Minggu, 23 Agustus 2015

Tes Penembakan di KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376

Video Player

Pemasangan CIWS 730 dan Sewaco
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaifuddin (STS-376) salah satu KRI jajaran Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Barat (Satkor Koarmabar) secara resmi mulai melaksanakan pengerjaan pemasangan (Retrofit) meriam 30 mm 7 barrels berikut peralatan Sensor Weapon Command (Sewaco) baru dari Cina, bertempat di PT PAL, Surabaya, Selasa (22/7/2014).
Guna kelancaran pengerjaan pemasangan Meriam 30 MM 7 barrels, Komandan KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376, Letkol Laut (P) Ario Sasongko, S.E., M.P.M., melaksanakan acara berbuka puasa bersama sekaligus pengajian dan pemotongan tumpeng, di Lounge Room Bintara KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376. Sementara itu, saat acara potong tumpeng, Komandan KRI STS-376 secara simbolis menyerahkan potongan tumpeng kepada Tamtama termuda. Turut hadir dalam acara tersebut, Pjs Komandan KRI STS, Mayor Laut (P) Toni Soemarno, S.E., KKM Mayor Laut (T) M. Irwan Ridhwan, Palaksa Kapten Laut (P) Denny Firdian, beserta seluruh Perwira, Bintara dan Tamtama KRI STS-376.
KRI-Sultan-Thaha-Saifuddin-376
Dalam kesempatan tersebut, Komandan KRI STS-376 yang merupakan alumnus Armed Forces of Philippines Command and General Staff College ini memberikan penekanan, di antaranya yaitu untuk selalu memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT di dalam setiap langkah dan tindakan, serta tetap meningkatkan kewaspadaan dan purba jaga di dalam pelaksanaan pemasangan meriam baru ini, memahami dan melaksanakan tugas secara profesional, proporsional dan penuh tanggung jawab, jangan sampai lengah serta senantiasa melaksanakan pengecekan ulang terhadap seluruh ruangan-ruangan guna mengantisipasi bahaya kebakaran maupun kebocoran.
Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan seluruh rangkaian kegiatan pemasangan meriam baru ini dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, seluruh ilmu pengetahuan yang telah diperoleh personel KRI STS-376 selama menjalani training di China baru-baru ini dapat diaplikasikan di dalam mengoperasikan maupun merawat semua alutsista yang dipasang meriam dan peralatan sensor jenis tersebut.
Selanjutnya, Komandan KRI STS-376 menambahkan bahwa dengan adanya pemasangan meriam dan peralatan sensor yang baru ini, akan meningkatkan kemampuan tempur KRI STS-376 sebagai salah satu unsur KRI di jajaran Satkor Koarmabar.
KRI STS
Perjalanan KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376
Komando Armada RI Kawasan Barat saat ini diperkuat sejumlah kapal perang jenis perusak kawal tipe parchim lebih dari 7 KRI termasuk diantaranya KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 yang sehari-hari dibawah pembinaan satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Barat (Satkor Koarmabar) dengan Komandan Satuan Kolonel Laut (P) Nur Singgih Prihartono.
Kapal perang dengan pangkalan di dermaga TNI AL Pondok Dayung Jakarta tersebut, merupakan salah satu dari sejumlah kapal perang yang memperkuat Koarmabar dalam rangka menegakkan kedaulatan dan hukum di perairan kawasan barat mulai dari Sabang sampai dengan Selat Malaka, Selat Singapura, perairan Natuna, Pantai Barat Sumatra, Selat sunda sampai dengan perairan Laut Jawa dengan batas wilayah peraian di perbatasan Jawa barat dengan Jawa tengah.
Kapal perang KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 tersebut dibuat di galangan kapal Veb Penne Werft Gmb Wolgast jerman Timur pada tahun 1982 dengan nama aslinya Bad Doberan-222, setelah dibeli pemerintah Indonesia, tahun 1993 kapal perang tersebut diresmikan dengan Nama KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 dan selanjutnya dioperasikan oleh Komando Armada Kawasan Barat.
Nama Kapal perang yang diambilkan dari nama seorang raja yang pernah dinobatkan menjadi raja Jambi pada tahun 1885 – 1905 tersebut, telah terlibat dalam berbagai penugasan operasi dan latihan yang digelar TNI AL dan TNI serta pernah dilibatkan sebagai duta bangsa ke beberapa negara tetangga dalam rangka latihan bersama dan patroli terkoordinasi keamanan laut.
Latihan bersama dengan negara tetangga yang pernah diikuti diantaranya pada tahun 95-an, KRI ini pernah dilibatkan dalam latihan bersama TNI AL dengan kapal perang Malaysia dengan nama Latma Malindo. Kapal perang tersebut bersama dengan unsur-unsur kapal perang TNI AL lainnya tergabung dalam Satuan Tugas melaksanakan muhibah dan merapat di dermaga Angkatan Laut Penang Malaysia.
Demikian pula terlibat dalam kegiatan operasi bersama dengan negara tetangga diantaranya operasi keamanan laut yang digelar setelah tahun 2006 sampai saat ini meliputi Operasi diperbatasan Indonesia dengan Malaysia dengan nama Operasi Malsindo 2006, Operasi keamanan laut di perairan Sabang dan sekitarnya bersama kapal perang India di wilayah perbatasan masing-masing negara dengan nama Operasi Indindo pada akhir tahun 2012 dan operasi MSSP di perairan Selat Malaka bersama dengan kapal perang Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM). Sedangkan dalam kegiatan latihan bersama pernah terlibat dalam latihan bersama dengan nama Sea Eagle dengan kapal perang Republik Singapura Navy ( RSN ).
Sedangkan untuk kegiatan operasi kemanan laut yang digelar Komando Armada RI kawasan Barat bersama sama dengan unsur –unsur KRI sejenis maupun bersama jenis lainnya, KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 pernah dilibatkan dalam operasi yang saat itu dikenal dengan Operasi pengamanan Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) 1, Operasi Wilayah Barat, Operasi Trisila, Operasi Gurita dan berbagai operasi lainnya yang digelar Komando pelaksana Operasi Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat dan Gugus Keamanan laut Komando Armada RI Kawasan Barat.
Operasi tersebut saat ini antara lain dikenal dengan nama Operasi Arung Pari/13, Operasi Taring Pari/13 dan Operasi Alur Pari/13 . Sedangkan Operasi Rakata Jaya dalam rangka pengamanan di Selat Sunda dan peraian Teluk Jakarta dengan komando pengendali langsung oleh Koarmabar
Kapal perang dengan spesifikasi panjang 75,04 m dan lebar 8.95 m mampu berlayar dengan kecepatan masimum 24 knot dan kecepatan ekonomis sampai dengan 10,4 knot. Kapal tersebut dilengkapi dengan pusat informasi temput, peralatan navigasi dan radar yang modern guna mendukung kegiatan operasi dan latihan di laut.
Kapal perang dengan kemampuan operasi di laut 4 sampai dengan 5 hari tersebut dipersenjatai dengan Meriam Kaliber 57 mm, 30 mm dan 20 mm . selain itu RBU 6000 strela AL -1 , Bom laut dan torpedo. Kapal perang jenis ini memliki kemampuan untuk peperangan anti Udara, permukaan laut dan bawah permukaan dalam peperangan laut menghadapi lawan kapal perang musuh.
Dalam beberapa kegiatan latihan tingkat tiga maupun latihan terpadu dengan melaksnakan manuver lapangan yang digelar Komando Armada RI kawasan Barat , berapa jenis senjata di KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 telah di uji cobakan dalam rangka meningkatkan kemampuan secara profesionalisme para pengawak KRI dalam melaksnakan perintah Komando secara Taktis dalam pelaksanakan penembakan beberapa senjata yang dimiliki.
Untuk mempertahankan kesiapan dan lamanya daur operasi kapal perang, secara periodik KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376, telah dilaksanakan perbaikan secara menyeluruh dan docking pada kurun waktu yang telah terjadwal di galangan Kapal Industri dalam negeri. Hal tersebut dilaksanakan untuk mempertahankan kecepatan maksimum dalam berlayar dan kemampuan secara tehnis senjata kapal dalam rangka mendukung tugas pokok Koarmabar dalam penegakkan kedaulatan dan hukum di peraian Yuridiksi kawasan Barat Indonesia.
Dalam pengabdian KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 dalam memperkuat TNI AL, beberapa komandan KRI saat ini mencapai pada puncak kariernya menjadi Perwira Tinggi TNI AL yang menjabat pada jabatan-jabatan strategis di TNI dan TNI AL. Koarmabar.tnial.mil.id

Fey Lazuardi / JKGR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar