Meski tak seriuh kompetisi pengadaan jet tempur pengganti F-5 E/F
Tiger II, modernisasi alutsista pada sistem radar militer cukup menarik
dicermati, mengingat rencana program penambahan 12 unit radar baru untuk
memperkuat Kohanudnas (Komando Pertahanan Udana Nasional) yang digadang
untuk dipenuhi dalam tiga periode MEF (Minimum Essential Force).
Seperti diketahui, saat ini Kohanudnas memiliki radar militer organik
dengan jumlah 20 unit yang tersebar di unit Satrad (Satuan Radar).
Sementara dari hasil analisa kebutuhan minimum, seharusnya untuk meng-
cover
pengawasan ruang udara NKRI dibutuhkan 32 unit radar, di luar radar
yang dikelola sipil. Berangkat dari kebutuhan Kohanudnas, dan mengingat
harga radar yang sangat mahal, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI
berupaya memenuhi kebutuhan radar dalam tiga tahap rencana strategis
(renstra).
Pada tahap pertama Kemhan akan membeli empat radar, tahap kedua
membeli empat radar, dan tahap ketiga juga empat radar.Renstra MEF tahap
pertama berlangsung pada 2010 hingga 2014, tahap dua 2015-2019, dan
tahap tiga 2020-2024. Beberapa jenis radar surveillance baru di MEF I
memang telah hadir di Tanah Air, sebut saja dua unit radar Weibel dari
Denmark, radar MSSR 2000-I dari Perancis, dan radar MLAAD-SR dari Cina.
Radar AN/TPS-77 Australia.
Radar AN/FPS-117.
Nah, kelanjutan delapan unit radar intai yang masuk MEF II dan MEF II
kini tengah masuk dalam finalisasi, meski palu belum diketok oleh
Kemhan, karena ada persyaratan ToT (
Transfer of Technology)
yang ketat. Namun salah satu pemasok radar yang santer akan memperkuat
sistem radar Kohanudnas adalah Lockheed Martin dari Amerika Serikat.
Sejak tahun 2010 Radar Surveillance System Lockheed Martin
Corporation telah melakukan beberapa pembicaraan dengan TNI AU, dan
telah melalui pengkajian dari KKIP mengenai kemungkinan alih teknologi.
Sehingga radar ini nantinya dapat dibangun sendiri di Industri
Pertahanan dalam negeri dalam hal ini CMI. Saat ini Lockheed Martin
Corporation telah bekerjasama dengan PT CMI Teknologi dalam pembuatan
suku cadang untuk dipasarkan ke negara lain. Lockheed Martin Corporation
juga telah mendapatkan izin dari Pemerintah AS untuk bekerjasama dalam
ToT dengan Indonesia dalam hal membangun serta menjual produk suku
cadang itu ke negara lain yang membutuhkan.
Tentang jenis radar yang ditawarkan untuk Kohanudnas adalah tipe
AN/TPS-77 (AN/FPS-117), yaitu radar yang punya peran sebagai long range
air surveillance. Dari segi desain, AN/TPS-77 dirancang bisa mobile dan
portable, termasuk ditempatkan dalam platform truk, mobilitas radar ini
juga dapat dipindahkan dengan pesawat angkut sekelas C-130 Hercules.
Sementara AN/FPS-117 adalah versi AN/TPS-77 yang dirancang sebagai
sebagai
fixed radar dan ditempatkan pada satu titik tertentu.
Radar AN/TPS-77 di platform truk.
Instalasi radar FPS-117 pada radome (kubah) pelindung.
Operator radar FPS-117.
AN/TPS-77 mengadopsi teknologi AESA (Active Electronic Elevation
Scanning Array) dengan frekuensi 1215 – 1400 Mhz. Transmsinya
menggunakan jenis solid state dengan power frekuensi radio 19,9 Kw.
Antena bekerja dengan dual scan rate, 5/10 atau 6/12 RPM. Bagaimana
dengan jangkauan deteksi, radar AN/TPS-77 dengan
search elevation -6 sampai 20 derajat dan
track elevation -6 sampai 50 derajat, dapat mengendus sasaran pada jarak 300 – 470 Km, dan ketinggian deteksi maksimum 30,5 Km.
Dari sisi performa, radar ini dapat beroperasi secara maksimal dengan
akurasi 99,5%, sementara masa penggunaan radar ini hingga 2.000 jam.
Untuk proses penggantian dan perbaikan komponen yang
aus, pihak Lockheed Martin dalam rilis menyebut hanya dibutuhkan waktu kurang dari 45 menit.
Selain digunakan di Indonesia, sistem radar ini juga sudah diadopsi
oleh Australia, Belgia, Brazil, Kroasia, Denmark, Estonia, Jerman,
Hungaria, Islandia, Irak, Italia, Yordania, Kuwait, Latvia, Pakistan,
Romania, Saudi Arabia, Singapore, Korea Selatan, Taiwan, Thailand,
Yunani dan Inggris. Radar ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1980,
dikutip dari Wikipedia.com, Australia sudah mengoperasikan AN/TPS-77
sejak tahun 2007.
(Gilang Perdana)