Kamis, 14 Januari 2016

India: Kebangkitan Raksasa Militer Asia Dari Negara Sejuta Dewa

tejas-fighter-made-in-india

Sisi lain peperangan selain dampak kerusakan, korban dan kerugian serta penderitaan adalah pelajaran berharga. Pelajaran berharga? Ya benar. Pelajaran berharga yang dimaksud adalah pelajaran berharga untuk membangun kekuatan militer sekuat mungkin dan setangguh mungkin.Hal tersebut yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya. Trauma berat akan kerugian Perang Dunia ke-2 dan Perang Pasifik telah mendorong mereka menjadi salah satu pakta pertahanan terbesar di dunia, NATO. Pakta pertahanan terbesar ini selalu merasa “haus” dan “lapar” dalam pengembangan inovasi teknologi militer dari masa ke masa.

Diantara negara-negara yang pernah terlibat perang dan merasakan pentingnya membangun kekuatan militer yang kuat, tangguh dan mandiri adalah India. Negara dengan penduduk terbesar ke-2 dunia dan luas geografis terbesar ke-7 dunia ini tidak akan pernah melupakan peristiwa Perang Kashmir I dan Kashmir II dengan tetangganya, Pakistan. Dalam Perang Kashmir I dan II, India kehilangan lebih dari 100 tank baja dan kehilangan korban lebih dari 4000 jiwa. Perang ini berakhir berkat campur tangan dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet yang melahirkan perjanjian Tashkent, meski sesungguhya, India menguasai 700 kilometer persegi teritori Pakistan sedangkan teritori Indiayang dikuasai Pakistan hanya 200 kilometer persegi.

Roket RX-450 buatan LAPAN.
Roket RX-450 buatan LAPAN.



Lucunya, India dan Pakistan sesungguhya sama-sama negara yang di-plot Barat untuk membendung pengaruh dan penyebaran komunis sepanjang untuk wilayah Asia Selatan dan sekitarnya. Barat secara aktif men-supply peralatan tempur dengan spesifikasi yang hampir sama (untuk India dan Pakistan). Semasa perang Kashmir, seringkali mesin perang buatan Barat “saling bunuh” dalam berbagai palagan. Dalam pertempuran udara, seringkali fighter F-86 Super Sabre dan F-104 Starfighter harus berhadapan dengan EE Canberra dan Hawker Hunter. Dari Arsenal darat, Pakistan mengandalkan tank M-47 Patton yang berhadapan langsung dengan armada tank Sherman ex PD II India yang diperkuat tank T-55 buatan Uni Soviet.

Pasca perang, India berubah menjadi salah satu negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia.Saat ini India memiliki 1.325.450 personel tentara dan 1.155.000 personel cadangan. Jika ditambah dengan personil paramiliter yang berkekuatan 2.288.407 personil (aktif dan cadangan), maka jumlah total tentara India berjumlah 4.768.857 personil tentara !! Arsenal darat mereka saat ini mengandalkan lebih dari 1000 tank T-90 dan T-72 yang telah di-upgrade kemampuannya serta BMP-2 untuk operasi amfibi. Arsenal laut ? Tidak kalah menggetarkannya. Dengan dua kapal induk (aircraft carrier) INS Vikrant & INS Vikramaditya dan satu kapal selam berkemapuan serang nuklir INS Chakra serta ratusan kapal perang lain dari berbagai tipe dan ukuran cukup menggetarkan negara lain yang ingin berbuat macam-macam dengan negeri sejuta dewa ini. Angkatan udara ? Tidak mau ketinggalan, Barisan Sukhoi Su-30MKI, Mig-29UPG, Mirage 2000HS, Mirage 2000-5 MK2, Ilyushin Il-78 & Il-76, Boeing C-17 Globemaster III,C-130 j Super Hercules, Antonov An-32, serta pesawat peringatan dini AEW&C Phalcon buatan Israel.Diantara semua arsenal militer India untuk melakukan aksi defensif dan ofensif, yang patut menjadi perhatian adalah kemampuan membuat bom nuklir serta kemampuan militer India melancarka serangan biologi dan kimia terhadap sasaran musuh.
Meski berkekuatan besar, India tidak otomatis bersantai dan berleha-leha. Berkejaran dengan waktu, India membangun industri militer secepat mungkin mereka “berlari” untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara produsen alutsista utama dari Eropa, Amerika Serikat dan Israel. Tank MBT (main battle tank) Arjun MK-1 yang lantas disempurnakan menjadi Arjun MK-II dengan laras 120 mm serta dilengkapi senapan otomatis 7,62 mm dan 12,7 mm serta berkemampuan perang nubika (nuklir dan biokimia)/NBC. Tank ini adalah hasil perjuangan dan pembelajaran panjang India sejak membeli Tank T-90 dari Rusia. Hal yang sama dengan truk militer/wahana angkut militer. Saat ini Tata truk-India sudah tidak lagi dikenal hanya sebagai truk pengangkut sapi dan bawang.Belajar dari truk-truk militer yang diimpor dari Republik Ceko, saat ini Tata bahkan sudah mampu mengekspor truk militer dan wahana pengangkut alutsista melalui divisi Tata Motors Defence Solution dalam beragam versi.Selain arsenal darat, saat ini India sudah sanggup membuat rudal Akash berkemampuan rudal darat ke udara jarak pendek (hingga ketinggian 15-27 km).Rudal paling mutakhir dari India yang sudah masuk ranah ekspor adalah rudal Brahmos berkecepatan supersonik dengan kemampuan menghantam target sejauh 290 km.Rudal ini dapat diluncurkan dari kapal selam, kapal permukaan, wahana peluncur darat hingga pesawat tempur.Dengan kecepatan supersonik, rudal Brahmos mampu menempuh jarak Jakarta-Cirebon hanya dalam waktu tidak lebih dari 5menit !!Hal terbaru dari teknologi rudal buatan India adalah pengembangan rudal “patriot ala India” yang masih dujicobakan secara rahasia.Jika sudah sempurna, rudal ini sanggup menyergap rudal balistik musuh, menghancurkan dan menjatuhkannya secara efisien.Meski kemampuan rudal ini belum sesempurna rudal Patriot buatan AS atau S-300 buatan Rusia, namun hingga saat ini hanya sedikit negara yang menguasai teknologi tersebut, salah satu nantinya adalah India.

Tabk Arjun.
MBT Arjun.

Bagaimana dengan Indonesia ?
Sejak melampaui masa krisis ekonomi tahun 1998, Industri yang bermain pada produk-produk militer dan perlengkapan pertahanan semakin semarak. Sebagai pemain lama, PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad sudah sudah mengembangkan berbagai kendaraan tempur (ranpur) lapis baja ringan kelas ringan dan kelas menengah. Panser Anoa, yang kemudian dikembangkan menjadi Anoa II, Panser Badak, PAL-AFV (armoured floating vehicle), Senapan Serbu (SS)-2 dengan beragam varian, Senapan Penembak Runduk/SPR dan ratusan kendaraan tempur dan perlengkapan militer taktis lainnya.
Selain peralatan tempur taktis buatan dalam negeri, disadari atau tidak Indonesia mulai “naik kelas” dengan mulai membuat dan mengembangkan kendaraan tempur kelas menengah.Hal inin bisa kita lihat dari kemampuan industry dalam negeri membangun kapal perang, dua jenis diantaranya jenis LPD (Landing Plattform Deck) dan SSV (Strategic Sealift Vessel). Bahkan, Filipina dan UEA (Uni Emirat Arab) langsung memesan jenis-jenis kapal tersebut setelah melihat langsung di medan laga, salah satunya ketika kapal tersebut diturunkan membantu evakuasi AirAsia QZ 8501.

Rudal Akash.
Rudal Akash.

Diantara kemandirian militer Indonesia yang mulai bangun dari tidur panjannya, ada satu jenis persenjataan buatan dalam negeri yang membuat “ngeri” khususnya negara tetangga tapi sepi dari pemberitaan media dalam negeri. Senjata itu adalah rudal jelajah.Setelah lama, negara-negara produsen militer enggan membagikan ilmu membuat bahan bakar roket /propelan ke Indonesia termasuk teknologi pelengapnya, akhirnya LAPAN yan bekerjasama dengan Krakatau Steel dan TNI pelan namun pasti berhasil membuat rudal. Cikal bakal rudal ini dimulai sejak 1987 dari eksperimen LAPAN mengembangkan roket yang diberi kode RX (Rocket Experimental). Hingga saat ini RX yang dikembangkan LAPAN sudah sanggup membuat roket yang mencapai sasaran sejauh 200 km. Tidak puas dengan jarak jangkau hanya 200 km, LAPAN kemudian mengembangkan RX-40 yang memiliki daya jangkau hingga 500 km. Yang luar biasa dari kerja keras LAPAN adalah kemampuannya mengembangkan roket yang diberi kode RX-550 dan memiliki daya jangkau hingga 600 km dengan kecepatan supersonic hingga 7000 km/jam (Mach 7) yang sudah dilengkapi pengunci target dan berpemandu laser sehingga sulit di-jamm oleh musuh. Luar biasa !! Pencapaian ini jelas membuat negara sekitar Indonesia cemas dan ramai-ramai menggandeng negara produsen militer untuk membangun industri di dalam negerinya.

akash-2

Sebagai sesama negara Non Blok, India dan Indonesia memiliki visi dan pola militer yang memiliki kemiripan yaitu tidak memakai produk militer dari satu negara/satu pakta pertahanan tertentu, menuntut ToT (Transfer of Technology) pada setiap produk yang dibelinya, fokus pada pengembangan industri militer dalam negeri dan memiliki cadangan sumber daya alam dan manusia yang melimpah. Saat ini, faktanya Indonesia memiliki cadangan uranium melimpah yang tersebar di Kalimantan Barat, Papua, Sulawesi Barat, dan Bangka Belitung.Hal tersebut diungkap Agus Sumaryanto, Direktur Pusat Pengembangan Geologi Nuklir-BATAN.

Dengan penguasaan teknologi Indonesia yang semakin meningkat, tidak menutup kemungkinan ahli-ahli Indonesia sanggup meng-eksplorasi dan mengembangkannya menjadi plutonium.Jadi, disadari atau tidak para ahli dan analis militer Amerika Serikat, NATO dan Asia yang mengatakan Indonesia sangat mungkin menjadi kekuatan militer terbesar di Asia, bahkan menyalip India dan Cina, sesungguhnya sebuah kenyataan dan bukan omong kosong. Analisis-anaisis itu bisa menjadi kenyataan jika kita menyadari sejak awal betapa luar biasanya kandungan alam dan sumber daya manusia jika dikelola dengan baik untuk memajukan industri militer dan non-militernya. Hal itu pula yang disadari India sejak awal, karenanya, mereka sungguh-sungguh membangun industri negara dan pendidikannya semaju mungkin sehingga sanggup menyediakan tenaga ahli yang bisa merancang peralatan perang untuk melindungi kekayaan alamnya yang terbentang luas seluas 3.287.590 kilometer persegi.
Nah, sudah siapkah kita kembali menjadi macan Asia ?? (Oleh: Muhammad Sadan – pemerhati militer dan dirgantara)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar