Minggu, 23 Februari 2014

KRI Cucut 866: Bukan Kapal Patroli Biasa

Kri_Cucut
Di sepanjang bulan Februari ini, tensi politik antara Indonesia dan Singapura cukup memanas, lantaran pemerintahan Negara Pulau itu protes atas penamaan salah satu korvet terbaru milik TNI AL, yakni KRI Usman Harun 359. Bahkan sampai ada usulan untuk melarang kapal tersebut melintasi perairan Singapura. Reaksi yang cukup keras ke pihak Singapura pun banyak dilontarkan pihak-pihak dari Dalam Negeri.
Dalam tulisan kali ini, kami tidak ingin mengulas alasan atau latar belakang protes Singapura tersebut, karena kami yakin para pembaca sudah banyak tahu dari pemberitaan, yang jelas bagi kita sebagai bangsa Indonesia, Usman dan Harun adalah pahlawan nasional. Nah, terlepas dari sepak terjang dan pasang surut hubungan antar dua negara bertetangga, sejatinya kerjasama militer Indonesia dan Singapura cukup erat. Selain ada beberapa alutsista TNI yang dibeli dari Singapura, kerjasama erat juga telah dilakukan dalam skema latihan militer dan patroli bersama pengamanan di Selat Malaka.

KRI Cucut 866 – From Singapore to Indonesia
Sebagai bukti eratnya hubungan Indonesia dan Singapura, pada tanggal 12 September 2002, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) saat itu, Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh di di Dermaga Kolinlamil, Tanjungpriok, Jakarta Utara meresmikan dua KRI, yakni KRI Cucut 866 dan KRI Leusuer 924.
RSS Jupiter
RSS Jupiter

KRI Leuser-924 PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari adalah Kapal Tunda Samudera terbesar di Asia Tenggara, dengan panjang 71,50 meter dan berkecepatan 15,20 knots, memiliki kemampuan multifungsi di antaranya sebagai kapal angkut pasukan berkapasitas 120 orang, serta digunakan sebagai kapal hidrografi.
Sementara KRI Cucut 866 yang merupakan eks RSS (Republic of Singapore Ship) Jupiter yang dibibahkan pemerintah Singapura, KRI Cucut adalah jenis kapal patroli cepat dengan panjang 35,8 meter yang punya kecepatan 15 knots. Kapal patroli ini masuk dalam armada Satuan Patroli (Satrol) Komando Armada Barat (Armabar). Untuk persenjataannya memang tidak sangar, karena di dapuk paling banter untuk melawan perompak dengan kanon Oerlikon kaliber 20 mm serta dua pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm.
Meski setelah di Indonesia, perannya lebih dikedepankan sebagai peronda laut, tapi menurut informasi dari The Naval Institute Guide to Combat Fleets of The World 15th Edition, selama menjadi RSS Jupiter, kapal yang dibuat oleh Singapore Technologies Marine, Jurong – Singapura ini punya fungsi sebagai diving tender, alias kapal untuk mendukung tugas-tugas penyelaman. Kibisaan kapal dengan bobot 170 ton ini pun ada beragam, diantaranya membersihkan rute survei dari bahaya ranjau, sampai operasi penyelamatan (SAR).
RSS Jupiter
RSS Jupiter

Untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan ranjau, RSS Jupiter dibekali side scan high resolution sonar dan underwater data logging system and precision navigation equipment. Sementara untuk mendukung fungsinya sebagai diving tender, kapal ini dibekali ruangan dekompresi untuk dua penyelam, dan dua kompresor bertekanan tinggi. Mendukung tugas penyelaman, kapal ini juga dapat membawa perahu karet dengan muatan 10 personel. Guna memindahkan perahu karet dan tugas loading, terdapat sebuah crane yang sanggup menopang beban 1,5 ton. Kabarnya desain teknologi diving tender pada kapal ini dirancang oleh tim dari Jerman.
Tapi tidak ada informasi, apakah kelengkapan kapal sebagai diving tender dan beragam perangkat sonarnya juga ikut diserahkan oleh Singapura ke Indonesia. Maklum, sebagai barang hibah, biasanya tidak semua senjata atau instrumen dibawa dari negara asal. Sebut saja seperti saat KRI Badau 841 dan KRI Salawaku 842. Kedua kapal cepat hibah dari Brunei Darussalam ini harusnya masuk ke dalam Satuan Armada Kapal Cepat (Satkat), tapi karena diterima sudah tidak dengan kelengkapan rudal MM-38 Exocet, kedua kapal kemudian dialihkan sebagai armada Satrol TNI AL. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi KRI Cucut 866 (RSS Jupiter)
Galangan : Singapore Technologies Marine, Jurong – Singapura
Berat : 170 ton
Dimensi : 35,8 x 7,1 x 2,3 meter
Radar : Decca 1226 Nav
Mesin : 2 Deutz MWM TBD 234 V12 diesel – 2 propeller – 1.360 bhp
Elektrik : 345 Kw
Senjata : 1 kanon Oerlikon 20 mm dan pucuk SMB 12,7 mm
Awak : 5 perwira, 28 ABK dan penyelam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar