Sabtu, 22 Februari 2014

Trend Penyadapan Marak, Jokowi Disadap

 
Kamis sore kemarin, penulis mendapat tilpon dari salah satu produser Metro TV, mengundang untuk acara talk show soal teror politik ke jajaran PDIP. Suatu yang istimewa, talk show kali ini dilaksanakan tidak di studio Metro TV tetapi di Kantor DPP PDIP Kebagusan Jakarta Selatan. Acara yang dipandu presenter senior Indra Maulana menarik, menyangkut informasi adanya teror politik terhadap dua tokoh PDIP, Bu Mega serta Jokowi.
Acara pada jam prime time tersebut dibuka oleh Sekjen PDIP, Pak Tjahjo Kumolo yang menyampaikan adanya orang tak dikenal yang menyusup ke rombongan Bu Mega dalam sebuah kegiatan, bahkan menyusup ke kendaraan, yang bersangkutan juga diketahui menempel hingga kekediaman Bu Mega di Teuku Umar dan menumpang ke toilet.
Dalam acara yang diberi judul "Melawan teror politik," Pak  Tjahjo juga mengatakan bahwa Jokowi sebagai salah seorang tokoh PDIP mengaku telah disadap. Penyadapan katanya dilakukan di rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati Nomor 7 Menteng, Jakarta Pusat.
Menarik topik pembahasan sore itu. Setelah Sekjen PDIP menjelaskan dua kasus yang berbau teror politik, Indra Maulana menanyakan kepada penulis mengapa terjadi penyadapan, apakah aparat keamanan tidak bisa mengamankannya. Dan juga kira-kira apa latar belakang itu semua. Penulis menjelaskan dengan singkat tentang kedudukan Bu Mega serta Jokowi sebagai sosok yang seksi untuk di inteli, dicari keputusannya.
Pada artikel ini penulis mencoba mengulas lebih lebar dua kasus tersebut. Menjelang 48 hari pemilu legislatif, kini Bu Mega dan Jokowi memang menjadi target utama yang sangat dibutuhkan informasinya, disebut sebagai target yang seksi ataupun prominent target. Karena PDIP diprediksi akan menjadi parpol terkuat pada pemilu 2014 ini,  setelah dalam satu dekade lalu bertapa dan kukuh menjadi oposisi. Banyak pihak yang berkepentingan dengan keputusan Megawati, siapa yang akan dicalonkan PDIP menjadi capres. Dicalonkannya Bu Mega atau Jokowi akan merubah peta politik serta posisi parpol lainnya dan jelas itu akan berpengaruh kepada strategi pemenangan masing-masing parpol lainnya. Demikian kesimpulan beberapa lembaga survei pada akhir-akhir ini.
Disinilah kekuatan Megawati sebagai pelaku politik di Indonesia. Terus diam dan menjaga rahasia sesuai keputusan yang dibuat, bahwa capres PDIP baru akan diumumkan setelah pemilu legislatif tanggal 9 April 2014. Hal ini yang membuat panas dingin beberapa pihak yang berkepentingan. Karena itu kegiatannya rupanya ada yang menguntit, untuk mencoba mendengarkan pembicaraan dikalangan PDIP itu sendiri, syukur-syukur dari Bu Mega sendiri. Nampaknya pelaku adalah orang yang menurut penulis  sebagai intel melayu. Intel gaya lama, yang sudah kadaluarsa, tidak memahami teori penetrasi dan infiltrasi. Jajaran PDIP apabila memahaminya akan mudah mengatasi hal-hal seperti itu apabila sistem pengamanan terhadap Ketua Umum dilakukan sesuai prosedur.
Lantas mengapa Jokowi disadap? Jokowi adalah tokoh PDIP yang setelah menjadi Gubernur DKI Jakarta dengan beberapa langkah simpatiknya kemudian menjadi salah satu tokoh yang diidolakan oleh masyarakat, menjadi capres bayangan dan menjadi  media darling. Menurut beberapa lembaga survei, elektabilitasnya menjadi yang terkuat dibandingkan para tokoh senior yang akan maju sebagai capres. Nah, dengan masih misteriusnya keputusan Ketua Umum PDIP, maka banyak pihak berkepentingan yang ingin mengetahui dimana dan apa pemikiran serta langkah Jokowi menjelang pemilu.
Ada tiga kelompok yang terbagi, pertama mereka yang mendukungnya menjadi capres, terserah mau lewat PDIP ataupun parpol lainnya, yang penting Jokowi terus maju, karena mereka yakin akan menang. Kedua mereka yang tidak suka dengan Jokowi, dianggap sebagai saingan berat atau ada yang mempunyai alasan lainnya.  Menilai latar belakang pendukungnya yang mungkin tidak disukai, hingga arah Jokowi diperkirakan menjadi tidak sesuai dengan idealismenya. Ketiga adalah kelompok yang acuh dan hanya menjadi penonton semata, tidak peduli, bahkan ada yang yang akan menjadi golput.
Nah, kemudian terjadilah kasus penyadapan itu. Menurut Jokowi sebenarnya peyadapan diketahuinya sejak bulan Desember tahun lalu, dimana ditemukan alat sadap di rumah dinasnya sebanyak 3 buah. Disampaikan oleh Jokowi, "Ya kan ada detektornya, Desember lalu. Saya diem aja, saya sebenarnya nggak mau bicara masalah ini. Di rumah dinas, nemu tiga, di kamar tidur, ruang tamu pribadi, ruang makan untuk rapat," kata Jokowi kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Jadi memang seperti pengakuannya, rumah dinas Gubernur Jokowi telah dipasangi alat sadap yang berfungsi sebagai pemancar dan kemudian penyadap memonitor dan merekamnya dari tempat tertentu yang hanya beberapa ratus meter saja. Kini alat-alat sadap mini banyak dijual bertebaran di pasar bebas, sebagai contoh misalnya alat sadap microphone pre-amplifier; frekuensinya VHF 146 – 170 MHz; jarak control 300 meter dalam kondisi normal dan 500 meter di tempat terbuka; ukurannya 40x20x5 mm sebesar coin baju, menggunakan daya power DC 9 volt, daya 10 mW. Ada juga yang disamarkan dalam bentuk adapter listrik. bentuk pena, bahkan ada yang berbentuk socket listrit (PINHOLE 1/3” microcamera).
Akan tetapi penyadapan yang kini marak dilakukan dengan berkemampuan intelijen adalah menyadap semua kegiatan si target, misalnya HP, tilpon rumah, komputer, internet, dan bahkan game-game di komputer juga disadap. Oleh karena itu memang sulit bagi seseorang yang sudah di masukkan sebagai TO (Target Operasi) untuk bisa lolos dari upaya penyadapan. Sesuai pengakuan Jokowi, alat sadap yang ditemukan berada di kamar tidur, ruang tamu dan ruang makan untuk rapat. Ketiga lokasi tersebut diperkirakan penyadap merupakan tempat Jokowi  berbicara khusus, dengan isterinya, dengan tamu dan juga dengan mereka yang rapat dirumahnya. Pada umumnya orang Indonesia sering berdiskusi dengan isterinya khususnya di kamar tidur.
Mestinya hal tersebut tidak bisa dianggap ringan, karena Jokowi adalah Gubernur DKI aktif, dia juga dianggap sangat kuat sebagai capres alternatif. Karena itu penyadapnya, bisa dari lawan politiknya,  pesaing, atau bahkan bisa juga dari mereka yang berkepentingan dengan posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sulit apabila sebagai pihak yang disadap kemudian Jokowi tidak melaporkan ke pihak berwenang. Dalam kasus ini Wamenhan Letjen (Pur) Syafrie Syamsudin menyatakan bahwa jajaran Kemenhan tidak terlibat dalam penyadapan tersebut. Memang diketahui Lembaga Sandi Negara adalah institusi dibawah Kemenhan.
Kesimpulannya, Bu Mega dan Jokowi memang menjadi target yang sangat dibutuhkan keterangannya, disadap karena dinilai seksi, informasi keduanya diperkirakan akan berpengaruh dan menentukan masa depan bangsa dan negara ini. Sebaiknya juga kita jangan melupakan, bahwa badan intelijen asing juga terus menyadap elit politik di Indonesia. Sebagai contoh, badan intelijen Australia (ASD) menyadap sebuah Firma di AS yang mewakili Indonesia dalam sengketa eksport rokok dan udang di AS. Pemilu dan pilpres 2014  nilainya jauh dan sangat  lebih penting untuk disadap dibandingkan nilai persaingan dagang tersebut, jadi sangat mungkin disadap.
Para capres, elit politik  serta para pejabat yang masih memegang amanah sebaiknya juga waspada, tidak bisa memandang ringan urusan sadap menyadap ini. Penyadapan terhadap Jokowi hanyalah sampel sebongkahan es di puncak gunung es besar di laut yang luas dan dalam, sementara gunungnya tidak nampak karena berada dibawah laut. Yang pasti si penyadap akan selalu berada satu, dua atau bahkan lima langkah dimuka target. Dalam sebuah penilaian dari keilmuan intelijen, penyadapan kini bukan hanya trend tetapi kita sebaiknya melihatnya sebagai sebuah ancaman yang sangat serius, bukan hanya bagi para pejabat belaka, ancaman serius bagi bangsa ini.

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar