Kamis
sore kemarin, penulis mendapat tilpon dari salah satu produser Metro
TV, mengundang untuk acara talk show soal teror politik ke jajaran PDIP.
Suatu yang istimewa, talk show kali ini dilaksanakan tidak di studio
Metro TV tetapi di Kantor DPP PDIP Kebagusan Jakarta Selatan. Acara yang
dipandu presenter senior Indra Maulana menarik, menyangkut informasi
adanya teror politik terhadap dua tokoh PDIP, Bu Mega serta Jokowi.
Acara pada jam prime time tersebut
dibuka oleh Sekjen PDIP, Pak Tjahjo Kumolo yang menyampaikan adanya
orang tak dikenal yang menyusup ke rombongan Bu Mega dalam sebuah
kegiatan, bahkan menyusup ke kendaraan, yang bersangkutan juga diketahui
menempel hingga kekediaman Bu Mega di Teuku Umar dan menumpang ke
toilet.
Dalam acara yang diberi judul "Melawan
teror politik," Pak Tjahjo juga mengatakan bahwa Jokowi sebagai salah
seorang tokoh PDIP mengaku telah disadap. Penyadapan katanya dilakukan
di rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati Nomor 7 Menteng, Jakarta
Pusat.
Menarik topik pembahasan sore itu.
Setelah Sekjen PDIP menjelaskan dua kasus yang berbau teror politik,
Indra Maulana menanyakan kepada penulis mengapa terjadi penyadapan,
apakah aparat keamanan tidak bisa mengamankannya. Dan juga kira-kira apa
latar belakang itu semua. Penulis menjelaskan dengan singkat tentang
kedudukan Bu Mega serta Jokowi sebagai sosok yang seksi untuk di inteli,
dicari keputusannya.
Pada artikel ini penulis mencoba
mengulas lebih lebar dua kasus tersebut. Menjelang 48 hari pemilu
legislatif, kini Bu Mega dan Jokowi memang menjadi target utama yang
sangat dibutuhkan informasinya, disebut sebagai target yang seksi
ataupun prominent target. Karena PDIP diprediksi akan menjadi parpol
terkuat pada pemilu 2014 ini, setelah dalam satu dekade lalu bertapa
dan kukuh menjadi oposisi. Banyak pihak yang berkepentingan dengan
keputusan Megawati, siapa yang akan dicalonkan PDIP menjadi capres.
Dicalonkannya Bu Mega atau Jokowi akan merubah peta politik serta posisi
parpol lainnya dan jelas itu akan berpengaruh kepada strategi
pemenangan masing-masing parpol lainnya. Demikian kesimpulan beberapa
lembaga survei pada akhir-akhir ini.
Disinilah kekuatan Megawati sebagai
pelaku politik di Indonesia. Terus diam dan menjaga rahasia sesuai
keputusan yang dibuat, bahwa capres PDIP baru akan diumumkan setelah
pemilu legislatif tanggal 9 April 2014. Hal ini yang membuat panas
dingin beberapa pihak yang berkepentingan. Karena itu kegiatannya
rupanya ada yang menguntit, untuk mencoba mendengarkan pembicaraan
dikalangan PDIP itu sendiri, syukur-syukur dari Bu Mega sendiri.
Nampaknya pelaku adalah orang yang menurut penulis sebagai intel
melayu. Intel gaya lama, yang sudah kadaluarsa, tidak memahami teori
penetrasi dan infiltrasi. Jajaran PDIP apabila memahaminya akan mudah
mengatasi hal-hal seperti itu apabila sistem pengamanan terhadap Ketua
Umum dilakukan sesuai prosedur.
Lantas mengapa Jokowi disadap? Jokowi
adalah tokoh PDIP yang setelah menjadi Gubernur DKI Jakarta dengan
beberapa langkah simpatiknya kemudian menjadi salah satu tokoh yang
diidolakan oleh masyarakat, menjadi capres bayangan dan menjadi media
darling. Menurut beberapa lembaga survei, elektabilitasnya menjadi yang
terkuat dibandingkan para tokoh senior yang akan maju sebagai capres.
Nah, dengan masih misteriusnya keputusan Ketua Umum PDIP, maka banyak
pihak berkepentingan yang ingin mengetahui dimana dan apa pemikiran
serta langkah Jokowi menjelang pemilu.
Ada tiga kelompok yang terbagi, pertama
mereka yang mendukungnya menjadi capres, terserah mau lewat PDIP ataupun
parpol lainnya, yang penting Jokowi terus maju, karena mereka yakin
akan menang. Kedua mereka yang tidak suka dengan Jokowi, dianggap
sebagai saingan berat atau ada yang mempunyai alasan lainnya. Menilai
latar belakang pendukungnya yang mungkin tidak disukai, hingga arah
Jokowi diperkirakan menjadi tidak sesuai dengan idealismenya. Ketiga
adalah kelompok yang acuh dan hanya menjadi penonton semata, tidak
peduli, bahkan ada yang yang akan menjadi golput.
Nah, kemudian terjadilah kasus
penyadapan itu. Menurut Jokowi sebenarnya peyadapan diketahuinya sejak
bulan Desember tahun lalu, dimana ditemukan alat sadap di rumah dinasnya
sebanyak 3 buah. Disampaikan oleh Jokowi, "Ya kan ada detektornya,
Desember lalu. Saya diem aja, saya sebenarnya nggak mau bicara masalah
ini. Di rumah dinas, nemu tiga, di kamar tidur, ruang tamu pribadi,
ruang makan untuk rapat," kata Jokowi kepada wartawan di Balai Kota DKI
Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Jadi memang seperti pengakuannya, rumah
dinas Gubernur Jokowi telah dipasangi alat sadap yang berfungsi sebagai
pemancar dan kemudian penyadap memonitor dan merekamnya dari tempat
tertentu yang hanya beberapa ratus meter saja. Kini alat-alat sadap mini
banyak dijual bertebaran di pasar bebas, sebagai contoh misalnya alat
sadap microphone pre-amplifier; frekuensinya VHF 146 – 170 MHz;
jarak control 300 meter dalam kondisi normal dan 500 meter di tempat
terbuka; ukurannya 40x20x5 mm sebesar coin baju, menggunakan daya power
DC 9 volt, daya 10 mW. Ada juga yang disamarkan dalam bentuk adapter
listrik. bentuk pena, bahkan ada yang berbentuk socket listrit (PINHOLE 1/3” microcamera).
Akan tetapi penyadapan yang kini marak
dilakukan dengan berkemampuan intelijen adalah menyadap semua kegiatan
si target, misalnya HP, tilpon rumah, komputer, internet, dan bahkan
game-game di komputer juga disadap. Oleh karena itu memang sulit bagi
seseorang yang sudah di masukkan sebagai TO (Target Operasi) untuk bisa
lolos dari upaya penyadapan. Sesuai pengakuan Jokowi, alat sadap yang
ditemukan berada di kamar tidur, ruang tamu dan ruang makan untuk rapat.
Ketiga lokasi tersebut diperkirakan penyadap merupakan tempat Jokowi
berbicara khusus, dengan isterinya, dengan tamu dan juga dengan mereka
yang rapat dirumahnya. Pada umumnya orang Indonesia sering berdiskusi
dengan isterinya khususnya di kamar tidur.
Mestinya hal tersebut tidak bisa
dianggap ringan, karena Jokowi adalah Gubernur DKI aktif, dia juga
dianggap sangat kuat sebagai capres alternatif. Karena itu penyadapnya,
bisa dari lawan politiknya, pesaing, atau bahkan bisa juga dari mereka
yang berkepentingan dengan posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sulit
apabila sebagai pihak yang disadap kemudian Jokowi tidak melaporkan ke
pihak berwenang. Dalam kasus ini Wamenhan Letjen (Pur) Syafrie Syamsudin
menyatakan bahwa jajaran Kemenhan tidak terlibat dalam penyadapan
tersebut. Memang diketahui Lembaga Sandi Negara adalah institusi dibawah
Kemenhan.
Kesimpulannya, Bu Mega dan Jokowi memang
menjadi target yang sangat dibutuhkan keterangannya, disadap karena
dinilai seksi, informasi keduanya diperkirakan akan berpengaruh dan
menentukan masa depan bangsa dan negara ini. Sebaiknya juga kita jangan
melupakan, bahwa badan intelijen asing juga terus menyadap elit politik
di Indonesia. Sebagai contoh, badan intelijen Australia (ASD) menyadap
sebuah Firma di AS yang mewakili Indonesia dalam sengketa eksport rokok
dan udang di AS. Pemilu dan pilpres 2014 nilainya jauh dan sangat
lebih penting untuk disadap dibandingkan nilai persaingan dagang
tersebut, jadi sangat mungkin disadap.
Para capres, elit politik serta para
pejabat yang masih memegang amanah sebaiknya juga waspada, tidak bisa
memandang ringan urusan sadap menyadap ini. Penyadapan terhadap Jokowi
hanyalah sampel sebongkahan es di puncak gunung es besar di laut yang
luas dan dalam, sementara gunungnya tidak nampak karena berada dibawah
laut. Yang pasti si penyadap akan selalu berada satu, dua atau bahkan
lima langkah dimuka target. Dalam sebuah penilaian dari keilmuan
intelijen, penyadapan kini bukan hanya trend tetapi kita sebaiknya
melihatnya sebagai sebuah ancaman yang sangat serius, bukan hanya bagi
para pejabat belaka, ancaman serius bagi bangsa ini.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar