Rabu, 13 Januari 2016

Indonesian Fighter Xperiment IFX : Perspektif PTDI

  Desain Indonesian Fighter Xperiment (grafik : militerhankam.com)
Desain Indonesian Fighter Xperiment (grafik : militerhankam.com)

Kita sudah sering membicarakan tentang pembangunan pesawat tempur KFX IFX, kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia. Informasi yang banyak kita terima, adalah berita berita dari pihak Korea Selatan. Nah sekarang, mari kita simak keterangan dari pihak Indonesia, khususnya PT DI, seperti apa pesawat KFX IFX itu nantinya.

Menurut, Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana usai penandatanganan KFX/IFX di Kementerian Pertahanan, Jakarta, (7/1/2016), varian Indonesia jet tempur itu bernama Indonesian Fighter Xperiment atau disebut IFX.

Proses pengembangan tahap awal dilakukan di Korea Aerospace Industries (KAI), setelah itu proses produksi dilakukan di masing-masing negara, di fasilitas milik KAI dan fasilitas Indonesia di Bandung, PT Dirgantara Indonesia, Bandung.

Jet tempur generasi 4.5 dirancang mengungguli jet tempur yang ada saat ini, yakni di atas kemampuan jet tempur F-16, F-18, Sukhoi-35, Dassault Rafale hingga Eurofighter Typhoon.

“Generasi 5 baru ada F-35 dan F-22. Kalau kita generasi 4,5. Kita di atas F-16, F-18 sampai Sukhoi-35, karena mereka generasi ke-4,” ucap Andi Alisjahbana.

Dengan generasi 4,5 maka, jet tempur karya Indonesia dan Korea Selatan memiliki teknologi semi stealth atau kemampuan yang bisa mengecoh radar musuh. Teknologi ini mirip dengan pesawat siluman F-22 Amerika Serikat.

“Secara struktur, pesawat ini punya teknologi stealth atau teknologi siluman yang ada di generasi ke-5”.


Direktur Utama PTDI, Budi Santoso menambahkan, Indonesia memilih kerjasama dengan Korea Selatan, karena bersedia memberikan penguasaan teknologi sampai 100%. Indonesia juga dilibatkan dari awal pengembangan hingga produksi. Padahal, andil Indonesia hanya 20% dari total proyek senilai US$ 8 miliar atau Rp 111,52 triliun.

Selain itu, Korea Selatan memiliki pengalaman mengembangan jet tempur T-50 Golden Eagle yang merupakan kerja sama antara KAI dan Lockheed Martin, Amerika Serikat.

“Yang penting adalah kita dapat semua teknologinya,” tambahnya.

Dengan penguasaan teknologi 100%, PTDI bisa secara mandiri memproduksi jet tempur di Indonesia mulai 2025. Namun untuk penjualan, share keuntungan antara PTDI dan KAI akan dibagi sesuai setoran modal.

“Sebanyak 20% komponen kita kerjakan, mereka 80% tapi teknologi kita dapat 100%,” ujar Direktur Utama PTDI.

Indonesia dan Korea Selatan juga berencana menaikkan kemampuan pesawat menjadi generasi 5 seperti F-22.

“Dengan mulai 4.5, kita nantinya masuk ke generasi 5. Ini penting setelah punya kemampuan updating system dan lain-lain di pesawat,” tutup Direktur Utama PTDI.

Sumber : Finance.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar