Rabu, 13 April 2016

Surveillance Radar Rudal Rapier, Mampu Dialihfungsi Mendukung Peran Meriam PSU S-60 57mm TNI AD

Rapier-Missiles-3

Karena usia yang uzur, rudal Rapier memang telah purna tugas, tapi perangkat penunjang sistem rudal tersebut sampai saat ini masih tersimpan, terawat dan dapat dioperasikan oleh Arhanud TNI AD. Diantaranya adalah komponen radar blindfire, generator, fire control unit, dan unit peluncur rudal (launcher unit). Dengan ide dan kreativitas, komponen sistem rudal Rapier kini dapat ‘dibangkitkan’ dari tidurnya.

Berangkat dari kondisi tersedianya 50 peluncur rudal Rapier di empat detasemen hanud (pertahanan udara), menggerakan pihak Pusdikarhanud TNI AD untuk memaksimalkan launcher unit Rapier yang masih berfungsi baik, artinya dapat digerakkan sesuai kendali. Memaksimalkan launcher unit Rapier tentu bukan memasang konsol ini dengan jenis rudal lain, melainkan radar yang terdapat di dalam radome (kubah) dapat diutak atik untuk digunakan pada pada jenis senjata lain.

Rapier kini sudah pensiun dalam kedinasan Arhanud, sista ini kini disimpan dalam depo.
Rapier kini sudah pensiun dalam kedinasan Arhanud, sista ini kini disimpan dalam depo.

Surveillance radar terdapat di dalam kubah unit peluncur.
Surveillance radar terdapat di dalam kubah unit peluncur.

Pada stuktur launcher unit Rapier yang didesain dari konsep trailer (towed). Selain ada dudukan empat rudal, masing-masing dua peluncur di kiri dan kanan, pada bagian kubah yang tertutup didalamnya tersemat surveillance radar, peran dari surveillance radar di launcher unit juga mencakup fungsi IFF (identification friend or foe). Dengan didukung teknologi komputer pemandu, radar transmitter and receiver, plus antena berbentuk parabola, menjadikan tools pemandu yang efektif pada rudal yang meluncur menuju sasaran.

Dari komponen yang terdapat di launcher unit, surveillance radar yang ada didalam kubah dicoba dimanfaatkan oleh Arhanud TNI AD sebagai elemen penjejak bagi meriam PSU (Penangkis Serangan Udara) S-60 57 mm buatan Rusia. Surveillance radar ini digadang khusus untuk mendukung jenis meriam S-60 T.AKT (Tanpa Alat Kendali Tembak). Di lingkup Arhanud TNI AD, juga terdapat meriam S-60 57mm Retrofit.

s-60-3_20457mm

Sebagai informasi, saat awal-awal diterima dari Uni Soviet di tahun 60-an, meriam S-60 sejatinya sudah dilengkapi alat kendali tembak (fire control unit) dan radar. Fire control unit pasangan meriam S-60 adalah Puazo, dan jenis radar pengintainya adalah Son -9. Kedua komponen FCU dan radar ini terbilang kondang digunakan dalam Perang Vietnam. Di Indonesia, Puazo dan Son-9 telah menjadi besi tua sejak tahun 1980.

Puazo, inilah fire control unit yang asli untuk meriam S-60.
Puazo, inilah fire control unit yang asli untuk meriam S-60.

Melengkapi Puazo FCS, ada radar surveillance Son-9.
Melengkapi Puazo FCS, ada radar surveillance Son-9.

Tanpa peralatan tersebut, S-60 seperti mati suri karena dengan kecanggihan pesawat saat ini operator meriam bisa tidak berkutik jika mengandalkan melihat sasaran secara visual. Operator akan kesulitan melakukan proses penjejakan sampai dengan penembakan sasaran. Alat kendali tembak pada alutsista hanud mempunyai peran yang sangat vital. Tanpa alat itu, waktu reaksi operator Meriam saat ada sasaran udara jadi singkat, tidak bisa menembak seawal mungkin dan prosentase perkenaan menjadi rendah. Dengan pola bidikan optik manual, sasaran baru bisa terlihat dari jarak 5,5 Km, bahkan jarak pandang bisa jadi lebih terbatas jika penempatan meriam dikontur berbukit.

Visualisasi penembakkan meriam tanpa dukungan alat kendali tembak (tanpa radar).
Visualisasi penembakkan meriam tanpa dukungan alat kendali tembak (tanpa radar).

Baca juga: Radar Fire Finder Armed TNI AD – Pemburu Posisi Meriam Lawan

Visualisasi penembakkan meriam S-60 dengan dukungan alat kendali tembak (radar).
Visualisasi penembakkan meriam S-60 dengan dukungan alat kendali tembak (radar).

Dari etalase senjata yang ada, sampai saat ini meriam S-60 57 mm T.AKT masih terdapat 125 pucuk dalam kondisi baik, 54 pucuk dalam kondisi rusak ringan, dan 9 pucuk dalam kondisi rusak berat. Kesemuanya digelar oleh satuan Yon Arhanudse (Artileri Pertahanan Udara Sedang).

Modifikasi SurveilanceRadar Rapier (SRR) dan meriam S-60T. AKT dengan beberapa alat tambahan dimungkinkan untuk dilaksanakan. Modifikasi adalah alternatif untuk meningkatkan efektivitas sista meriam S-60 T. AKT dan memperpanjang usia pakai. Dengan sistem ini, diharapkan operator akan lebih mudah dalam proses penembakan sasaran, mempunyai waktu reaksi yang cukup, bisa lebih awal menembak sasaran serta menambah prosentase perkenaan terhadap sasaran.

Prajurit Arhanud tengah mendorong S-60 T.AKT.
Prajurit Arhanud tengah mendorong S-60 T.AKT.

Sistem dibangun dengan memanfaatkan peralatan yang tersedia dan menggabungkannya menjadi sebuah sistem baru. Peralatan yang dibutuhkan adalah:SurveilanceRadar Rapier(SRR), Meriam 57 mm S60 T.AKT, TDR/RLD, Interface(alat tambahan pada Surveilance Radar), Synchro(alat tambahan pada Meriam 57 mm S 60 T. AKT) dan Headset(untuk Danpu dan Awak Azimuth).Fungsidari tiap-tiap peralatan adalah :

SurveilanceRadar Rapier(SRR) berfungsi untuk mencari dan menemukan sasaran denganjangkauan sampai dengan radius 12 Km.
Meriam 57 mm S-60 T. AKT berfungsi untuk menembak dan menghancurkan sasaran yang telah tracking /dijejaki.
TDR/RLD berfungsi sebagai alat untuk memproses data sasaran, menunjukkan arah sasaran serta mengontrol waktu penembakan.
Interface berfungsi untuk mensinkronkan data output dari radar agar bisa dibaca oleh peralatan TDR/RLD
Synchro berfungsi sebagai alat elektro mekanik untuk mengetahui arah meriam.
Headset berfungsi untuk mendengarkan bunyi alarm dan tone bahwa arah laras meriam sudah tepat pada sasaran.

Alat peralatan disusun sesuai konfigurasi agar berfungsi optimal saat gelar Hanud. Konfigurasiyang dibutuhkan dalam 1 satuan tembak terdiri dari :1 (Satu) SurveilanceRadar Rapier, 4 (Empat) Meriam 57 mm S-60 T. AKT, 4 (Empat) TDR/RLD, 1 (Satu) interface, 4 (Empat) Synchrodan 8 (Delapan) headset.

S-60 TNI AD dalam HUT ABRI 1977, tampak meriam ditarik oleh truk Reo
S-60 TNI AD dalam HUT ABRI 1977, tampak meriam ditarik oleh truk REO.

S-60 Arhanudse TNI AD dalam sebuah uji penembakan
S-60 Arhanudse TNI AD dalam sebuah uji penembakan

Dengan sistem kendali tembak seperti ini, dapat menambah akurasi perkenaan pada target, pasalnya operator terbantu dari segi waktu. Setelah operator memasang laras meriam ke arah yang di aba-abakan Komandan pucuk, operator akan meraba ketepatan arah laras sesuai dengan tone dari alat peralatan. Jika secara manual proses dimulai dari radius 5,5 Km, dengan sistem ini proses sudah bisa dimulai dari radius 12 Km dari posisi gelar meriam. Dari aspek teknis dan taktis sudah jelas menguntungkan karena bertambahnya waktu reaksi bagi operator.

Meski dari segi usia pengabdian, S-60 sudah terbilat sangat tua, dalam gelar taktis S-60 dapat mendukung konsep senjata komposit hanud TNI, yakni kombinasi rudal dan kanon/meriam. Semakin banyak alutsista yang digelar maka akan semakin padat hamburan peluru di udara dan akan saling menutupi kelemahan satu dengan yang lainnya.(Gilang Perdana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar