Anggaran Alat Utama Sistem
Persenjataan (Alutsista) Rp 27 triliun tahun ini ditolak Menteri
Keuangan Chatib Basri. Apa tanggapan Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro soal hal ini?
Menurut Purnomo, sejak awal kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dimulai, nilai anggaran Alutsista mencapai Rp 150 triliun. Namun tahun ini masih ada sisa Rp 27 triliun.
"Itukan diberikan dalam bentuk Perpres 35/2010. Artinya total Rp 150 triliun. Dalam perjalanannya itu kan kita belanjakan untuk pembangunan Alutsista. Angkatan Udara sudah kita gelar kemarin, habis itu Laut dan Darat. Untuk menyampaikan kepada publik pertanggungjawaban terhadap dana yang kita anggarkan. Dari Rp 150 triliun itu, kelihatannya belum kepakai Rp 27 triliun, dan itu memang tak diberikan (ditolak0," ujar Purnomo di kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (27/2/2014).
Purnomo menegaskan, hal tersebut tidak membuat pertahanan milik Indonesia menjadi melempem ataupun berkurang. Menurutnya, dana Alutsista yang selama ini sudah dibelanjakan cukup kuat membangun infrastruktur pertahanan Indonesia.
"Karena yang kita lakukan itu, misalkan F-16, itu bujetnya beli 6, ternyata kita bisa dapat 24. Enam itu kan bujet beli baru, kita dapat sekarang yang second hand, tapi kita upgrade lebih bagus lagi," terang Purnomo.
Mantan Menteri ESDM ini mengaku, Indonesia sudah mendapat banyak peralatan tempur dari dana yang terpakai selama ini. Bahkan dalam perencanaan, awalnya Indonesia yang tidak memasukan pesawat Hercules, namun karena adanya kelebihan dana maka Indonesia bisa membeli Hercules bekas dari Australia.
"Bahkan Apache (helikopter) yang tadinya tidak masuk dalam daftar untuk renstra (rencana strategi), sekarang kontraknya sudah jalan. Hercules Australia yang dulunya tak masuk daftar, sekarang bisa masuk karena kita butuh heli transportasi. Jadi walaupun Rp 27 triliun tidak diberikan, saya kira ini salah satu bentuk efisiensi yang kita lakukan," tutup Purnomo.
Menurut Purnomo, sejak awal kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dimulai, nilai anggaran Alutsista mencapai Rp 150 triliun. Namun tahun ini masih ada sisa Rp 27 triliun.
"Itukan diberikan dalam bentuk Perpres 35/2010. Artinya total Rp 150 triliun. Dalam perjalanannya itu kan kita belanjakan untuk pembangunan Alutsista. Angkatan Udara sudah kita gelar kemarin, habis itu Laut dan Darat. Untuk menyampaikan kepada publik pertanggungjawaban terhadap dana yang kita anggarkan. Dari Rp 150 triliun itu, kelihatannya belum kepakai Rp 27 triliun, dan itu memang tak diberikan (ditolak0," ujar Purnomo di kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (27/2/2014).
Purnomo menegaskan, hal tersebut tidak membuat pertahanan milik Indonesia menjadi melempem ataupun berkurang. Menurutnya, dana Alutsista yang selama ini sudah dibelanjakan cukup kuat membangun infrastruktur pertahanan Indonesia.
"Karena yang kita lakukan itu, misalkan F-16, itu bujetnya beli 6, ternyata kita bisa dapat 24. Enam itu kan bujet beli baru, kita dapat sekarang yang second hand, tapi kita upgrade lebih bagus lagi," terang Purnomo.
Mantan Menteri ESDM ini mengaku, Indonesia sudah mendapat banyak peralatan tempur dari dana yang terpakai selama ini. Bahkan dalam perencanaan, awalnya Indonesia yang tidak memasukan pesawat Hercules, namun karena adanya kelebihan dana maka Indonesia bisa membeli Hercules bekas dari Australia.
"Bahkan Apache (helikopter) yang tadinya tidak masuk dalam daftar untuk renstra (rencana strategi), sekarang kontraknya sudah jalan. Hercules Australia yang dulunya tak masuk daftar, sekarang bisa masuk karena kita butuh heli transportasi. Jadi walaupun Rp 27 triliun tidak diberikan, saya kira ini salah satu bentuk efisiensi yang kita lakukan," tutup Purnomo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar