Minggu, 23 Agustus 2015

Salute Gun: Meriam Spesialis Penghormatan Andalan Yon Armed 7 TNI AD

9532096770_2278fa48d5_b
Untuk kategori meriam, awalnya saya mengira bila meriam milik Armed (Artileri Medan) TNI AD yang paling kecil kalibernya adalah 76 mm, tepatnya diwakili tipe M-48, atau kondang disebut meriam gunung. Tapi anggapan itu keliru, faktanya masih ada meriam kaliber 75 mm. Lebih tepatnya meriam ini terlihat digunakan pada saat tembakan penghormatan pada momen upacara HUT RI Ke-70 di Istana Negara, Jakarta.
Satu baterai meriam kaliber 75 mm steling pada posisi silang Monumen Nasional (Monas). Total sebanyak 17x tembakan dilepaskan saat mengawali prosesi upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih. Meski berada dalam jarak ratusan meter dari lokasi upacara, di tangan prajurit Baret Coklat, satuan Armed dari Yon Armed 7/105 GS Kodam Jaya, berhasil melaksanakan tembakan salvo dengan peluru hampa sebagai rangkaian penghormatan. Tak hanya beraksi di momen upacara 17 Agustusan, debut meriam 75 mm ini juga acap kali digunakan sebagai elemen penyambutan tamu-tamu Negara yang bertandang ke Istana.
9528174123_03bf2d0815_z105527_12403515082010_foto-
210163_meriam-di-lapangan-m
Yang menarik, tentu saja sosok meriam 75 mm atau kondang disebut salute gun. Berbeda dengan meriam pada elemen satuan Armed, salute gun asasinya tidak dirancang untuk berperang. Sesuai namanya, meriam ini lebih dikedepankan untuk melepaskan tembakan penghormatan dan atraksi. Dalam beberapa hal, peran meriam ini tak ubahnya meriam karbit yang kondang di Pontianak, Kalimantan Barat. Tapi bedanya, saluting gun punya desain mirip meriam armed pada umumnya, ditempatkan dalam platform towed carrier, lengkap dengan dua roda yang memudahkan mobilitas.
5600-armed-7-persiapan-latiSalute-Gun_Kaskus

20131001meriam-penembakan-k
Tidak diketahui persis tipe saluting gun yang dipakai Yon Armed 7. Bila dilihat sekilas, harus diakui sosok meriam ini lebih mirip replika meriam asli. Bentuknya begitu mungil untuk ukuran meriam Armed, tak jarang orang yang pertama melihatnya merasa sanksi bila meriam ini bisa menyalak.
Ada cerita yang menarik dari saluting (salute) gun TNI AD ini, bila biasanya Indonesia kerap menerima senjata hibah dari negara sahabat, lewat salute gun, justru Indonesia yang giliran memberikan hibah. Berdasarkan catatan, pada Mei 2012, Komisi I DPR RI Bidang Pertahanan menyetujui rencana pemerintah untuk menghibahkan enam pucuk meriam Salute Gun TNI AD kepada Republik Demokratis Timor Leste (RDTL).
hqdefault
Menhan Purnomo Yusgiantoro pada saat itu menyampaikan bahwa hibah enam salute gun dalam rangka mendukung hari kemerdekaan RDTL yang ke-10, dimana akan dihadiri banyak tamu negara asing. Selain itu kegiatan hibah ini juga memiliki arti penting dalam menjaga hubungan bilateral antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Timor Leste.
Sebelumnya, Indonesia juga pernah melakukan hibah meriam salut gun kepada pemerintah Papua Nugini (PNG) sejumlah 6 pucuk. Awalnya TNI AD mempunya 18 pucuk salute gun, setelah hibah ke Timor Leste dan PNG, kini unit yang tersedia di Yon Armed 7 tinggal tersisa enam pucuk. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah memiliki rencana untuk mengadakan kembali 12 pucuk meriam untuk jenis sama, yang mana rencananya ini telah dimasukan dalam anggaran penghematan APBN-P dan optimalisasi tahun 2012 lalu.
Meski peran salutin gun dipegang oleh meriam mungil ini, namun dalam beberapa kali kesempatan, salutin gun juga kerap menggunakan meriam gunung M-48 dan Howitzer M2A2 kaliber 105 mm. (Ryan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar