Minggu, 24 April 2016

Sukhoi 35: 4 Pesawat Bisa Hancurkan Kota Sebesar Jakarta

Sukhoi-SU-35-

Demi memperkuat pertahanan dalam negeri, TNI telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) tahap kedua. Program ini disusun agar TNI bisa mendapatkan kekuatan pokok minimum atau dikenal dengan sebutan Minimum Essential Force (MEF).

Untuk memenuhi program tersebut, modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) terus digenjot, utamanya menggantikan mesin-mesin perang yang telah uzur dimakan usia, sehingga Indonesia bisa kembali disegani tak hanya di Asia Tenggara, tapi juga di dunia.

Sebagai salah satu alat pertahanan, TNI Angkatan Udara juga ambil bagian dalam program ini. TNI AU berniat mengganti jet tempur F-5 Tiger II yang sudah menjaga langit Indonesia sejak 1980-an, dan sempat dinonaktifkan sebelum akhirnya difungsikan kembali.

Niat TNI AU mengganti F-5 Tiger itu membuat pabrikan jet tempur dunia berlomba-lomba agar TNI AU melirik produk-produk mereka. Mulai dari Saab JAS 39 Gripen, Dasault Rafale, Eurofighter, F-16 Viper maupun Su-35. Setelah tarik ulur, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan tertarik untuk membeli Su-35 buatan Sukhoi, Rusia.

su-35 indonesia
Su-35

Kenapa Su-35, bukan F-16 Viper atau produk lainnya?

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna mengungkap alasan memilih Sukhoi Su-35 dibanding F-16. Meski, kecanggihan dan keampuhan F-16 selama mengudara telah sangat teruji, dan disukai banyak negara, termasuk Indonesia.

Lewat buku otobiografinya berjudul “Dingo: Menembus Limit Angkasa”, karya Bambang Setiawan dan Budiawan Sidik Arifianto yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas, tahun 2016, Marsekal Agus membeberkan alasan-alasan menjatuhkan pilihan terhadap pesawat Sukhoi.

Sebagai salah satu penerbang Indonesia, Marsekal Agus mengaku sudah paham betul dengan karakteristik setiap pesawat yang sudah diterbangkannya. Mulai dari pesawat latih, A-4 Skyhawk, F-5 Tiger hingga F-16. Dia juga telah merasakan ketangguhan Sukhoi sebelum menjatuhkan pilihannya.

Marsekal Agus mengungkapkan, baik F-16 Viper hingga Su-35 merupakan pesawat generasi keempat, kemampuannya tidak jauh berbeda. Salah satu perbedaan mendasar adalah dari segi kenyamanan bagi pilot yang menerbangkannya.


“Kalau yang paling nyaman untuk duduk, F-16 buatan Amerika. Kalau buatan Rusia, untuk duduk enggak enak,” ungkap Marsekal Agus.

Namun, untuk ketangguhan, Sukhoi dinilai lebih bandel dibanding kompetitor terdekat, F-16. Apalagi, jet tempur Rusia ini memang dibuat khusus untuk bertempur.

“F-16 kalau terbang di bawah 150 knot harus hati-hati, salah handle sedikit dia bisa masuk inefisien. Kalau Sukhoi kuat, hebat, tapi duduknya enggak nyaman. Rusia memang membuat pesawat ya untuk perang,” ujarnya.

Satu hal yang membuat Marsekal Agus merasa jatuh hati dengan Sukhoi adalah kemampuannya mengunci sejumlah target di darat maupun udara secara bersamaan. Bahkan, Marsekal Agus sampai memberi contoh, Jakarta bisa diluluhlantakkan dengan hanya menerbangkan empat Sukhoi untuk melepaskan 18 bom.

Ketika menjadi Pangkoopsau II, KSAU juga melihat secara langsung kemampuan Sukhoi dalam bermanuver di udara. Setelah melakukan loop-loop berbahaya, jet tempur ini bisa tetap melesat tanpa khawatir mesin mati hingga terjatuh.

“Loop-loopnya bisa begitu lho, patah-patah, hebat benar,” puji KSAU.

Su-35 juga diyakini bisa menandingi F-35 buatan AS yang masih dalam pengembangan. Pesawat F-35 yang merupakan generasi keempat buatan Lockheed Martin memiliki teknologi canggih dan tak terdeteksi radar. Kemampuan itu membuat harganya melambung tinggi.

“Tapi untuk manuver enggak lincah,” ucapnya singkat.

Selain unsur kemampuan pesawat. Aspek geopolitik juga menjadi pertimbangan sebelum menjatuhkan pilihannya. Apalagi pengalaman saat Indonesia diembargo, membuat banyak jet tempur terpaksa dikanibalisasi hingga tidak lagi mampu terbang karena minimnya suku cadang.

Sumber : Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar