Temuan
puluhan senjata dalam penggerebekan rumah yang diduga milik kelompok OPM
di Kampung Yongsu Spari, Distrik Revenirara, Kabupaten Jayapura, Jumat
(29/11) lalu langsung menarik perhatian Polda Papua. Apalagi, dalam
penggerebekan lanjutan, polisi juga menemukan bendera OPM yang
dikibarkan.
Kapolda Papua Irjen Pol M. Tito Karnavian dan Wakapolda Brigjen Pol Paulus Waterpau menyempatkan diri datang ke Mapolres Jayapura untuk melihat langsung senjata api (senpi) dan bom rakitan plus belasan senjata tajam (sajam) tersebut. Setelah melihat senjata itu, Kapolda menilai bom rakitan yang diamankan tersebut lebih canggih daripada bom rakitan yang pernah disita dari kelompok bersenjata di Papua.
Menurut Kapolda, yang paling berbahaya di antara seluruh barang bukti yang ditemukan Polres Jayapura adalah bom rakitan itu. Sebab, kendati berukuran kecil, bom rakitan tersebut bisa menjangkau radius 20 meter.
"Biasanya bom seperti ini kami temukan di Poso, Bima, dan Jawa Tengah dengan nama bom lontong. Tidak pernah di Papua. Kekuatannya sama dengan granat. Ledakannya bisa bikin tuli. Serpihannya bisa seperti peluru," tutur Tito kemarin (1/12).
Kepada awak media, Paulus Waterpau mengatakan, Jumat lalu polisi menerima informasi bahwa ada sekelompok orang di Kampung Yongsu yang beraktivitas mencurigakan. "Kapolres langsung memerintah anggota untuk mengecek ke sana, Sempat terjadi kontak senjata dengan mereka. Jumlah kelompok Raja Cyclop ini 20-an, tapi yang aktif hanya delapan orang. Setelah kontak senjata, mereka menghilang ke hutan," kata Wakapolda yang kemarin didampingi Kabidhumas Polda Papua AKBP Sulistyo Pudjo Hartono dan Kapolres Jayapura AKBP Roycke Harry Langie.
Paulus menduga kelompok Raja Cyclop berkaitan dengan kelompok bersenjata yang diungkap di Aimas, Sorong, April lalu. Sebab, organisasi dan senjata mereka hampir sama.
Dijelaskan, pada Jumat pukul 07.30 WIT 38 polisi tiba di Kampung Yongsu Spari dan langsung menggerebek rumah tiga orang yang diduga sebagai anggota kelompok Raja Cyclop. Dari rumah Edward Okoseray, polisi menemukan senpi dan bom rakitan. Di rumah Oktovianus Sorondonya, ditemukan mesin bubut yang diduga digunakan untuk merakit senpi. "Dari rumah Adrianus Apaseray yang dijuluki Raja Cyclop, polisi menemukan senpi rakitan, peluru, bom rakitan, dan dokumen anggota OPM," papar Paulus.
Sekitar pukul 13.00 WIT, lanjut Paulus, dua warga berinisial OY dan GA melapor ke Polsek Depapre. Mereka bilang bahwa Raja Cyclop bersama delapan orang lain turun ke kampung, menyekap sejumlah warga, dan membakar beberapa rumah. "Kami langsung berkoordinasi dengan Polsek Depapre dan kepala distrik agar mengevakuasi warga," terangnya.
Esoknya, Sabtu (30/11), polisi kembali ke tempat kejadian. Namun, ternyata tidak ada informasi tentang penyanderaan. Karena itu, Kapolres menduga laporan OY dan GA tersebut hanya digunakan untuk memancing polisi agar datang ke sana pada malamnya. Kalau polisi terpancing, mungkin akan jatuh korban.
"Saat kami ke sana esoknya, ada satu bendera bintang kejora yang dikibarkan di kantor kepala kampung. Soal Raja Cyclop yang dikabarkan tertembak, kami telah cek. Memang ada satu makam yang masih basah. Namun, kami tidak mau berspekulasi. Kami akan otopsi dulu," terang Kapolres.
Kapolres menambahkan, menurut informasi dari warga, Raja Cyclop sebelumnya merupakan kepala kampung di sana. Pada Agustus 2012 dia diganti karena tidak bisa mempertanggungjawabkan ADK.
"Berdasar analisis kami, dia sudah mengikuti kegiatan itu sejak Januari. Uang yang tidak bisa dia pertanggungjawabkan itu mungkin untuk menjalankan operasi ini. Mungkin dia ikut kelompok tersebut karena tidak lagi menjadi kepala kampung," tutur Kapolres.
Kapolda Papua Irjen Pol M. Tito Karnavian dan Wakapolda Brigjen Pol Paulus Waterpau menyempatkan diri datang ke Mapolres Jayapura untuk melihat langsung senjata api (senpi) dan bom rakitan plus belasan senjata tajam (sajam) tersebut. Setelah melihat senjata itu, Kapolda menilai bom rakitan yang diamankan tersebut lebih canggih daripada bom rakitan yang pernah disita dari kelompok bersenjata di Papua.
Menurut Kapolda, yang paling berbahaya di antara seluruh barang bukti yang ditemukan Polres Jayapura adalah bom rakitan itu. Sebab, kendati berukuran kecil, bom rakitan tersebut bisa menjangkau radius 20 meter.
"Biasanya bom seperti ini kami temukan di Poso, Bima, dan Jawa Tengah dengan nama bom lontong. Tidak pernah di Papua. Kekuatannya sama dengan granat. Ledakannya bisa bikin tuli. Serpihannya bisa seperti peluru," tutur Tito kemarin (1/12).
Kepada awak media, Paulus Waterpau mengatakan, Jumat lalu polisi menerima informasi bahwa ada sekelompok orang di Kampung Yongsu yang beraktivitas mencurigakan. "Kapolres langsung memerintah anggota untuk mengecek ke sana, Sempat terjadi kontak senjata dengan mereka. Jumlah kelompok Raja Cyclop ini 20-an, tapi yang aktif hanya delapan orang. Setelah kontak senjata, mereka menghilang ke hutan," kata Wakapolda yang kemarin didampingi Kabidhumas Polda Papua AKBP Sulistyo Pudjo Hartono dan Kapolres Jayapura AKBP Roycke Harry Langie.
Paulus menduga kelompok Raja Cyclop berkaitan dengan kelompok bersenjata yang diungkap di Aimas, Sorong, April lalu. Sebab, organisasi dan senjata mereka hampir sama.
Dijelaskan, pada Jumat pukul 07.30 WIT 38 polisi tiba di Kampung Yongsu Spari dan langsung menggerebek rumah tiga orang yang diduga sebagai anggota kelompok Raja Cyclop. Dari rumah Edward Okoseray, polisi menemukan senpi dan bom rakitan. Di rumah Oktovianus Sorondonya, ditemukan mesin bubut yang diduga digunakan untuk merakit senpi. "Dari rumah Adrianus Apaseray yang dijuluki Raja Cyclop, polisi menemukan senpi rakitan, peluru, bom rakitan, dan dokumen anggota OPM," papar Paulus.
Sekitar pukul 13.00 WIT, lanjut Paulus, dua warga berinisial OY dan GA melapor ke Polsek Depapre. Mereka bilang bahwa Raja Cyclop bersama delapan orang lain turun ke kampung, menyekap sejumlah warga, dan membakar beberapa rumah. "Kami langsung berkoordinasi dengan Polsek Depapre dan kepala distrik agar mengevakuasi warga," terangnya.
Esoknya, Sabtu (30/11), polisi kembali ke tempat kejadian. Namun, ternyata tidak ada informasi tentang penyanderaan. Karena itu, Kapolres menduga laporan OY dan GA tersebut hanya digunakan untuk memancing polisi agar datang ke sana pada malamnya. Kalau polisi terpancing, mungkin akan jatuh korban.
"Saat kami ke sana esoknya, ada satu bendera bintang kejora yang dikibarkan di kantor kepala kampung. Soal Raja Cyclop yang dikabarkan tertembak, kami telah cek. Memang ada satu makam yang masih basah. Namun, kami tidak mau berspekulasi. Kami akan otopsi dulu," terang Kapolres.
Kapolres menambahkan, menurut informasi dari warga, Raja Cyclop sebelumnya merupakan kepala kampung di sana. Pada Agustus 2012 dia diganti karena tidak bisa mempertanggungjawabkan ADK.
"Berdasar analisis kami, dia sudah mengikuti kegiatan itu sejak Januari. Uang yang tidak bisa dia pertanggungjawabkan itu mungkin untuk menjalankan operasi ini. Mungkin dia ikut kelompok tersebut karena tidak lagi menjadi kepala kampung," tutur Kapolres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar