Di tengah meningkatnya
ketegangan antara Indonesia dengan negara tetangga dekatnya, Panglima
Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Moeldoko dijadwalkan
mengunjungi China pekan depan dan diagendakan mencakup pertemuan dengan
Presiden China Xi Jinping.
Jenderal Moeldoko mengatakan kepada The Jakarta Post, dia dijadwalkan
bertemu dengan Menteri Pertahanan Nasional China Jenderal Chang Wanquan
dan juga Kepala Staf Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), Jenderal
Fang Fenghui.
Panglima TNI menambahkan, pertemuan juga dilakukan dengan Xi Jinping,
yang juga Ketua Partai Komunis China. Prosesnya sedang diatur namun
belum terkonfirmasi.
“Topik besar kami adalah bagaimana mengembangkan kerjasama militer antar kedua negara,” ujar Panglima TNI.
Jenderal Moeldoko akan berangkat hari Minggu dan kembali Jumat malam.
Menurutnya, Indonesia sedang mengincar industri militer China yang kuat
sebagai mitra potensial di masa depan. Panglima TNI akan membahas
penggunaan persenjataan dari China, untuk memenuhi arsenal TNI.
Kunjungan ini tidak luput dari agenda membahas upaya menciptakan
stabilitas di Laut China Selatan. Moeldoko menekankan perlunya upaya
menghadirkan situasi yang positif bagi semua pihak di wilayah Laut China
Selatan.
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai wilayah
mereka yang nota bene juga diklaim negara lain: Brunei, Malaysia,
Filipina, Vietnam dan Taiwan. China juga mengklaim bagian dari Kepulauan
Natuna Indonesia.
Mengomentari rencana kunjungan itu, pakar hubungan internasional
Yeremia Lalisang mengatakan, Indonesia harus hati-hati dan
mempertimbangkan setiap langkah yang diambil, karena Indonesia dihormati
di kawasan dan telah menjalankan peran sebagai mediator yang jujur
untuk kasus Laut China Selatan.
Bisa saja negara lain menafsirkan kunjungan ini sebagai upaya membentuk aliansi Jakarta Beijing.
“Dengan posisi saat ini, kunjungan seperti itu tidak akan dilihat (oleh negara lain) sebagai kunjungan biasa,” ujarnya.
“Sejak Indonesia mengijinkan kapal perang China melewati perairannya
setelah latihan militer di dekat Australia, kunjungan ini akan
ditafsirkan sebagai bukti lebih lanjut dari kedekatan antara Jakarta dan
Beijing”.
Semakin eratnya hubungan Indonesia China bisa dipandang sebagai
ancaman terhadap kepentingan AS dan sekutunya, seperti Australia dan
Filipina. Oleh karena itu, Jakarta haruslah hati-hati dan menyadari
implikasi dari kunjungan tersebut, ujar Yeremia.
Sementara, Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia
Edy Prasetyono mengatakan, kunjungan itu tidak boleh dipandang sebagai
ancaman oleh negara ASEAN lainnya.
“Sebaliknya, Indonesia justru berada dalam posisi untuk meyakinkan
China, agar tidak selalu berada dalam konflik dengan negara ASEAN lain,
atas isu Laut China Selatan: Hal itu tidak akan menguntungkan bagi
China,” ujarnya.
“Jika China ingin menjadi negara adidaya, mereka harus menyadari kepentingannya secara global dan isu Laut China Selatan, hanyalah bagian dari itu. Tidak ada gunanya mengambil sikap konfrontatif”.
Edy Juga mengatakan, sudah saatnya Indonesia memformulasikan
hubungannya dengan China, dan seharusnya kedua negara negara bisa
menjadi pilar di wilayah, bersama dengan India dan Australia.
TNI juga diminta untuk menggali lebih dalam potensi kerjasama industri pertahanan dengan China.(thejakartapost.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar