roda rantainya.

Untuk menambah perlindungan, kit penangkal serangan amunisi berat ERA juga diterapkan walau ini pilihan bagi pembeli atau pengguna. Pengacak sinyal komunikasi lawan berbasis elektronika-optikal, Shrota, yang bisa diakses komandan tank untuk berkomunikasi dengan sistem peluncuran peluru kendali anti tank SACLOS (semi-automatic command to line of sight).
Doktrin pertempuran tank mengajarkan, tank selalu bergerak dalam formasi tempur tertentu sesuai taktik dan strategi, informasi posisi dan kekuatan lawan, serta keadaan geografis saat itu
Akhirnya, kemampuan renangnya hingga tujuh jam nonstop dan menundukkan (bahkan) rawa-paya yang tidak bisa diinjak manusia, tidak akan bermakna banyak jika musuh tidak bisa dibinasakan. Meriam 100 milimeter 2A70 dilengkapkan, meluncurkan proyektil 9M117 ATGMs (AT-10 Stabber), yang bisa disimpan dalam rak-raknya sebanyak 40 butir.

Di luar turet, bertengger sepasang senapan mesin berat 30 milimeter 2A72 dengan kecepatan putaran 400 peluru permenit. Jika dia berhadapan dengan personel, senapan mesin 7,62 milimeter-nya yang bertugas secara koaksial hingga 2.000 peluru permenit. Bicara teknologi putaran koaksial ini, Rusia sangat ahli, lihat saja pesawat pembom berat Tupolev Tu-95 Bear.

Meriam 100 milimeter ini bisa digerakkan 360 derajat kiri-kanan dan minus lima hingga 60 derajat ke bawah dan ke atas. Meriam ini dirancang untuk tidak menimbulkan guncangan besar, yang semakin efektif dengan sistem penjejak dan optik khusus, sehingga peluru high explosive HE-Frag shell 3OF32 bisa meluncur hingga 4.000 meter. Jika sistem pertahanan lawan lebih tangguh, giliran peluru 3BM25 APFSDS yang digunakan.

Semua operasionalisasi persenjataan dan penginderaan berasal dari komputer 1V539, berkolaborasi dengan sensor angin, sistem stabilitas 2E52-2, sistem laser 1D16-3, dan lain-lain. Semua sistem inilah yang juga dikabarkan dimiliki Korps Marinir TNI AL. 

Doktrin pertempuran tank mengajarkan, tank selalu bergerak dalam formasi tempur tertentu sesuai taktik dan strategi, informasi posisi dan kekuatan lawan, serta keadaan geografis saat itu. Dipadukan dengan konsep pendudukan marinir, maka pergerakan tank bisa dibilang menjadi "perintis" dan "pelindung" para personel marinir ini.

Upacara anugerah Warga Kehormatan Panglima TNI

Sumber: Dispen Marinir/Antara/Wiki
Semua foto: Dispen Marinir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar