Minggu, 24 April 2016

Keluarga dan Negara, Kisah di Balik Kehidupan Seorang Pilot Militer Wanita

Keluarga dan Negara, Kisah di Balik Kehidupan Seorang Pilot Militer Wanita 
Kapten Ambar (Foto: dok pribadi) 
 
Penerbang pesawat CN-235 wanita, Kapten Pnb Sekti Ambarwaty, kerap meninggalkan buah hatinya saat bertugas. Tak ayal, puteranya sesekali ngambek dan itu menjadi duka dalam pekerjaannya.
"Karena saya seorang ibu, mau nggak mau dengan profesi yang sekarang sering kali meninggalkan anak," ungkap perempuan yang akrab disapa Ambar itu saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (23/4/2016) malam.
Tugas dan risiko pekerjaannya itu memaksa Ambar harus mempekerjakan seorang asisten rumah tangga untuk membantunya menjaga putera semata wayangnya, Atha Pratama Sudi Ambara yang baru berusia 3,5 tahun. Apalagi suami Ambar juga sama-sama prajurit TNI AU yang bekerja sebagai navigator pesawat Hercules di Skadron 31 Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.
Lalu hal berat apa yang paling terasa oleh Ambar saat harus meninggalkan anaknya?
"Kondisi suami juga terbang. Dulu pernah kita masih berusaha gantian, tapi sekarang kondisi sudah nggak bisa gitu. Maka kita minta bantuan asisten rumah tangga. Sekarang anak sudah bisa mulai protes, pas malam nggak mau dikeloni bundanya," cerita Ambar.
Kapten Ambar
Kondisi seperti ini terjadi jika perempuan asal Malang tersebut agak lama meninggalkan sang buah hati. Tapi kalau Ambar lalu sudah cukup lama berada di rumahnya dan menghabiskan waktu bersama, maka puteranya akan kembali biasa.
"Kalau sudah sering ditunggui mau lagi. Makanya kalau pas lagi libur, tapi ayah nya lagi terbang saya disuruh jalan sama anak," ucapnya.
Ambar yang bertugas di Skadron 2 Lanud Halim Perdana Kusuma mengawali kariernya sebagai Wara dari jalur bintara. Baru bertugas selama 8 bulan, pada tahun 2005 ia diminta atasannya untuk mengikuti pendidikan di sekolah penerbang TNI AU.
Kapten Ambar dan keluarga
Meski sebagai wanita Ambar memiliki posisi yang cukup tinggi sebagai penerbang, itu tidak menciptakan ada 'gap' dengan suaminya, Kapten Nav Prasetyo Sudi Wicaksono. Sama-sama memiliki tugas yang berat dengan suami, diakui ibu satu anak itu, sudah diputuskan keduanya sejak awal sebelum menikah.
"Kita sering ngobrol, memang berat. Tapi sudah konsekuensi. Sebelum nikah sudah tahu, makanya aku nyarinya sama-sama dari TNI AU, biar nggak susah memberi pengertian," tutur Ambar sambil tertawa.
Awalnya ia memang tidak pernah bercita-cita menjadi seorang penerbang. Namun bukan berarti karirnya tidak membuat Ambar bersyukur. Apalagi keluarga semuanya memberikan dukungan. Sebab support dari orangtua, adalah modal utamanya dalam meniti karirnya itu.
"Orangtua support, makanya setiap saya sebelum mau terbang, saya selalu hubungi ibu, ibu mertua, minta doanya," kata Ambar.
Memang diakuinya bahwa pekerjaannya memiliki tingkat risiko tinggi. Maka tak heran keluarga kerap khawatir, sehingga jika ada berita kecelakaan pesawat, otomatis keluarga langsung segera menghubunginya.
"Kalau ada berita-berita insiden, mereka akan langsung telepon saya, maka sebisanya begitu mau terbang atau selesai terbang sayang langsung beri kabar, supaya mereka tidak khawatir," terang lulusan tahun 2007 Sekolah Penerbang TNI AU tersebut.
Bekerja di bidang yang rata-rata didominasi pria, tak membuat Ambar kecil hati. Ia justru bersyukur dapat menjadi bagian dari emansipasi wanita. Sebagai Kartini era modern, Ambar punya pesan bagi wanita-wanita di Indonesia.
"Sekarang sudah banyak sekali pekerjaan yang dulu jarang, sekarang sudah digeluti perempuan. Tapi yang penting, kita tidak lupa akan kodratnya sebagai perempuan. Mampu manage waktu. Menjalani tugas seorang ibu, istri, sekaligus pforesi, walau saya akui itu memang sangat berat," terang Ambar.
Namun ia yakin, bahwa wanita super akan mampu menjalaninya sebab perempuan dianugerahi memiliki kemampuan multitasking. Satu pesan Ambar lagi, bahwa meski mampu menjalani tugas dan tanggung jawab sekaligus, tetap pimpinan adalah suami sebagai kepala keluarga.
"Tidak mendominasi. Kita punya suami, mereka punya tanggung jawab yang lebih besar. Makanya kita harus melakukan hal-hal yang bisa support," ungkap Ambar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar