Sabtu, 09 Januari 2016

300 Ilmuwan Indonesia Membuat Pesawat Tempur KF-X / IF-X

 

KFX (photo: Chosun)
KFX (photo: Chosun)

Meski Indonesia hanya memiliki 20 persen share development, tapi semua knowledge development pesawat tempur KF-X / IF-X didapat Indonesia, 100 persen.

Untuk itu 300 ilmuwan dan teknisi pembuat pesawat tempur dari Indonesia akan dikirim ke Korea Selatan untuk mempelajari pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X.

“Kami akan mengirim 200 sampai 300 orang ke Korea Selatan,” ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Jakarta, Kamis. 7/1/2015.

Pengiriman 300 tenaga ahli Indonesia ini bagian dari kesepakatan Indonesia dengan Korea Selatan dalam kontrak pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X yang dikerjakan oleh kedua negara.

Dalam kerja sama pengembangan pesawat tempur KFX / IFX, Indonesia-Korea Selatan sepakat membagi biaya pembuatan pesawat dalam skema 20 persen dana dari Indonesia dan 80 persen dibiayai Korea Selatan.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan dana Rp 18 triliun untuk proyek ini sebagai investasi transfer teknologi dan pembuatan prototype pesawat KF-X/IF-X.


“Meski kita hanya punya 20 persen share development, tapi untuk semuaknowledge development pesawat ini kita dapat 100 persen. Transfer teknologinya semua kita tahu, bukan cuma 20 persen tapi 100 persen,” ujar Budi.

Para teknisi yang dikirim PT DI akan mempelajari seluruh program pengembangan KF-X/IF-X selama tiga hingga empat tahun di Korea Selatan, namun jumlah yang terlibat dalam pembuatan pesawat berbeda-beda pada tiap unit.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan hanya 20 persen orang Indonesia yang dilibatkan dalam pembuatan pesawat unit pertama dan 50 persen pada unit kedua yang dikerjakan di Korea Selatan. Sedangkan satu unit KF-X/IF-X yang dibuat di Indonesia akan melibatkan 80 persen SDM Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah menyiapkan infrastruktur untuk merakit pesawat tempur generasi 4,5 KF-X/IF-X di Indonesia dengan membuat hanggar di PT DI, Bandung, Jawa Barat.

Hal ini berbeda dengan rencana pembuatan kapal selam yang seharusnya dikerjakan di Indonesia pada 2015, namun harus kembali dibuat di Korea Selatan lantaran infrastruktur belum siap.

Antaranews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar