Minggu, 15 Desember 2013

Kepala Staf TNI AL resmikan Tugu Dwikora di Nunukan



 Kepala Staf TNI AL, Marsekal TNI Marsetio (kanan), saat menyalami para pemuka adat usai meresmikan gedung Markas Komando Pangkalan TNI AL Palu, di Watusampu, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/4). Secara bertahap pangkalan itu akan dilengkapi fasilitas pendukung. Lokasi pangkalan ini sangat ideal, hampir persis di tengah Indonesia dengan "perlindungan alami" Teluk Palu yang cukup dalam. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Nunukan, Kalimantan Utara (ANTARA News) - Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, meresmikan Tugu Perjuangan Dwikora, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, yang menyimpan pesan semangat mempertahankan kedaulatan Indonesia dari ancaman luar negara. 


Komando Dwikora dikumandangkan Presiden Soekarno, setelah Malaka menjadi negara tersendiri, Malaysia, yang saat itu masih melingkupi Singapura. 

Segenap bangsa dan komponen bangsa dikerahkan untuk mewujudkan cita-cita Dwikora, yang saat ini diterjemahkan sebagai semangat mempertahankan kedaulatan negara dalam segala aspek. 

Dalam sambutannya, Marsetio mengungkapkan, keberadaan Tugu Dwikora itu bukti perjuangan para pahlawan pendahulu dalam memperjuangkan Indonesia saat berkonfrontasi dengan Malaysia pada 1964.

"Tugu ini diharapkan bisa memiliki makna khusus dan mendalam bagi generasi muda Indonesia, terutama di Kabupaten Nunukan, atas kegigihan perjuangan masa lalu merebut dan mempertahankan Indonesia dari rongrongan negara tetangga," kata dia.

Monumen ini, kata dia, telah direnovasi prajurit TNI AL yang bertugas di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, bersama pemuda dan pelajar di sana.

"Jadi keberadaan Monumen Dwikora ini menjadi kebanggaan masyarakat Nunukan dan Indonesia secara kesseluruhan," ujar dia. Dia berpesan agar keberadaan Tugu Dwikora ini bisa dirawat sepenuh hati oleh pemerintah dan masyarakat setempat.

Wakil Bupati Nunukan, Hj Asmah Gani, mengingatkan pada sejarah perjuangan mempertahankan Indonesia akibat neokolonialisme pada 3 Mei 1964, saat Presiden Soekarno menyerukan Dwi Komando Rakyat itu.

Bagi masyarakat Kabupaten Nunukan, Dwikora dan semua dinamikanya saat itu mempunyai makna sangat mendalam mengingat posisi daerah itu di garis terdepan, persis berhadapan dengan wilayah Sabah, Malaysia Timur. 

Tugu Dwikora itu berupa monumen setinggi 10 meter, dilengkapi stupa bermakna para pemberani.
Pada tiga sisinya berdiri dinding keramik, juga setinggi 10 meter, dengan tatahan tulisan besar Tugu Dwikora. 

Masih menjadi bagian integral tugu itu satu unit tank PT-76 dan meriam Howitzer 105 milimeter yang digunakan prajurit KKO (kini Korps Marinir TNI AL) saat mempertahankan Indonesia pada masa itu, juga ada bagian bangunan yang khusus menjadi galeri foto-foto perjuangan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar