Minggu, 17 Januari 2016

Misteri USD 1 juta dari CIA untuk para politisi RI saat pemilu

Misteri USD 1 juta dari CIA untuk para politisi RI saat pemilu
CIA di Indonesia. ©2014 merdeka.com 

Masih soal sepak terjang Central Intelligence Agency (CIA) di Indonesia. Pada Pilpres 2014 lalu, pihak-pihak tak bertanggung jawab menuding lawannya dibekingi CIA atau pihak asing. Mereka menebar kampanye hitam tanpa bukti yang valid untuk menjatuhkan lawan politik mereka.

CIA memang pernah menyuap para politikus Indonesia dalam pemilihan umum. Kisah ini terjadi dalam Pemilu 1955. Saat itu CIA ingin menggulingkan Soekarno lewat pemilihan umum pertama di Indonesia.

CIA khawatir Soekarno tak bisa dikendalikan Amerika Serikat. Apalagi Soekarno baru saja menggelar Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 18-24 April 1955. Soekarno mengumpulkan para pemimpin dari negara dunia ketiga yang kebanyakan baru saja merdeka. Dia menggagas sebuah gerakan baru yang tak memihak Blok Timur Uni Soviet dan Komunis serta Blok Barat Amerika Serikat dan para sekutunya.

CIA menjawab langkah Soekarno itu dengan sebuah perintah rahasia yang dikirimkan 19 hari setelah Konferensi Asia Afrika berakhir.

Hal tersebut ditulis dalam Buku Membongkar Kegagalan CIA yang ditulis Tim Weiner dan diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2008.

Perintah rahasia itu dikirim dari Gedung Putih dengan nomor NSC 5518. Isinya menginstruksikan agar CIA bergerak mempengaruhi para pemilih di Indonesia untuk tak memilih Partai Nasional Indonesia (PNI) atau Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dianggap pro-Soekarno.

Gedung Putih memberikan wewenang CIA untuk melakukan segala cara, termasuk memberikan uang suap untuk membeli para pemilih dan politikus Indonesia. Melakukan peperangan politik untuk mendapatkan kawan dan merongrong calon-calon musuh. CIA juga diizinkan membentuk pasukan paramiliter untuk menjaga Indonesia tak jatuh ke tangan komunis.

"CIA memompakan USD 1 juta ke kantong musuh politik paling kuat Soekarno, Partai Masjumi, pada pemilihan umum parlemen pertama yang dilakukan di Indonesia," tulis Weiner.

Sementara mantan agen CIA Joseph B Smith mengaku agar tak ketahuan, uang USD 1 juta diberikan begitu saja tanpa harus ada laporan pertanggungjawaban. Sama sekali tak ada bukti tertulis, atau laporan apa-apa mengenai uang yang jumlahnya sangat besar waktu itu.

"Saya tidak tahu bagaimana Masyumi menggunakan uang tersebut," aku Smith.

Namun rupanya rencana CIA tak sesuai harapan. Partai Nasional Indonesia (PNI) masih menjadi juara umum dengan 8.434.653 suara atau 22,32 persen. Sementara Masyumi berada di posisi kedua dengan 7.903.886 suara atau sekitar 20,92 persen. Yang paling mengkhawatirkan AS, PKI bercokol di posisi keempat dengan 6 juta suara.

Upaya CIA untuk mendongkel Soekarno lewat Pemilu pun gagal.

Kelak tahun 1958, sejumlah petinggi Masyumi mendukung pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera. PRRI diawali dengan kekecewaan sejumlah daerah pada pemerintah pusat. Mereka menilai seharusnya daerah diberi otonomi seluas-luasnya. Pemerintah pusat pun seharusnya lebih peduli mensejahterakan daerah-daerah. Para tokoh PRRI juga marah melihat Soekarno semakin merangkul PKI.

Akhirnya PRRI jadi gerakan bersenjata. Kembali CIA dapat celah masuk. Mereka menyuplai persenjataan dan uang pada para pemberontak Soekarno ini.

Namun dalam waktu singkat, pasukan TNI kembali merebut Sumatera dan mengakhiri pemberontakan tersebut. Soekarno akhirnya membubarkan Masyumi tahun 1960.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar