Untuk menjajal kemampuan sistem senjata pertahanan udara, keberadaan target drone mutlak diperlukan dalam simulasi latihan tempur unit arhanud. Dan masih diselimuti atmosfir hangatnya gesekan di Laut Cina Selatan, pada Kamis siang lalu (31/3/2016), warga Batam, Kepulauan Riau digemparkan dengan kabar ditemukannya drone bersayap delta yang jatuh di Selat Philps, kawasan perbatasan RI – Singapura.
Meski sempat menjadi polemik dan muncul dugaan sedang ada upaya mata-mata negara tetangga, namun setelah ditelaah, bisa dipastikan yang ditemukan di perairan Selat Philips adalah drone jenis Meggit BTT-3 Banshee. Drone besutan Inggris yang kini diproduksi Meggitt Defence Systems, memang dirancang sebagai target drone (drone sasaran tembak) untuk menguji kesiapan rudal hanud (pertahanan udara) dan kanon/meriam PSU (penangkis serangan udara).
Drone Banshee dengan parasut yang masih melekat.
Bilah propeller.
Meski digadang sebagai sasaran tembak, namun jangan anggap sepele Banshee, layaknya drone yang operasional di unit intai, Meggit BTT-3 Banshee dapat dikendalikan manuvernya dari GCS (Ground Control Station). Tak itu saja, Banshee juga dibekali payload avionic command and control digital, jika diperkukan payload juga dapat dipasangi perangkat kamera ala drone surveillance. Tak heran jika berdasarkan pengakuan warga yang menemukan, drone ini dikabarkan juga dilengkapi kamera.
Dengan kelengkapan fitur diatas, maka operator rudal hanud akan mendapat tantangan keras untuk menghancurkan Banshee yang dikendalikan dari darat. Dikutip dari situs resminya, Meggit BTT-3 Banshee disebut bisa menjalankan moda full autonomous dengan waypoint GPS dan navigasi semi otomatis. Lantas mengapa ditemukan parasut pada sosok drone bersayap warna kuning ini? Meggit BTT-3 Banshee tidak dilengkapi roda pendarat seperti halnya drone UAV Wulung, maka jika misi telah tuntas dan drone bisa selamat dari incaran tembakan PSU, selanjutnya mesin drone dapat ‘dimatikan’ di udara dan parasut akan mengembang agar drone bisa jatuh dengan aman ke permukaan.
Tidak dilengkapi roda, Target drone ini diluncurkan lewat catapult (pelontar).
Banshee milik Brunei Darussalam.
Drone ini juga dirancang aman saat jatuh di air, materialnya yang kedap dan ringan, menjadikan Banshee dapat mengambang saat mendarat air. Dan inilah yang terjadi dengan drone Banshee yang ditemukan pada Kamis lalu.
Dirunut dari sejarahnya, Meggit BTT-3 Banshee telah dikenal sebagai target drone sejak awal dekade 80-an. Sebelum diproduksi Meggitt Defence Systems, drone ini digarap oleh Target Technology Ltd, perusahaan asal Inggris ini berangkat sebagai pengembang mesin ringan untuk drone. Kemudian pada tahun 1983, perusahaan ini baru resmi mempunyai desain drone sendiri.
Dirancang sebagai target drone yang mumpuni, Banshee dibangun dari material komposit, gabungan dari Kevlar dan glass-reinforced plastic. Struktur rancangan bodinya dilengkapi sirip ekor dan sayap model delta. Tentang dapur pacu, drone Banshee ditenagai mesin propeller 342 cc Normalair-Garrett two-cylinder two-stroke dengan tenaga 26 HP. Soal performa, drone target ini dapat melesatr maksimum hingga 200 km per jam. Sementara endurance di udara ada di rentang 1 jam 15 menit sampai 3 jam, tergantung setting misi. Ketinggian terbang maksimum sampai 7.010 meter.
Drone dengan balutan cat warna oranye ini juga dapat ditambahkan perangkat radar, flare/chaff disepense, dan pengecoh sasaran lainnya. Guna benar-benar menciptakan kondiri real pertempuran dalam berbagai medan, Banshee (Banshee 300) dapat di setting untuk bertindak sebagai rudal anti kapal, ini artinya drone dapat mengudara dalam moda sea skimming, terbang rendah daiatas permukaan laut guna mengindari radar. Lebih hebat lagi, Banshee (Banshee 400) juga dapat di setting sebagai drone pengintai, lengkap dengan kamera.
Dalam penugasaan, Banshee sudah banyak melayani uji coba penembakkan dari berbagai senjata. Mulai masuk kedinasan AD Inggris pada pertengahan tahun 1980, Banshee pernah digadang sebagai sasaran rudal Blowpipe dan Javelin. Rudal-rudal lainnya yang pernah memanfaatkan jasa Banshee diantaranya Chaparral, Crotale, Rapier, dan kanon CIWS (Close in Weapon System) Phalanx. Dikutip dari Wikipedia.com, Banshee sampai saat ini telah diproduksi 5.000 unit dan sudah digunakan oleh 40 negara.
Di lingkup ASEAN, Malaysia dan Brunei Darussalam adalah pengguna Banshee. Brunei misalnya, negara kaya minyak ini sudah menggunakan Banshee sejak 1987 dan menambahnya pada 2010 dengan memesan Banshee 600. Sedangkan Malaysia sendiri sudah menandatangi kontrak senilai 0.6 juta dengan Meggitt Defence Systems pada September 2012, untuk pengadaa Banshee Aerial Target Systems selama lima tahun, lengkap dengan pelatihannya.
Berdasarkan dugaan yang rasional, drone ini mungkin sedang digunakan oleh Malaysia atau Brunei dalam uji tembak rudal, namun drone jatuh ke laut dan hanyut hingga terbawa arus ke perairan Indonesia. Namun Indonesia harus tetap waspada, karena Meggitt ternyata mengembangkan Banshee dengan kemampuan tambahan jika diperlukan, ya termasuk untuk misi intai terbatas. (Gilang Perdana)
Spesifikasi
– Length: 2,84 m
– Wingspan: 2,49 m
– Height: 0,86 m
– Empty weight: 39 kg
– Gross weight: 73 kg
– Powerplant: 1 × Norton P73 Wankel rotary engine
– Maximum speed: 200 km/h
– Endurance: 1 hour 15 minutes
– Service ceiling: 7,010 m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar